Mr. Right
ik kakaknya, saat sepedanya terhenti. Dia beranjak turun lalu berjongkok untuk melihat ada
akang minggu lalu. Dan sekarang aku harus men
h dia sudah mencapai jalan willow. Artinya dia tidak perlu berjala
Tiga kios setelah jalan masuk, ada sebuah toko yang menyediakan bermacam-mac
a pintu dan berjalan memasuki toko yang juga
n badan di atas gramofon segera mengubah sapaannya setelah mengenali wajah ta
Apa kau punya ran
ni. Kecuali satu...." Pria dengan rambut dan jenggot yang te
ku minta tolong padamu untuk mengurus sepeda yang ku
adaku. Kau
kasih,
setelah peker
kasih la
ang cukup ramai. Jalan raya dipadati banyak kendaraan, meskipun tidak sampai menimbulkan kema
enyerupai kantin sekolah di mana sebagian besar pengunjungnya memakai seragam SMA New High, yang mana merupakan sekolah bergengsi denga
n secara terang-terangan mengerling pada Alan. Tidak bisa dipungkiri bahwa kakak Angie itu mema
dari mereka, yang Angie perkirakan seumuran dengan empat gadis tadi. Sekilas dilihatnya meja panjang d
r. Dia meletakkan tas di salah satu sekat rak di bagian bawah meja kasir, kemudian meraih celeme
k mentraktir teman-temannya di sini." Alan menjawab tanpa
bisa kuk
n empat cangkir cappuccino saat menjawab pertanyaan adikny
guk singkat sebelum m
m kopi dan panekuk memenuhi ruangan. Bahkan dengan tumpukan piring-piring pesana
aru dapat bernapas lega setelah tidak ada lagi yang meminta cafe latte dan camilan tambahan, lebih dari satu jam kemudian. Setengah jam se
y, serta empat gadis di meja dekat pintu yang tersisa-walaupun kini tinggal bertiga karena salah satu dari mereka sedang
g lagi," kata Alan mengembalikan ka
dah sering melihat kejadian serupa selama bertahun-tahun. Mungkin jika
iga temannya di meja, yang tampaknya segera memberi semangat dengan gerakan bol
irik papan nama di keme
Y
a meminta nomor
ian dia menutupi rasa gelinya dengan batuk teredam. Sementara itu,
an bolehkah aku tahu alasan
ji untuk sesekali bertemu. T-tetapi itu jika Anda tidak merasa keberatan, Mr.
ny menyeringai. Seda
bisakah kau mempertimbangkannya lagi?" kata Alan bernada sabar. Angie mengen
, si murid SMA
"Kalau kau masih menginginkan nomor telepon
dis itu berseri-s
yum tulus.
ku pasti da
saat meninggalkan meja kasir. Bersama ketiga temannya, dia pergi meninggalkan kafe. K
gie meletakkan kedua tangannya d
mulai memunguti cangkir-cang
menuduh. "Kenapa kau mempe
mempermaink
rniat mengencaninya,
ilang padanya untuk datang lagi tiga
an bagaimana kalau dia benar-
ut tanda sedang berpikir. Lantas mengangkat ba
akan menjadi sepuluh atau sebelas tahun. Menurutnya akan sangat tidak masuk akal jika Alan menginginkan
buat kakaknya itu terguncang. Sejak saat itu dia tidak pernah menjalin hubungan serius. Semasa kuliah dia justru fokus
gadis yang dia temui di klab malam. Namun, dia tidak bisa meneba
m dia mengatakan sesuatu, A
di sana seperti patung. Selesaikan tuga
idak mengatakan apa-apa. Namun, saat dia menge
teman kencan satu malammu, aku akan melaporkanmu pada polisi," kata
u membawa baki berisi cangki
. "Sekarang pikirinnya lebih matang. Kau tahu d
reka sering bergaul bersama. Bisa dibilang Tony sangat mengenal kakaknya, meskipun tidak sebaik Angie yang tinggal serumah dengannya sampai dua tahun yang lalu. Na
ampun, anak SMA
at tahun lagi dia bukan lagi s
pa
at manis,
angan kau
ngkat bahu, namun b