Doa Istri Pertama
. Saat Mas Hamza mendatangiku, merapatkan tubuh bidangnya dan terpaut di wajahku. Diambilnya parfum, menyemprotnya ke bahu
ong tubuhn
a terlih
Aina pasti terasa begitu menyenangkan,
ernyit, "ada
kupikir, Mas, aku harus rela memberikan tiga hari waktuku untuk Aina. Sudah sepantasny
. Beralih ke keningnya. Buliran keringatnya me
pada tubuhku yang selama ini tentunya membosankan bagim
ia akan
ku yang berharap dan s
ini yang kuinginkan. Aku mengharapkan kedzal
mang sangat m
tubuhnya dariku, lalu memakai kemejanya yang sempat ditanggali. Semerbak a
kapan salam
u bilang adil, mencintaiku
lnya, jadilah suam
aku akan melepaskan diri setelah itu. Bibirku tersenyum, t
asih sa
suami yan
h istri
baika
u akan berdosa karena te
elah melaksanakan ibad
nyengat menusuk penciumanku, aku membuka mata, napasku ter
ya rahangku, menempelkan
kan mendzali
buat kepalaku m
Termasuk besok dan lusa. Tak bisa diberikan ke lain w
Menyemprotnya ke sela leher dan bahuku. Mer
a terlalu sempurna. Dia mencintaiku dengan baik, dia memperlakukanku dengan baik.
tidak mende
doa lain, hingga doa k
tuskan untuk mewujudkan
u benci itu. Inilah pahala yang san
berharap, menyembah, kepada yang Di At
adah. Apakah Tuhan tidak akan mengabulkan doaku tanpa tindakan yang
suami yang sempurna. Tak ada tanda ketidakadilan da
sih berperilaku adil. Apakah semua doa yang kupanjatkan takkan berlaku? Apakah alasan syar'I yang kuharapkan memang takkan pernah bisa ter
aat dia belum menikah lagi. Masih mendamba, masih perhatian. Seakan memang tidak ada orang ketiga di antara kami, seak
rlalu buruk, un
sebagai pelakor! Menggoyahkan hati suamiku seut
tubuh ini sudah terbagi, bibir Mas Hamza, dada bidangnya, rahangnya,
, kabulk
mba-Mu-Mas Hamza-Engkau tidak mau menjadikannya lelaki
ak mau dan takkan pernah melepaskanku. Dia pernah berja