icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Doa Istri Pertama

Bab 4 Luka Pudar

Jumlah Kata:935    |    Dirilis Pada: 19/05/2022

utatap dada bidangnya yang terbuka, dia me

ari rengkuhannya. Melirik perutku, yang tidak seramping dulu. Terlihat melar, kubandingkan

. Apa-apaan aku? Sekalipun

enarik. Maka Aina hadir untuk meleng

tanganku dicegat dan ditarik kuat, tubuhku

s jijik, enggan bersentuhan dengan kulit tubuh Mas Hamz

diri. Setelah keluar dari kamar mandi, kudapati Mas Hamza sudah bangun. Duduk di tepi ranjang den

k hari ini, besok dan lusa bermalamlah de

hanya mengan

gil pelan. "Boleh aku tingg

ahut Mas Ha

mah yang berbeda 'kan? Tak apa Aina tinggal di s

di sini. Aina serumah denganmu juga demi keb

t apa maksud, Mas?"

satu kamar 'kan? Aina serumah denganmu, Mas punya alasan untuk itu.

engerti maks

memotong dan menga

rdiri setelah memakai kaus atasnya. Dia membuka pintu kamar dan berlalu ke kamar

njadi suami yang sempurna dalam keadilan dan tetap memperlakukanku dengan baik? S

rang. Seolah-olah Aina hanya menumpang di rumah ini. Melihat sikap Mas Hamza, perasaannya dan perlakuannya

keadilannya sempurna, aku tak ma

u. Kurasa aku masih cukup cantik. Rambutku yang tergerai

p jenjang, lalu mengoles krim dan meratakannya di kulit. Usapan krim di b

nt

i s

ti

i k

k je

idak m

i atau berdandan. Toh, secantik apapun aku, sesusah apapun aku berusaha

g kurang menarik minat, satu-satunya gamis yang bahkan tak pernah kupakai sebelumnya. Kuamati wajahku sekal

g. Bagiku, aku yang selaku istri utama di rumah ini tak ada bedanya dengan pembantuku yang l

i pergelangan tangannya. Dia bersiap hendak bekerja. Sedangkan Aina bagaikan d

mempermalukan diriku

perhatikan terus oleh Mas Hamza. Dia melirik

dibawa masuk ke dalam kamarku, Mas Hamza sibuk memilihi pakaian di dalam

i, M

itu! Sekarang jug

terlepas langsung di hadapannya. Aku memakai gamis yang dipilihn

ersihkan wajahku yang kusam dengan kapas dan cair

a Hamza yang fokus meneliti wajahku. Matanya mengerjap, mengarah ke lengkungan bibirku yang pucat. Aku bisa merasakan bib

n punggung kepalaku. Menciumku, perlahan. Perlahan kutarik wajahk

eharusnya kamu tidak meninggalkannya sarapan sendirian." Kedua tang

aku bersuara, semakin mengge

aku bergeming di tempat. Kesal rasanya saat luka ini mulai pudar, sikapnya masih

pun Mas Hamza, luka yang

in, tetap seg

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka