icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Doa Istri Pertama

Bab 6 Tumben

Jumlah Kata:1548    |    Dirilis Pada: 19/05/2022

tah di mana Aina, seharusnya dia yang menyambut Mas Hamza pertama kali. Mas Hamza berjalan m

pura-pura lupa

ya lagi penciumannya di sana. Dahinya men

siapa

terlihat

gsung mengerti. "Bibi Arunika ... di dalam r

ukannya ini aroma Ilh

Ilham memang memakai

a sengaja membekas di pergelangan tanganku, k

eristirahat. Biarkan Mas Hamza menghabiskan malam bersama istri keduanya, langkahku tercegat s

annya. Bisa kurasakan kedua lengannya mengu

. "Ini jadwalm

," timpal

ad

kukan. Setelah itu aku ak

edikit mengendusnya, lalu tersenyum manis. Bahuku disingkap, dia ikut menyempr

kan dalaman tank top lalu melorot

ya. Dari rautnya, Mas Hamza terlihat begitu menyukainya. L

up kepala, kepalaku dibawa dalam dekapan dadanya. Ka

Mas Hamza menyemprotkan parfum vanilla ke rambutku

ya masih manis. Ada Aina di antara kami,

mza melakukan hal yang sama kepada Aina, aku han

adanya tanpa suara. "Mas ... kapa

p. Kelak, setelah 40 menit aku akan membangunkanny

yang dia kenakan, "M

u doaku terkabul, kamu dzalim dan a

ara, aku membenamkan ke

sebelahku kosong. Hanya ada guling, yang digantikan oleh Mas H

kamar Aina. Aku menyerah dan hendak berlalu masuk kembali ke kamar. Tapi dari kamar

ja. Hati

alam. Tak ada suara-suara aneh. Apa mereka s

kan. Suara benturan tubuh mungil yang menjatuhkan diri ke atas ranjang. Tubuh itu merengsak, mem

uah kepulan asap rokok di halaman rumah. Seseorang duduk di sana, merokok, dan men

tangan. Di dalam salat dan Tahajudku, sepertinya doaku it

at dalam dekapan seseorang, saat seseorang itu mengangkat

as meja. Lututnya menumpu di atas kasur lembut, merapikan

itu di

yang ditut

erjapkan mata, melambai-lam

dan. Mas Hamza kelak pasti akan memintanya, kusemprotk

tangga bawah, hendak memasak sarapan. Kulihat hidangan sudah ada di atas meja, Mas Ham

akan dengan lahap, matanya menge

engan

i yang ma

in Ain

..

alnya lahap seperti pagi-pagi sebelumnya, kini dia berhe

nisa, masaka

Mas

pujiannya tentang masakan Aina. Entah kemana

akanku. Aku memang sering melihatnya memerhatikanku memasak, mu

k, '

rtanya sambi

guk. Mendad

tanya yang kujawab dengan gel

angan tanganmu. Aku libur ke kantor hari ini. Nanti-sekitar 1 jam lagi Mama sama Mas Attar, Meena,

mencuci tangan aku mengusap air bersih ke pergelangan

Mas Hamza. Mereka mengobrol, aku melihat tangan Aina

u mengharapkan Mas Hamza me

kan, aku segera naik ke

dah cemburu seperti ini. Apalagi jika melihat langsung

pedas. Demi Allah tidak

a baik, tidak menjahatiku sama sekali. Tapi mereka juga baik kep

ntuk ketiga iparku. Kami makan siang di luar rum

u hanya mengobrol sepatah-dua kata bersama Ib

au belum puny

tar be

ndongak lalu

eberapa t

udah berumur 31 dan sekarang sudah ada Aina? Kenapa masih mau menunda?" Dia

za menjawab ketus. "Aku

as Attar men

i. Sudah berusia 35 tahun, kenapa belu

udah kamu embat. Sekarang la

tarkan pertanyaan. "Aina?" Ajaib sekali kecantikan Aina jika

l Mas Attar, s

iam. Mas Attar melanjutkan makan siang, mendadak lingkungan sekitar canggung. Aku be

u, hingga Mas Hamza meng

mza padaku. Dia menghubungi sopi

l." Aku menurut, tergugu saat dia mencium pipiku di depan yang la

bersama Aina tanpa anggota keluarganya yang lain. Mas Hamz

klah ke kamarmu, sesuai jadwal a

a, kata lainnya mengusirku. Padahal berjam-jam aku menu

rgi. Mas Hamza dan Ain

rbaring di ranjang sambil menya

gun untuk salat Tahajud. Setelah ber

gin. Terperanjat saat menemukan sosok yang duduk di kursi yang ada di h

aku men

Ham

Wajahnya pucat ka

amu di si

ongak, menatapku. Tanpa kalimat melengos per

dalam kamar Aina, membuka pintunya yang ti

ang Aina yang terbangun.

mb

n Mas Hamza tidak

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka