Doa Istri Pertama
kamu menjadi suami yang dzalim, kuharap pesonaku yang pudar membuatmu berpaling, hilang rasa cintamu karenanya dan kamu hanya mencintai istri keduamu. Agar halal bagiku un
stri P
>
An
ertama. Egois tidak egois, atau bahkan kurang
amu menjadi sua
ta lain. Mataku memerah, buliran air bening membasahi bingkai mataku. Kedua tangan m
. Tapi aku tidak yakin, sekalipun
teta
kamu menjadi s
gandengan, melalui pijakan karpet merah, disambut be
adi satu-satunya untuknya, tapi tidak. Sekarang, sec
mu akan memberik
a istri keduamu, melupakanku, mengaba
ua, secara halal. Aku terl
dzalimannya, agar dia berdosa atas luka y
in padaku untuk menikah lagi ingin aku ajukan gugatan cerai. Tap
arena kekuasaanmu yang berha
esal menjadikanmu k
istri keduamu membuat wajah men
intanya yang masih sa
ekali lagi, kedzaliman atas kebohongan yang dia utarakan, tak dicatat dosa manapun untukn
snya yang putih, hidungnya yang tinggi dan lurus, dan seg
melihat lengannya mengetat di pingg
ini d
n aku bisa menggugat cerai padamu dan berpis
lelaki setaat dan sesaleh dirimu jat
pa yang kudoakan selalu sama. Doa yang
, kubentangkan tangan. Mengucap nama suamiku, dan menghar
rti itu. Di setiap aku bangun Tahajud, deng
mu menjadi sua
Aku hanya mengharapkanmu menjadi suami yang dzalim. Agar luka halal yang kamu torehkan, menjadi su
idak akan mendengarkan doaku atau bahkan mengabaikannya. Tapi sebagai istri pertama yan
Agar aku tidak bisa melakuk
menjelang malam, apa yang akan mereka lakukan dan
hatiku panas, jemariku yang menggilir batu tasbih gemetar
mu menjadi sua
tapi kamu tidak berdosa untuk itu. Sempat menidurkan diri hanya setengah jam, kulanjutkan
sabaran dalam menempuh rumah tangga ini. Tapi ... Mas, semoga kamu menjadi suami yang dzalim. Tangisku berubah menjadi
u. "Nisa ...." panggilnya, dengan suara hangatnya. Aku mengangkat kepala, berhenti membisikkan doa
udut bibirnya bergetar. Dia pikir, aku beribadah berulang kali, bersujud, berdoa sampa
arapkan kedzalimanmu agar a
an punggung dan mengusap sudut
di bawah gelapnya ruangan yang memang kusengajakan untuk memat
n lirihnya terdengar sepert
ium aroma Aina di tubuh M
h, Mas,"
Tanya Mas Hamza,
kan Aina, ini tid
yang tersakiti, Mas. Cukup dzalimi aku
a menghe
di dalam pernikahan kita, aku tetap mencintaim
. Tapi, Mas. Aku sud