MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT
ggu waktu Magrib, aku mandi di sana. Tas yang tergantung di punggung dan
Alat mandi, handuk kecil, dan baju ganti. Bahkan sendal
Apalagi sekarang, diri ini bagai musafir sejati. Ada rumah, tapi tak berpunya.
ai di halaman masjid, yang memang luas dan ramai, ditempati jamaah menung
an rumah sewa paling tepat. Teman-teman yang kemarin
Mungkin sahabatan atau ... entahlah. Aku tidak mau piki
ami bercerita pa
, Mas Rio dan Marta mas
n jantung menghentak keras m
teman-teman dan orang-orang y
ah kulakukan sekarang. Harga diriku sebaga
melewati kami. Sementara Marta, bibirnya terangka
sekali belas kasih Kau titip di ha
a dalam hati, mereka tak melihat atau tak mengenali l
kan terjadi juga. Reta menunjuk ke
ggapi. Dadaku kini berdegup kencang. M
nkan dalam hati, "Allahummastur auratii wa amirrautii fagfirllzzunubi. Tutup
r ... Allahu
. "Terima kasih untuk pertolonganmu Ya, Allah. Aku hanya punya Engkau sekaran
ung makan dalam pantai Senggol. Sembari menunggu pesanan,
o muncul dengan rahang mengeras. Sep
an gaya menengadahkan tangan kanan, seda
i kriteria semua pria. Tinggi, atletis, tampan, cool, dan mapan. Saya
u Mas Rio bersikap begitu, tapi hatiku dalam
eta bertindak pimpinan pembul
baper,
nikah se
aja. Toh, dia bentar lagi maka
merona. Namun, segera tersadar.
konon bergelar suamiku ini, mempertontonkan keme
onkan perdebatan gratis, pun ingin menunjuk
meraih ransel di kursi dan berpamitan pada teman-teman. Kedipa
di mobil Mas Rio. Pertengkaran hebat yang ter
da empat bermerk expander keluaran
asi. Sepertinya aman, yang kupikirkan tadi tidak terjadi, mereka ta
iarlah, yang penting t
. Dan dia pun ikut masuk, lalu melanjutkan menutup daun pintu. Tentu
usaha datar. Andai jantung itu terbuat dari seng, mungkin suara gaduhnya organ utama dalam tubuh
kap anggun dan sopan, ya? Sama aku? S
Trus protes sekarang, untuk apa? Cemburu?" ujarku membu
?" Kini rahangnya
erdiri depan pintu, tanda mengusirnya. Lalu jemari menutup mu
its! Lelaki itu malah menutup dan mengunci pintu tanpa sedikitpu
ng kamu
ya terulang lagi. Kali ini dia mendorongku hingga kami
tenaga terlalu kecil. Aku tahu dia punya hak atas tubuh ini, tetapi da
sementara di antara kita hanya benci?"
an lagi aksinya. Sampai darah kehormatan yang kujaga sel
, tak seperih benda lunak warna pink di balik dada yang bernama hat
. Suami yang telah mengambil haknya itu telah kembal
a. Andai tak ada Marta, mungkin sakit ini t
i kamar sebelah masih memenuhi ruangan. Entah kenapa cara ini m
Bulan ingi