Sang Perempuan Duplikasi
up pintu mobil. Pinggulnya sedikit digerakkan
rbusana seadanya saja dengan celana denim dan baju kaus berlengan pendek. Biasanya paling tidak dia mengenakan blus untuk kegiatan nonformal, wajah dirias cerah, dan
elinglungan dan memorinya termanipula
interdust lebih memerlukan sedan dibandingkan mobil MVP yang digunakan terakhir di Desa Wanlockhead terdengar ten
kir sejenak. "Aku sebenarnya tidak tahu. B
ngnya tidak pernah bertanya balik dan tujuannya pun selalu je
lembut ketika gambaran dari luar
*
ar dari mobil, matanya tampak berbinar-binar menyantap segala kehijauan di
p dan terpelongo, karena selama ini dia tidak pernah begitu intim den
busan siliran angin meniup-niup rambutnya. Ann
nne. Kepalanya menoleh ke arah Ben yang m
en sekadar saja. Meski bisa pelan-pelan beradaptasi d
an kehijauan, rindang, dan asri seperti di tempat ini," ungkap Anne. "Aku m
k mulas ketika mendengar pengakuan yang memang merefleksikan jati diri wanita di
endongak ke patung seorang pria berjaket klasi
n ternama kebanggaan S
kisahnya. Mungkin di sekolah?" kat
edua tangannya beristi
terlihat maju sekilas ketika mengungkapkan kekecewaannya me
foto, Nn. Winterdus
ek. "Aku tidak sel
Anne Winterdust yang asli tidak mungkin menolak dan sa
ta sesuatu darimu?" tanya
atanya langsung membidik Anne. Lamunan
gil aku Nn.
s kanan Ben terjungk
il saj
en mengelak dan
melekukkan garis mulutnya sehi
ah sambil menekukkan lehernya. Tangann
e berusaha meyakinka
an tertawa renyah. Anne pun i
adaku untuk mengikuti Runway perilisan kalung
en meng
tapan sedikit mencuri-curi. Dia merasa bersalah lagi lantaran wa
ganjil dengan hal-hal baru yang dia jalani. "Ya, kau b
en pribadinya agar tidak usah
menggaruk-garuk kecil pipinya dengan
nya melayang sembari berusaha mengail b
e." Ben menyarankan. Tapak k
kik. "Tapi, dengan siapa? Apa kita mem
alau lihat d
inte
l dan menyentuh salah sa
l-model berlenggak-lenggok di panggung peragaan busan
masih kaku. Kaki wanita dengan sandal sintetik beralas pipih itu ta
Dia berkacak pinggang dan perangainya dib
uluh dua tahun itu berulang-ulang kali menahan dadanya de
mencoba le
angan menghargai usaha
dengan apik di jalur panjang menuju The Nels
Ben dengan kedua
lutut. Mereka berdua tertawa-tawa bersama d
rus fitting baju untuk acara
ak tahu," ucap Anne. M
ngaja di lift salah satu lantai gedung perusahaan GF. Keluhan wanita India itu masih bersarang di dalam ingatannya lantaran Anne tidak seperti biasanya d
*
tempat tersohor untuk penggila belanja selain kota London itu tidaklah dirasa begitu asing. Anne menikmati lagi
l. Setelah dia amati, rupanya hanya lampu merah biasa. Ben menu
Namun, matanya tanpa sengaja melereng ke sebuah bentangan kaca dari restoran yang di dalamnya terpampang jelas beberapa konsumenn
ing. Matanya tetap terpaku ke kaca. Salah satu me
engah berada di dalam urusannya sendiri. Biarpun sekarang kekasihnya itu menumpangkan satu tangannya ke wanita berambut pixie dan warnanya
r Anne curiga dalam benak sambil agak menypitkan matanya. Perasaan
gan dari restoran khusus steak di persimpangan empat Main St.. Bahkan, Henry menarik secarik tisu
depan, dan tangannya t
ru, ya?" tanya Anne den