La Tahzan, Miss Lemot
ujung kursi meja makan. Bi Iis dan Pak Imat yang melihat itu langsung berteriak, sedangkan Ines hanya bisa menangis
yang sudah menangis tersedu-sedu melihat nona mudanya
harus diberi pelajaran!" teriak wan
kenapa tiba-tiba Mayang datang dari belakang, lalu me
nnya dari tubuh Ines. Setelah berhasil, wanita itu
iks...." Ines memegang tangan Mayang yang masih menjambak ram
Bun hiks...,"
, lalu menghempaskan kepala I
ah?!" tanya Mayang de
is, ternyata minggu. Makanya Ines mau pergi ke kampus, tapi pas di jala
dia?! Saya tahu, kamu pasti yang datang ke sana buat ngadu
kan memukul Ines. Padahal saat itu Ines baru berumur dua tahun, tetapi dia tidak merasa kasihan maupun iba pada anak sekecil itu.
ng, bukan sengaja. Ines nggak pernah
dibandingkan kamu yang hanya orang asing?!" Mayang menjentul-jentulkan kepala Ines y
Ines, dan aku juga nggak ngomong apa-ap
akan semua pekerjaan rumah. Dan kamu nggak dapat ma
i, B
kamu ngadu sama Arka atau suami say
is, lalu beberapa saat kemudian gadis itu menghapus air matanya dan mengulas
at Bunda bakal baik
*
s itu mulai menyapu seluruh lantai ruangan, lalu mengepelnya. Setelah selesai, dia mengelap barang-barang yang ad
gadis itu tergesa-gesa menata makanan di meja makan. Setelah semuanya selesai,
," gumam Ines, "mandi janga
an cermin terlebih dulu, menatap pantulan dirinya. Tid
Tapi, kalau suatu saat kamu lelah buat tersenyum, minta A
cantik itu. Dengan cepat, dia menghapus air m
ritual di sore hari. Sambil menunggu azan Magrib berkumandang, ga
t Ines menghampirinya dan membuka pintu itu
n bersama," ajak pria paruh bay
lu menyahut, "Nggak usah, Yah. Ine
u mengelus kepala Ines. Dia tersen
enang aja. Kan ada ayah, Sayang." Pria itu mera
Erick. Dia merupakan adik kandung D
ap
da nggak bakal ngapa-ngapain kamu. Percaya sama ayah, oke," ujar ay
unya itu duduk di kursi samping kanannya. Sedangkan Mayang berada
ia makan," ujar Mayang p
mu lupa. Dia lahir dari rahim i
Dia anak pria brengsek itu! Dia bukan anak aku! Aku
buat dia kembali terbayang masa kelam itu. Argi menghampiri Mayang yang berteriak sambil menangis. Ines terkejut melihat reaksi sang bunda,
u! Pergi kamu anak sialan, pergi dari sini! Pergi dari rumah ini!"
kamar, Nak!
dia belum makan apa pun, maka dari itu dia menurut pada sang ayah yang me
da roti. Aduh, mana nggak punya uang buat belinya. Apa
, Ines ke rum
n kaki keluar rumah, tiba-tiba
kamu?" tany