Mantan Jadi Bos
menghadapi si CEO, yang mungkin saja lebih garang dari bu Ind
nasibku se
uan, aku, dan Alena melangkah memasuki ruang divis
ft
an sih, masa iya seorang yang punya jabatan tertinggi di perusahaan ini langsung turun tangan memberi arahan
i tidak tembus pandang ini, lalu d
dirian, sedangkan Alena ma
diri itu menoleh ke arahku, d
a?
a dia
pa dia d
jangan
embari menatapku dengan tatapan el
dari tadi diam. Sedang aku? Aku sudah tak mampu la
erja di sini?" tanya
jawab Alena yang kuras
at seperti ini?
idak,
a Alena. "Dan kamu." Dia beralih kembali me
jawabku datar, meski se
ah terlambat?" sarkasnya. "He
r belum pernah dibentak di depan umum seperti ini. Waktu di kantor yang du
Eh, apa-apaan ini? Kok rasanya jadi kurang nyamb
kepala, apalagi sampai bersuara. Tapi, aku merasa kalau
ra." pan
" sahut b
s pada karyawan yang terlambat ini, ang
k, P
u." Aku mengangkat waj
ak," sa
bil berlalu meninggalkan ruangan ini. "Oh, ya, kalau nanti kamu t
==Aufa=
bawah tekanannya. Apa kata dunia jika mereka tahu bahwa kini aku merasa ketakutan oleh sosok yang dinamakan mantan, padahal
CEO. Ragu-ragu aku mengetuk pintu ruangannya in
lam yang menyuruhku masuk, aku p
nggigil. Bukan karena dinginnya AC di ruangan ini, tapi karena rasa takut yang seda
etik," ucapnya yang m
asalahkan, bagaimana kalau se
tadi dia duduk di kursi kebesarannya itu sambil membelakangi. Apa dia mas
luh menit, jadi nggak papa, dong," ujarku
ga kini dia bisa menatapku dengan mata tajamnya. Tangannya dia silangkan di
a aku harus menurunkan ego, bersikap pasrah di depan mantan yang dulu
ak,
, sampai kapan kamu m
nya aku har
nyuruh saya duduk,"
lakan duduk." Gi
di kursi yang tepat berada di hadapannya,
nyuruh kamu du
?" Tanganku menunjuk pada sebuah sofa panjang ya
apannya padaku. "Duduk di sini," uc
rnya? Tiga tahun nggak ketemu ja
uduk di pangkuan, gande
ehat?" t
Dia menaikkan
. Gini amat ya, berh
anggil ke sini dalam rangka apa ya?" tanyaku sedikit k
sopan
benarnya aku pengin maki-maki nih oran
pa di
ya harus
menuruti per
yang man
" Kembali dia m
as kasar. "Pak, tolon
ga nggak
s
anya berk
tadi serius,
ggak serius denga
k m
=Aufa
m makan siang ini, aku dan Alena tidak keluar buat makan, mel
uatku kesal karena teringat
," jawabku
ksud lo, La? Kalau cerita janga
au kemarin gue bilang,
a, terus korelasinya
mantan gue
ak Gaza itu
ras-keras napa
, tapi ini
nyangka tau, kalau dia bos di si
ran sama pak Gaza. Eh, tapi lo beneran tad
"Enggak! Gue cuma dik
n yang serius, maka aku pun memutuskan untuk meninggalkan
gaja ngerjain lo, La, biar bisa
n bilang sama siapa-siapa ya, kalau Gaza itu mantan gue.
an bocorin ke orang-orang kok,
l ap
buat tutup mulut. Kebetulan juga ke
emera
=Aufa==
" tanya Alena padaku yang masih sibuk
h pulan
a aja, La." Alena menaruh kun
gnya naik apa, Len, kalau m
ate." Alena mengedipkan sebelah matanya.
gi meninggalkanku sendiri di ruangan ini
narnya tugas hukuman dari bu Indira tadi sudah selesai tepat waktu, tapi setelahnya bu Indira kembali
emannya, nggak seorang diri begini. Udah jomblo, lembur pun harus sendirian. Ngenes amat sih hidup ini. Kalau saja lagi
gkan jari menari-nari di atas keyboard,
iri. Nggak ada sesuatu yang aneh, bedanya tidak ada lagi sua
h pukul lima sore, kenapa sudah sesepi
semua, dan nggak ada yang
lembur ya? Atau lagi pada makan sore
nggak kunjung dapat jawaban, akhirnya aku mem
ak ada seorang pun yang kelihatan. Ini kantor apa ku
berada di depan ruang divisiku, siapa tahu di dalam s
upegang, tiba-tiba ada suara
it
tiba-tiba bikin bulu k
gok ngg
e co