icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Perjalanan Menjadi Dewa

Bab 9 Krisis (Bagian Satu)

Jumlah Kata:1410    |    Dirilis Pada: 05/01/2022

Keesokan paginya yang membuat Zen terkejut adalah tidak ada penjaga yang datang untuk membantunya berpakaian dan mengantarnya ke Aula Seni Bela Diri. Karena proses pemukulan sangat penting untuk penyempurnaannya dalam menjadi senjata misterius, Zen berpakaian sendiri dan berjalan ke arah Aula.

Saat dia berbaris dengan para budak lainnya, Zen memikirkan perilaku menyimpang kedua pamannya dan putra-putra mereka. Kelihatannya mereka tidak mengikuti aturan yang ada di Klan Luo. Terutama Perrin dan Andrew, mereka berdua tidak pernah peduli sedikit pun dengan aturan keluarga. Mungkin inilah alasan mengapa beberapa pelayan di Klan Luo banyak yang berani dan menjadi sombong dan angkuh.

Namun, itu tidak berarti bahwa Zen akan mengabaikan nilai-nilai yang dianutnya sejak kecil meskipun orang lain mengabaikan aturan yang telah ditetapkan oleh Klan Luo. Itu juga tidak berarti bahwa orang lain harus mengharapkan Zen untuk melihat ke arah lain dan menutup sebelah matanya jika mereka secara terbuka memamerkan aturan Klan Luo di depannya. Dia tidak suka menunjukkan pengetahuannya, tetapi Zen memang memiliki moral dan nilai-nilai yang dia hormati.

Zen menyadari dan memperhatikan bahwa suasana di aula agak berbeda dari biasanya ketika dia sampai di sana.

Sekarang pasti telah tersebar kabar bahwa Zen telah memukuli Darren dan Gray di hari sebelumnya.

Dua tahun lalu, Zen telah menjadi terpidana karena tuduhan palsu yang dikenakan terhadap dirinya dan keluarganya. Dia kemudian menjadi budak untuk Klan Luo sejak saat itu. Sama seperti budak terpidana lainnya, dia dipaksa bekerja sebagai karung tinju untuk dipukuli di Aula Seni Bela Diri. Dia selalu bersikap biasa saja dan acuh tak acuh terhadap kekerasan. Dia tetap bertahan, melepaskan amarahnya dengan santai dan tetap diam tidak peduli berapa banyak anak-anak Luo yang menyerang dan memukulinya, seolah-olah dia adalah domba yang jinak.

Orang-orang bahkan banyak yang telah lupa bahwa Zen dulunya adalah tuan muda dari Klan Luo. Mereka juga telah melupakan kekuatannya sama sekali. Dulu dia adalah salah satu yang termuda yang bisa mencapai tingkat pemurnian daging.

Anak-anak Luo menyadari bahwa Zen tidak akan selalu mentolerir segala sesuatu yang datang padanya setelah kejadian yang terjadi di hari sebelumnya. Anak-anak bisa menyerangnya tanpa merasakan akibatnya karena mereka adalah anggota Klan Luo.

Orang lain yang bukan bagian dari Klan pasti tidak akan lolos kalau memperlakukan Zen sesuka hati mereka.

Karena hal itu, anak-anak Luo sekarang mulai memandang Zen dengan hormat. Ketika Corey sang pelatih, meminta anak-anak Luo untuk memilih samsak untuk mereka, tidak ada yang berani memilih Zen hari itu. Hal ini membuat Zen terkejut. Dia tahu betapa pentingnya proses pemukulan ini dalam proses pemurnian, dan dia telah menanti-nantikan untuk dipukuli hari ini.

Zen memasang senyum pahit di wajahnya.

Apa yang dia butuhkan adalah untuk melatih dan memperbaiki tubuhnya dengan cara dipukuli, tetapi Zen menemukan dirinya dalam keadaan dilema ketika anak-anak Luo tidak memilih dirinya sebagai samsak mereka.

Dia tidak bisa menghampiri anak-anak itu dan meminta mereka untuk memukulinya. Menjadi karung tinju bukanlah pekerjaan yang menyenangkan, dan tampaknya sangat aneh jika orang yang menjadi karung tinju terus meminta untuk dipukuli. Dia juga tidak bisa mengungkapkan alasan sebenarnya mengapa dia harus dipukuli.

Zen menemukan bahwa dia adalah satu-satunya orang yang tersisa di sudut Aula Seni Bela Diri setelah semua karung tinju telah dipilih oleh anak-anak. Zen merasa sangat tidak senang. Anak-anak Luo seharusnya tidak begitu ketakutan padanya!

Dia berjalan menghampiri Melvin yang sedang berlatih dengan manusia batu di sisi lain aula dan berkata, "Melvin, apa gunanya bertarung dengan manusia batu? Ayo, aku akan membantumu berlatih."

"Ummm..." Melvin berkata dengan cemberut. Melvin tidak merasa begitu yakin bahwa dia ingin bertarung dengan mantan tuan muda itu setelah pertemuan terakhirnya dengan Zen dan setelah mendengar tentang pukulan yang diberikan Zen kepada Grey dan Darren di hari sebelumnya.

"Aku adalah seorang karung tinju. Ini adalah tugasku untuk membantumu berlatih dengan benar! Kamu tidak perlu khawatir, kulitku tebal. Itu cukup untuk melindungiku dari pukulan." Zen menepuk dadanya dan berusaha meyakinkannya saat dia berbicara.

Melvin merasa malu setelah mendengar apa yang Zen katakan padanya. Apa yang akan dikatakan orang-orang tentang Melvin jika dia menolak untuk memukuli karung tinju? Anak-anak Luo yang berlatih setiap hari seharusnya menjadi lebih kuat, lebih kejam, dan lebih tahan banting dibandingkan dengan karung tinju yang babak belur dan mendapatkan memar dari pukulan mereka setiap hari. Apakah dia akan terlihat lemah jika itu terjadi? Apakah anak-anak lain akan mengolok-oloknya? Apakah dia sanggup mengambil risiko untuk membuat marah Zen dan mendapatkan pukulan yang mirip dengan Darren dan Grey?

Melvin masih merasa khawatir terlepas dari apa yang akan dikatakan orang lain. Dia merasa tidak sekuat sebelumnya. Jika dia bisa mendapatkan nilai 100 karena kekuatannya sebelumnya, sekarang dia hanya bisa mendapatkan nilai 50 atau 60.

Melvin mengangkat tipis bahunya saat menerima tawaran Zen. Dia tidak mungkin sanggup jika terlihat buruk di depan anak-anak lain. Zen menyadari mengapa Melvin ragu-ragu begitu latihan mereka dimulai. Kekuatan yang digunakan Melvin untuk memukul Zen hari itu tidak cukup untuk memperbaiki tubuhnya. Efek pukulan pada tubuhnya hari ini tidak sama dengan terakhir kali Melvin menghajar Zen. Zen tidak puas hanya dengan ini.

"Gunakan seluruh kekuatanmu! Pukul lebih keras di sini!

Tinjumu terlalu pelan hari ini. Apa yang kamu khawatirkan? Ayo latihan dengan benar.

Sekarang sudah jauh lebih baik, tapi masih tidak sebagus kemarin. Ayo, fokus dan kerahkan seluruh tenagamu."

Melihat seorang karung tinju mengajari seorang anak Luo memang hal yang tidak biasa untuk dilihat. Dan jarang sekali bahkan tidak pernah ada karung tinju yang meminta untuk dipukul lebih keras. Sekelompok anak-anak di Aula Seni Bela Diri tercengang dengan apa yang mereka saksikan dengan mata mereka sendiri. Mulut mereka menganga lebar saat menyaksikan sesi latihan di antara Zen dan Melvin. Mereka tidak bisa menebak apa yang ada di dpikiran Zen.

Namun, Melvin tidak memperhatikan tatapan anak-anak lain. Awalnya dia merasa sangat kesal dengan apa yang dikatakan Zen. Dia merasa seolah-olah Zen sedang mengejeknya. Namun beberapa saat kemudian dia mengesampingkan amarahnya dan fokus berlatih ketika Melvin menyadari bahwa dia perlahan menjadi lebih baik. Anggota tubuhnya terasa lebih nyaman sekarang, dan kekuatannya yang tadi surut tampaknya telah kembali ke tingkat normal.

"Bum!"

"Bumm!"

"Bummm!"

Kekuatan tinju Melvin berpindah dari dada Zen ke daging bagian dalam tubuhnya. Zen terbang terjatuh ke lantai dan meronta-ronta kesakitan sampai kehangatan mulai mengalir ke seluruh sudut tubuhnya. Saat hal ini berlanjut, Zen merasakan kotoran di tulangnya sedang dimurnikan, seperti menggulung sutra dari kepompong.

Setiap pukulan perlahan-lahan memurnikan tulangnya. Zen bisa merasakan bahwa dia semakin tangguh dengan peningkatan kekuatan tulangnya.

Pukulan Melvin memiliki efek seperti Pil Ajaib untuk tubuh Zen. Kegembiraan dari perubahan kualitatif yang dia rasakan ini tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Zen ingat untuk berpura-pura kesakitan setiap kali dia dipukul. Rasa sakit terlihat jelas di wajahnya, tetapi di balik itu, diam-diam dia bersukacita atas pemurnian yang dialami tubuhnya. Dia membutuhkan seluruh kekuatannya untuk menahan dirinya berteriak 'biarkan tinjumu memukulku lebih keras!'

Zen tersenyum senang ketika para penjaga berjalan pergi untuk mengisi ulang panci tembaga. Panci tembaga itu digunakan untuk menghitung waktu. Panci itu memiliki lubang kecil dimana air akan mengalir keluar. Butuh waktu satu jam untuk mengosongkan panci itu. Zen sangat bersemangat menghitung berapa kali penjaga telah mengisi panci itu kembali. Karena para penjaga telah mengisi pot itu sebanyak tiga kali, itu berarti tiga jam telah berlalu.

Pikiran itu membawa kegembiraan bagi Zen karena itu berarti bahwa para pelayan Luo akan membawakan makanan, baik untuk anak-anak maupun karung tinju mereka. Biasanya, Zen seperti semua orang-orang yang menjadi karung tinju lainnya tidak senang karena anak-anak Luo disuguhi makanan yang lezat, sementara para karung tinju hanya mendapat air dingin dan roti keras.

Namun kali ini, Zen terlalu lapar untuk peduli dengan makanan apa yang dia dapatkan. Dia sangat kelaparan setelah tiga jam berlatih dan memurnikan tubuhnya. Dia bahkan tidak peduli bahwa makanannya tidak enak karena proses pemurnian menggunakan banyak energi fisik. Zen bergegas meraih roti dan hendak memasukkannya ke mulutnya ketika dia diganggu seseorang.

Sebuah baskom porselen yang penuh dengan daging yang indah dan wangi tiba-tiba muncul di depan wajah Zen.

Ketika Zen mendongakkan kepalanya, dia terkejut melihat Melvin berdiri di depannya. "Ayo makan bersamaku," kata Melvin sambil menyerahkan mangkuk nasinya kepada Zen.

Alih-alih menolak, Zen malah tersenyum penuh terima kasih dan bergegas mengambil segenggam daging.

"Kamu memukul Grey. Tuan Muda Andrew akan memberimu masalah karena hal itu," bisik Melvin padanya.

Zen melahap makanannya dengan cepat. Dia tidak mendapatkan makanan enak karena dia adalah sebuah karung tinju. Sudah lama sekali sejak seseorang menawarinya daging yang lezat. Zen hanya mengangguk sambil mengunyah makanannya. Dia tahu bahwa Melvin hanya mencoba mengingatkannya tentang apa yang akan terjadi.

Mau bagaimanapun juga, dia adalah mantan tuan muda Klan Luo, jadi dia tahu dan mengerti aturan ini lebih baik daripada orang lain.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Membalas Kejahatan Dengan Kebaikan (Bagian Satu)2 Bab 2 Membalas Kejahatan Dengan Kebaikan (Bagian Dua)3 Bab 3 Metode Pemurnian Senjata (Bagian Satu)4 Bab 4 Metode Pemurnian Senjata (Bagian Dua)5 Bab 5 Tubuh yang Luar Biasa (Bagian Satu)6 Bab 6 Tubuh yang Luar Biasa (Bagian Dua)7 Bab 7 Zen Memukul Para Pelayan (Bagian Satu)8 Bab 8 Zen Memukul Para Pelayan (Bagian Dua)9 Bab 9 Krisis (Bagian Satu)10 Bab 10 Krisis (Bagian Dua)11 Bab 11 Upaya (Bagian Satu)12 Bab 12 Upaya (Bagian Dua)13 Bab 13 Hari Latihan Keluarga (Bagian Satu)14 Bab 14 Hari Latihan Keluarga (Bagian Dua)15 Bab 15 Pukulan Fatal (Bagian Satu)16 Bab 16 Pukulan Fatal (Bagian Dua)17 Bab 17 Tingkat Pemurnian Organ (Bagian Satu)18 Bab 18 Tingkat Pemurnian Organ (Bagian Dua)19 Bab 19 Evil Sang Pemurni Senjata (Bagian Satu)20 Bab 20 Evil Sang Pemurni Senjata (Bagian Dua)21 Bab 21 Memurnikan Tubuh dengan Api (Bagian Satu)22 Bab 22 Memurnikan Tubuh dengan Api (Bagian Dua)23 Bab 23 Memurnikan Tubuh dengan Api (Bagian Tiga)24 Bab 24 Api Hitam Dan Sisik Naga25 Bab 25 Kebebasan (Bagian Satu)26 Bab 26 Kebebasan (Bagian Dua)27 Bab 27 Kebebasan (Bagian Tiga)28 Bab 28 Ibukota Kaisar (Bagian Satu)29 Bab 29 Ibukota Kaisar (Bagian Dua)30 Bab 30 Provokasi (Bagian Satu)31 Bab 31 Provokasi (Bagian Dua)32 Bab 32 Ujian Awal (Bagian Satu)33 Bab 33 Ujian Awal (Bagian Dua)34 Bab 34 Tekanan Tak Terlihat (Bagian Satu)35 Bab 35 Tekanan Tak Terlihat (Bagian Dua)36 Bab 36 Lulus Ujian Awal (Bagian Satu)37 Bab 37 Lulus Ujian Awal (Bagian Dua)38 Bab 38 Aku Memiliki Ide yang Sangat Sederhana (Bagian satu)39 Bab 39 Aku Memiliki Ide yang Sangat Sederhana (Bagian Dua)40 Bab 40 Kejutan (Bagian Satu)41 Bab 41 Kejutan (Bagian Dua)42 Bab 42 Pil Panjang Umur43 Bab 43 Amarah Zen (Bagian Satu)44 Bab 44 Kemarahan Zen (Bagian Dua)45 Bab 45 Aku Menolak Menerimanya (Bagian Satu)46 Bab 46 Aku Menolak Menerimanya (Bagian Dua)47 Bab 47 Yan Luo48 Bab 48 Gunung Berdarah (Bagian Satu)49 Bab 49 Gunung Berdarah (Bagian Dua)50 Bab 50 Ryan Fang (Bagian Satu)51 Bab 51 Ryan Fang (Bagian Dua)52 Bab 52 Cara Terbaik Menyingkirkan Orang Bodoh (Bagian Satu)53 Bab 53 Cara Terbaik Menyingkirkan Orang Bodoh (Bagian Dua)54 Bab 54 Tujuh Klan Bangsawan Teratas55 Bab 55 Terpaksa Bertarung (Bagian Satu)56 Bab 56 Terpaksa Bertarung (Bagian Dua)57 Bab 57 Mati-matian Melawan (Bagian Satu)58 Bab 58 Mati-matian Melawan (Bagian Dua)59 Bab 59 Raksasa (Bagian Satu)60 Bab 60 Raksasa (Bagian Dua)61 Bab 61 Menggunakan Pisau Terbang (Bagian Satu)62 Bab 62 Menggunakan Pisau Terbang (Bagian Dua)63 Bab 63 Perasaan Tertekan64 Bab 64 Mendapatkan Kembali Pisau Terbang (Bagian Satu)65 Bab 65 Mendapatkan Kembali Pisau Terbang (Bagian Dua)66 Bab 66 Memilih Metode Pemurnian (Bagian Satu)67 Bab 67 Memilih Metode Pemurnian (Bagian Dua)68 Bab 68 Metode Kultivasi Tingkat Lima (Bagian Satu)69 Bab 69 Metode Kultivasi Tingkat Lima (Bagian Dua)70 Bab 70 Gunung Neraka (Bagian Satu)71 Bab 71 Gunung Neraka (Bagian Dua)72 Bab 72 Masalah Tiada Akhir73 Bab 73 Tantangan74 Bab 74 Melupakan Diri Sendiri Sepenuhnya (Bagian Satu)75 Bab 75 Melupakan Diri Sendiri Sepenuhnya (Bagian Dua)76 Bab 76 Permainan Kucing dan Tikus (Bagian Satu)77 Bab 77 Permainan Kucing Dan Tikus (Bagian Dua)78 Bab 78 Mencapai Tingkat Pemurnian Sumsum79 Bab 79 Tetap Tenang (Bagian Satu)80 Bab 80 Tetap Tenang (Bagian Dua)81 Bab 81 Tetap Tenang (Bagian Tiga)82 Bab 82 Kebenaran Yang Dingin Dan Keras83 Bab 83 Instruktur Su Yang Marah (Bagian Satu)84 Bab 84 Instruktur Su Yang Marah (Bagian Dua)85 Bab 85 Lapangan Parkir Langit Biru (Bagian Satu)86 Bab 86 Lapangan Parkir Langit Biru (Bagian Dua)87 Bab 87 Serangan Mendadak Di Langit (Bagian Satu)88 Bab 88 Serangan Mendadak Di Langit (Bagian Dua)89 Bab 89 Diselamatkan (Bagian Satu)90 Bab 90 Diselamatkan (Bagian Dua)91 Bab 91 Tantangan Yang Tak Terduga92 Bab 92 Mempermalukan Dirinya Sendiri (Bagian Satu)93 Bab 93 Mempermalukan Dirinya Sendiri (Bagian Dua)94 Bab 94 Kesempatan Dalam Kesempitan95 Bab 95 Panen Melimpah Inti Kristal (Bagian Satu)96 Bab 96 Panen Melimpah Inti Kristal (Bagian Dua)97 Bab 97 Nasib Tragis (Bagian Satu)98 Bab 98 Nasib Tragis (Bagian Dua)99 Bab 99 Binatang Raksasa Di Danau Lava100 Bab 100 Perubahan Menjadi Senjata Spiritual (Bagian Satu)