Perjalanan Menjadi Dewa
Penulis:Green
GenreFantasi
Perjalanan Menjadi Dewa
Keesokan paginya yang membuat Zen terkejut adalah tidak ada penjaga yang datang untuk membantunya berpakaian dan mengantarnya ke Aula Seni Bela Diri. Karena proses pemukulan sangat penting untuk penyempurnaannya dalam menjadi senjata misterius, Zen berpakaian sendiri dan berjalan ke arah Aula.
Saat dia berbaris dengan para budak lainnya, Zen memikirkan perilaku menyimpang kedua pamannya dan putra-putra mereka. Kelihatannya mereka tidak mengikuti aturan yang ada di Klan Luo. Terutama Perrin dan Andrew, mereka berdua tidak pernah peduli sedikit pun dengan aturan keluarga. Mungkin inilah alasan mengapa beberapa pelayan di Klan Luo banyak yang berani dan menjadi sombong dan angkuh.
Namun, itu tidak berarti bahwa Zen akan mengabaikan nilai-nilai yang dianutnya sejak kecil meskipun orang lain mengabaikan aturan yang telah ditetapkan oleh Klan Luo. Itu juga tidak berarti bahwa orang lain harus mengharapkan Zen untuk melihat ke arah lain dan menutup sebelah matanya jika mereka secara terbuka memamerkan aturan Klan Luo di depannya. Dia tidak suka menunjukkan pengetahuannya, tetapi Zen memang memiliki moral dan nilai-nilai yang dia hormati.
Zen menyadari dan memperhatikan bahwa suasana di aula agak berbeda dari biasanya ketika dia sampai di sana.
Sekarang pasti telah tersebar kabar bahwa Zen telah memukuli Darren dan Gray di hari sebelumnya.
Dua tahun lalu, Zen telah menjadi terpidana karena tuduhan palsu yang dikenakan terhadap dirinya dan keluarganya. Dia kemudian menjadi budak untuk Klan Luo sejak saat itu. Sama seperti budak terpidana lainnya, dia dipaksa bekerja sebagai karung tinju untuk dipukuli di Aula Seni Bela Diri. Dia selalu bersikap biasa saja dan acuh tak acuh terhadap kekerasan. Dia tetap bertahan, melepaskan amarahnya dengan santai dan tetap diam tidak peduli berapa banyak anak-anak Luo yang menyerang dan memukulinya, seolah-olah dia adalah domba yang jinak.
Orang-orang bahkan banyak yang telah lupa bahwa Zen dulunya adalah tuan muda dari Klan Luo. Mereka juga telah melupakan kekuatannya sama sekali. Dulu dia adalah salah satu yang termuda yang bisa mencapai tingkat pemurnian daging.
Anak-anak Luo menyadari bahwa Zen tidak akan selalu mentolerir segala sesuatu yang datang padanya setelah kejadian yang terjadi di hari sebelumnya. Anak-anak bisa menyerangnya tanpa merasakan akibatnya karena mereka adalah anggota Klan Luo.
Orang lain yang bukan bagian dari Klan pasti tidak akan lolos kalau memperlakukan Zen sesuka hati mereka.
Karena hal itu, anak-anak Luo sekarang mulai memandang Zen dengan hormat. Ketika Corey sang pelatih, meminta anak-anak Luo untuk memilih samsak untuk mereka, tidak ada yang berani memilih Zen hari itu. Hal ini membuat Zen terkejut. Dia tahu betapa pentingnya proses pemukulan ini dalam proses pemurnian, dan dia telah menanti-nantikan untuk dipukuli hari ini.
Zen memasang senyum pahit di wajahnya.
Apa yang dia butuhkan adalah untuk melatih dan memperbaiki tubuhnya dengan cara dipukuli, tetapi Zen menemukan dirinya dalam keadaan dilema ketika anak-anak Luo tidak memilih dirinya sebagai samsak mereka.
Dia tidak bisa menghampiri anak-anak itu dan meminta mereka untuk memukulinya. Menjadi karung tinju bukanlah pekerjaan yang menyenangkan, dan tampaknya sangat aneh jika orang yang menjadi karung tinju terus meminta untuk dipukuli. Dia juga tidak bisa mengungkapkan alasan sebenarnya mengapa dia harus dipukuli.
Zen menemukan bahwa dia adalah satu-satunya orang yang tersisa di sudut Aula Seni Bela Diri setelah semua karung tinju telah dipilih oleh anak-anak. Zen merasa sangat tidak senang. Anak-anak Luo seharusnya tidak begitu ketakutan padanya!
Dia berjalan menghampiri Melvin yang sedang berlatih dengan manusia batu di sisi lain aula dan berkata, "Melvin, apa gunanya bertarung dengan manusia batu? Ayo, aku akan membantumu berlatih."
"Ummm..." Melvin berkata dengan cemberut. Melvin tidak merasa begitu yakin bahwa dia ingin bertarung dengan mantan tuan muda itu setelah pertemuan terakhirnya dengan Zen dan setelah mendengar tentang pukulan yang diberikan Zen kepada Grey dan Darren di hari sebelumnya.
"Aku adalah seorang karung tinju. Ini adalah tugasku untuk membantumu berlatih dengan benar! Kamu tidak perlu khawatir, kulitku tebal. Itu cukup untuk melindungiku dari pukulan." Zen menepuk dadanya dan berusaha meyakinkannya saat dia berbicara.
Melvin merasa malu setelah mendengar apa yang Zen katakan padanya. Apa yang akan dikatakan orang-orang tentang Melvin jika dia menolak untuk memukuli karung tinju? Anak-anak Luo yang berlatih setiap hari seharusnya menjadi lebih kuat, lebih kejam, dan lebih tahan banting dibandingkan dengan karung tinju yang babak belur dan mendapatkan memar dari pukulan mereka setiap hari. Apakah dia akan terlihat lemah jika itu terjadi? Apakah anak-anak lain akan mengolok-oloknya? Apakah dia sanggup mengambil risiko untuk membuat marah Zen dan mendapatkan pukulan yang mirip dengan Darren dan Grey?
Melvin masih merasa khawatir terlepas dari apa yang akan dikatakan orang lain. Dia merasa tidak sekuat sebelumnya. Jika dia bisa mendapatkan nilai 100 karena kekuatannya sebelumnya, sekarang dia hanya bisa mendapatkan nilai 50 atau 60.
Melvin mengangkat tipis bahunya saat menerima tawaran Zen. Dia tidak mungkin sanggup jika terlihat buruk di depan anak-anak lain. Zen menyadari mengapa Melvin ragu-ragu begitu latihan mereka dimulai. Kekuatan yang digunakan Melvin untuk memukul Zen hari itu tidak cukup untuk memperbaiki tubuhnya. Efek pukulan pada tubuhnya hari ini tidak sama dengan terakhir kali Melvin menghajar Zen. Zen tidak puas hanya dengan ini.
"Gunakan seluruh kekuatanmu! Pukul lebih keras di sini!
Tinjumu terlalu pelan hari ini. Apa yang kamu khawatirkan? Ayo latihan dengan benar.
Sekarang sudah jauh lebih baik, tapi masih tidak sebagus kemarin. Ayo, fokus dan kerahkan seluruh tenagamu."
Melihat seorang karung tinju mengajari seorang anak Luo memang hal yang tidak biasa untuk dilihat. Dan jarang sekali bahkan tidak pernah ada karung tinju yang meminta untuk dipukul lebih keras. Sekelompok anak-anak di Aula Seni Bela Diri tercengang dengan apa yang mereka saksikan dengan mata mereka sendiri. Mulut mereka menganga lebar saat menyaksikan sesi latihan di antara Zen dan Melvin. Mereka tidak bisa menebak apa yang ada di dpikiran Zen.
Namun, Melvin tidak memperhatikan tatapan anak-anak lain. Awalnya dia merasa sangat kesal dengan apa yang dikatakan Zen. Dia merasa seolah-olah Zen sedang mengejeknya. Namun beberapa saat kemudian dia mengesampingkan amarahnya dan fokus berlatih ketika Melvin menyadari bahwa dia perlahan menjadi lebih baik. Anggota tubuhnya terasa lebih nyaman sekarang, dan kekuatannya yang tadi surut tampaknya telah kembali ke tingkat normal.
"Bum!"
"Bumm!"
"Bummm!"
Kekuatan tinju Melvin berpindah dari dada Zen ke daging bagian dalam tubuhnya. Zen terbang terjatuh ke lantai dan meronta-ronta kesakitan sampai kehangatan mulai mengalir ke seluruh sudut tubuhnya. Saat hal ini berlanjut, Zen merasakan kotoran di tulangnya sedang dimurnikan, seperti menggulung sutra dari kepompong.
Setiap pukulan perlahan-lahan memurnikan tulangnya. Zen bisa merasakan bahwa dia semakin tangguh dengan peningkatan kekuatan tulangnya.
Pukulan Melvin memiliki efek seperti Pil Ajaib untuk tubuh Zen. Kegembiraan dari perubahan kualitatif yang dia rasakan ini tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Zen ingat untuk berpura-pura kesakitan setiap kali dia dipukul. Rasa sakit terlihat jelas di wajahnya, tetapi di balik itu, diam-diam dia bersukacita atas pemurnian yang dialami tubuhnya. Dia membutuhkan seluruh kekuatannya untuk menahan dirinya berteriak 'biarkan tinjumu memukulku lebih keras!'
Zen tersenyum senang ketika para penjaga berjalan pergi untuk mengisi ulang panci tembaga. Panci tembaga itu digunakan untuk menghitung waktu. Panci itu memiliki lubang kecil dimana air akan mengalir keluar. Butuh waktu satu jam untuk mengosongkan panci itu. Zen sangat bersemangat menghitung berapa kali penjaga telah mengisi panci itu kembali. Karena para penjaga telah mengisi pot itu sebanyak tiga kali, itu berarti tiga jam telah berlalu.
Pikiran itu membawa kegembiraan bagi Zen karena itu berarti bahwa para pelayan Luo akan membawakan makanan, baik untuk anak-anak maupun karung tinju mereka. Biasanya, Zen seperti semua orang-orang yang menjadi karung tinju lainnya tidak senang karena anak-anak Luo disuguhi makanan yang lezat, sementara para karung tinju hanya mendapat air dingin dan roti keras.
Namun kali ini, Zen terlalu lapar untuk peduli dengan makanan apa yang dia dapatkan. Dia sangat kelaparan setelah tiga jam berlatih dan memurnikan tubuhnya. Dia bahkan tidak peduli bahwa makanannya tidak enak karena proses pemurnian menggunakan banyak energi fisik. Zen bergegas meraih roti dan hendak memasukkannya ke mulutnya ketika dia diganggu seseorang.
Sebuah baskom porselen yang penuh dengan daging yang indah dan wangi tiba-tiba muncul di depan wajah Zen.
Ketika Zen mendongakkan kepalanya, dia terkejut melihat Melvin berdiri di depannya. "Ayo makan bersamaku," kata Melvin sambil menyerahkan mangkuk nasinya kepada Zen.
Alih-alih menolak, Zen malah tersenyum penuh terima kasih dan bergegas mengambil segenggam daging.
"Kamu memukul Grey. Tuan Muda Andrew akan memberimu masalah karena hal itu," bisik Melvin padanya.
Zen melahap makanannya dengan cepat. Dia tidak mendapatkan makanan enak karena dia adalah sebuah karung tinju. Sudah lama sekali sejak seseorang menawarinya daging yang lezat. Zen hanya mengangguk sambil mengunyah makanannya. Dia tahu bahwa Melvin hanya mencoba mengingatkannya tentang apa yang akan terjadi.
Mau bagaimanapun juga, dia adalah mantan tuan muda Klan Luo, jadi dia tahu dan mengerti aturan ini lebih baik daripada orang lain.