icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 8
Zen Memukul Para Pelayan (Bagian Dua)
Jumlah Kata:1218    |    Dirilis Pada: 05/01/2022

Meskipun orang-orang ini memiliki kekuatan yang cukup besar, mereka tidak dapat menggerakkan Zen yang telah mencapai tingkat pemurnian tulang.

Kaki Zen seperti pasak yang dipukul oleh palu dan dipaku dalam ke tanah. Para pelayan sudah menggunakan semua kekuatan mereka, namun mereka tetap tidak bisa menggerakkan Zen sedikit pun. Tubuh mereka dipenuhi keringat karena berusaha sekuat tenaga untuk menggerakkan Zen. Mereka bahkan terengah-engah seolah sudah kehabisan napas dan tenaga. Darren berkata melihat pemandangan itu, "Zen, aku memberimu kesempatan untuk melayani Grey. Hal ini lebih baik daripada dipukuli setiap hari di sana. Jangan mempersulit hidupmu!"

Tatapan ganas terlintas di mata Zen. Dia mengambil napas dalam-dalam dan mengkontraksikan tulang rusuknya. Karena dia telah mencapai tingkat pemurnian tulang, dia bisa dengan mudah mengumpulkan energinya untuk membalas. Dia berdiri diam di tempatnya dan mengarahkan energinya untuk keluar seperti guntur. Tanah bergetar hebat seperti sedang terjadi ledakan. Semua pelayan, termasuk Grey dan Darren menutup telinga mereka saat terdengar nada keras yang mengikuti getaran.

"Grey Huang! Darren Fang!" Zen berteriak. "Bahkan jika pamanku, Bryson Luo ada di sini, dia tidak akan berani memintaku untuk menjadi pelayannya. Kalian berdua hanyalah pelayan di dalam Klan Luo. Dan kalian memiliki nyali untuk menjadi begitu sombong? Aku tidak tahu siapa yang memberi kalian keberanian untuk berani memikirkan omong kosong seperti ini."

Kekuatan Zen membuat Darren ketakutan dan dia mundur selangkah. Grey berdiri diam di tempatnya.

Darren memang sengaja membawa Zen ke sini. Tujuannya adalah untuk membiarkan Grey yang berurusan dengan Zen. Dan dia tahu dia hampr sukses ketika dia melihat wajah marah Zen, karena tabu terbesar Grey adalah orang lain yang mencoba untuk tidak menghormatinya. Zen benar-benar berada di dalam masalah besar sekarang.

Grey berdiri diam tanpa bergerak. Dia malah terlihat tenang. Dia berkata sambil menyipitkan matanya, "Zen, jangan lupa dengan situasimu sekarang. Kamu adalah seorang budak dan bukan lagi tuan muda. Sekarang Perrin adalah tuan muda di Klan Luo. Ini malah merupakan kehormatan bagimu untuk bisa melayaniku."

"Tutup mulutmu!"

Zen dengan paksa mendorong para pelayan yang telah menangkapnya.

Grey dengan sabar menyaksikan perjuangan Zen sebelum bertanya, "Apakah kamu ingin memberontak sekarang? Kamu tahu bahwa kamu akan dieksekusi karena memberontak sesuai dengan aturan Klan."

Zen tertawa keras sambil berjalan maju ke depan. Dia mencibir, "Aturan keluarga katamu? Bagaimana bisa orang luar sepertimu berani membicarakan aturan keluargaku di depanku dan mengajariku? Biarkan aku yang mengajarimu apa aturan keluargaku!"

Zen memaksimalkan kekuatannya saat dia mempersiapkan dirinya untuk mengalahkan Grey.

"Zen, jangan berani-beraninya kamu berbuat itu! Jika kamu memukulku, Tuan Andrew tidak akan pernah membiarkanmu pergi begitu saja. Selain itu, kamu hanyalah sebuah karung tinju yang tidak berdaya di Klan Luo sekarang. Apakah kamu tidak takut dipukuli sampai mati?" Grey berkata dengan tenang.

"Aduh!"

Suara daging bertemu daging bergema dengan keras di halaman. Zen menampar wajah Grey. Tidak ada orang yang bisa menahannya lagi sekarang. Dia maju selangkah lagi, meraih kerah Grey dan menampar wajahnya beberapa kali lagi.

Wajah keriput Grey memucat karena serangan gencar dari Zen. Bekas telapak mantan tuan muda itu jelas tercetak di wajah setengah bengkak milik Grey. Semburan darah halus keluar dengan setiap tamparan yang dilakukannya. Zen menyunggingkan bibirnya saat menyadari bahwa wajah Grey sekarang tampak seperti babi, bengkak dan merah. Seluruh tubuh Darren gemetar saat melihat apa yang terjadi di depannya.

"Menurut aturan Klan Luo, mereka yang berbicara banyak omong kosong dan mencela orang lain begitu saja tanpa bukti akan dihukum."

"Aduh!"

"Menurut aturan Klan Luo, mereka yang suka menindas orang lain dan sombong akan dihukum."

"Aduh!"

"Menurut aturan Klan Luo, mereka yang menabur perselisihan, mengadu domba dan membalikkan keadaan akan dihukum."

"Aduh!"

"Menurut aturan Klan Luo..."

"Aduh!"

Setiap tamparan itu dilakukan sangat keras hingga membuat Grey meludahkan darah. Darren gemetar ketakutan sekarang.

Pemandangan itu sangat mengerikan...

Darren dan Grey terkejut. Zen telah menjadi budak di Klan Luo untuk waktu yang lama. Selama ini dia telah patuh dan diam-diam menelan semua hinaan yang diberikan padanya. Beraninya dia menampar Grey sekarang?

Apa yang tidak mereka pikirkan adalah bahwa Zen bukannya patuh terhadap apa yang dia terima selama ini. Dia hanya memilih untuk tidak mempermasalahkan hinaan itu karena tidak sepadan dengan waktunya.

Beberapa anak dari Klan Luo berkumpul di halaman ketika mendengar semua keributan itu. Mereka menyaksikan tindakan Zen dengan mata kepala mereka sendiri. Masing-masing dari mereka sama-sama terkejut dan saling bertatap-tatapan.

Grey telah bertindak keterlaluan karena hubungan yang dia miliki dengan Andrew. Dia cukup berkhayal untuk percaya bahwa dirinya setara dengan seorang master di dalam keluarga Luo. Beberapa dari anak-anak yang menonton ini telah diganggu oleh Grey, tetapi mereka tidak bisa membalas karena posisinya saat ini.

Grey tidak menyadari bahwa dia sangat dibenci oleh orang-orang yang melayaninya selama ini. Dan dia juga tidak menyadari kebencian yang dirasakan anak-anak ini terhadapnya. Hari ini, akhirnya seseorang telah memutuskan untuk memberinya pelajaran.

Tetapi...

anak-anak ini, meskipun mereka masih muda, mampu memahami bahwa arogansi juga berkaitan dengan kesetiaan dan dukungan di belakangnya. Grey menjadi sombong karena dia mempunyai hubungan baik dengan Andrew.

Meskipun Grey berperilaku arogan di depan orang lain yang ada di bawahnya, tapi dia berperilaku sangat rendah hati ketika berada di hadapan cabang kedua dan ketiga dari Klan Luo.

Mau bagaimanapun juga, tetap tidak pantas bagi seorang budak untuk memukuli pelayan seperti ini.

Zen berada dalam masalah besar sekarang. Semua orang tahu bahwa apa yang sedang dilakukan Zen sekarang akan menyebabkan kematiannya.

Zen menampar Grey beberapa kali sebelum akhirnya berhenti. Wajah Grey sekarang berdarah-darah dan berantakan tidak berbentuk. Bahkan rambutnya yang tadinya diikat rapi menjadi berantakan karena berlumuran darah.

Grey dengan lemah membuka mulutnya untuk mengancam Zen setelah pukulan tidak menguntungkan yang dia terima. "Kamu, kamu tunggu saja dan lihat bagaimana ..."

Zen menampar wajahnya lagi sebelum Grey bisa menyelesaikan kalimatnya. Grey jatuh terkapar ke tanah.

Setelah selesai memberi pelajaran pada Grey, tatapan Zen beralih ke arah Darren.

Darren tidak bisa menahan tubuhnya yang gemetaran setelah menyadari nasib yang akan menghampirinya. "Zen, kamu harus ingat bahwa kamu hanyalah seorang budak sekarang." Darren berteriak dan melangkah mundur perlahan.

"Kenapa memangnya? Apa yang salah dengan menjadi budak?" Zen membuntuti Darren perlahan saat dia membalas perkataannya.

"Jangan berani-beraninya kamu menghinaku dengan mulut kotormu! Ingat posisiku lebih tinggi darimu!" Darren berteriak dalam upaya untuk menghalangi Zen memukulinya.

"Sebenarnya apa itu posisi rendah? Dan apa itu posisi tinggi? Nama keluargaku adalah Luo. Aku masih seorang Luo meskipun sekarang aku seorang budak! Dan kamu lupa bahwa tinjuku lebih kuat dari dirimu. Aku ada di atasmu! Kekuatanku melebihi kekuatan milikmu. Aku ada di atasmu! Jurusku lebih baik dari dirimu. Aku ada di atasmu!"

Zen bergumam dari antara giginya yang terkatup rapat saat dia mengambil langkah yang penuh arti sambil mengancam menuju ke arah Darren. Dia menyerang dengan cepat dan meraih Darren. Zen menjadi lebih percaya diri setelah mencapai tingkat pemurnian tulang. Kekuatannya pun telah ikut tumbuh. Zen merasakan kekuatan besar mengalir melalui dirinya saat dia mengangkat tangannya untuk menyerang Darren.

Tamparannya terlihat begitu keras, dan suara dari tamparannya pun terdengar begitu keras sehingga bahkan para penonton pun ketakutan melihatnya.

Setelah Zen memukuli Darren, dia melemparkan tubuhnya ke arah Grey. Kedua pelayan itu berteriak kesakitan saat tubuh mereka bertabrakan. Zen mendongakkan kepalanya dan mengangkat dagunya dengan angkuh dan berkata, "Biarkan hari ini menjadi pelajaran bagi kalian berdua. Ingatlah untuk menghormati orang lain bukan hanya dari posisinya!"

Kemudian dia membalikkan badannya dan berjalan pergi. Anak-anak Luo dan pelayan yang berkerumun di sekitar ketiga pria itu untuk menonton keributan itu segera membuka jalan ketika mereka melihat Zen berjalan menuju pintu.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Membalas Kejahatan Dengan Kebaikan (Bagian Satu)2 Bab 2 Membalas Kejahatan Dengan Kebaikan (Bagian Dua)3 Bab 3 Metode Pemurnian Senjata (Bagian Satu)4 Bab 4 Metode Pemurnian Senjata (Bagian Dua)5 Bab 5 Tubuh yang Luar Biasa (Bagian Satu)6 Bab 6 Tubuh yang Luar Biasa (Bagian Dua)7 Bab 7 Zen Memukul Para Pelayan (Bagian Satu)8 Bab 8 Zen Memukul Para Pelayan (Bagian Dua)9 Bab 9 Krisis (Bagian Satu)10 Bab 10 Krisis (Bagian Dua)11 Bab 11 Upaya (Bagian Satu)12 Bab 12 Upaya (Bagian Dua)13 Bab 13 Hari Latihan Keluarga (Bagian Satu)14 Bab 14 Hari Latihan Keluarga (Bagian Dua)15 Bab 15 Pukulan Fatal (Bagian Satu)16 Bab 16 Pukulan Fatal (Bagian Dua)17 Bab 17 Tingkat Pemurnian Organ (Bagian Satu)18 Bab 18 Tingkat Pemurnian Organ (Bagian Dua)19 Bab 19 Evil Sang Pemurni Senjata (Bagian Satu)20 Bab 20 Evil Sang Pemurni Senjata (Bagian Dua)21 Bab 21 Memurnikan Tubuh dengan Api (Bagian Satu)22 Bab 22 Memurnikan Tubuh dengan Api (Bagian Dua)23 Bab 23 Memurnikan Tubuh dengan Api (Bagian Tiga)24 Bab 24 Api Hitam Dan Sisik Naga25 Bab 25 Kebebasan (Bagian Satu)26 Bab 26 Kebebasan (Bagian Dua)27 Bab 27 Kebebasan (Bagian Tiga)28 Bab 28 Ibukota Kaisar (Bagian Satu)29 Bab 29 Ibukota Kaisar (Bagian Dua)30 Bab 30 Provokasi (Bagian Satu)31 Bab 31 Provokasi (Bagian Dua)32 Bab 32 Ujian Awal (Bagian Satu)33 Bab 33 Ujian Awal (Bagian Dua)34 Bab 34 Tekanan Tak Terlihat (Bagian Satu)35 Bab 35 Tekanan Tak Terlihat (Bagian Dua)36 Bab 36 Lulus Ujian Awal (Bagian Satu)37 Bab 37 Lulus Ujian Awal (Bagian Dua)38 Bab 38 Aku Memiliki Ide yang Sangat Sederhana (Bagian satu)39 Bab 39 Aku Memiliki Ide yang Sangat Sederhana (Bagian Dua)40 Bab 40 Kejutan (Bagian Satu)41 Bab 41 Kejutan (Bagian Dua)42 Bab 42 Pil Panjang Umur43 Bab 43 Amarah Zen (Bagian Satu)44 Bab 44 Kemarahan Zen (Bagian Dua)45 Bab 45 Aku Menolak Menerimanya (Bagian Satu)46 Bab 46 Aku Menolak Menerimanya (Bagian Dua)47 Bab 47 Yan Luo48 Bab 48 Gunung Berdarah (Bagian Satu)49 Bab 49 Gunung Berdarah (Bagian Dua)50 Bab 50 Ryan Fang (Bagian Satu)51 Bab 51 Ryan Fang (Bagian Dua)52 Bab 52 Cara Terbaik Menyingkirkan Orang Bodoh (Bagian Satu)53 Bab 53 Cara Terbaik Menyingkirkan Orang Bodoh (Bagian Dua)54 Bab 54 Tujuh Klan Bangsawan Teratas55 Bab 55 Terpaksa Bertarung (Bagian Satu)56 Bab 56 Terpaksa Bertarung (Bagian Dua)57 Bab 57 Mati-matian Melawan (Bagian Satu)58 Bab 58 Mati-matian Melawan (Bagian Dua)59 Bab 59 Raksasa (Bagian Satu)60 Bab 60 Raksasa (Bagian Dua)61 Bab 61 Menggunakan Pisau Terbang (Bagian Satu)62 Bab 62 Menggunakan Pisau Terbang (Bagian Dua)63 Bab 63 Perasaan Tertekan64 Bab 64 Mendapatkan Kembali Pisau Terbang (Bagian Satu)65 Bab 65 Mendapatkan Kembali Pisau Terbang (Bagian Dua)66 Bab 66 Memilih Metode Pemurnian (Bagian Satu)67 Bab 67 Memilih Metode Pemurnian (Bagian Dua)68 Bab 68 Metode Kultivasi Tingkat Lima (Bagian Satu)69 Bab 69 Metode Kultivasi Tingkat Lima (Bagian Dua)70 Bab 70 Gunung Neraka (Bagian Satu)71 Bab 71 Gunung Neraka (Bagian Dua)72 Bab 72 Masalah Tiada Akhir73 Bab 73 Tantangan74 Bab 74 Melupakan Diri Sendiri Sepenuhnya (Bagian Satu)75 Bab 75 Melupakan Diri Sendiri Sepenuhnya (Bagian Dua)76 Bab 76 Permainan Kucing dan Tikus (Bagian Satu)77 Bab 77 Permainan Kucing Dan Tikus (Bagian Dua)78 Bab 78 Mencapai Tingkat Pemurnian Sumsum79 Bab 79 Tetap Tenang (Bagian Satu)80 Bab 80 Tetap Tenang (Bagian Dua)81 Bab 81 Tetap Tenang (Bagian Tiga)82 Bab 82 Kebenaran Yang Dingin Dan Keras83 Bab 83 Instruktur Su Yang Marah (Bagian Satu)84 Bab 84 Instruktur Su Yang Marah (Bagian Dua)85 Bab 85 Lapangan Parkir Langit Biru (Bagian Satu)86 Bab 86 Lapangan Parkir Langit Biru (Bagian Dua)87 Bab 87 Serangan Mendadak Di Langit (Bagian Satu)88 Bab 88 Serangan Mendadak Di Langit (Bagian Dua)89 Bab 89 Diselamatkan (Bagian Satu)90 Bab 90 Diselamatkan (Bagian Dua)91 Bab 91 Tantangan Yang Tak Terduga92 Bab 92 Mempermalukan Dirinya Sendiri (Bagian Satu)93 Bab 93 Mempermalukan Dirinya Sendiri (Bagian Dua)94 Bab 94 Kesempatan Dalam Kesempitan95 Bab 95 Panen Melimpah Inti Kristal (Bagian Satu)96 Bab 96 Panen Melimpah Inti Kristal (Bagian Dua)97 Bab 97 Nasib Tragis (Bagian Satu)98 Bab 98 Nasib Tragis (Bagian Dua)99 Bab 99 Binatang Raksasa Di Danau Lava100 Bab 100 Perubahan Menjadi Senjata Spiritual (Bagian Satu)