Perjalanan Menjadi Dewa
Penulis:Green
GenreFantasi
Perjalanan Menjadi Dewa
Meskipun orang-orang ini memiliki kekuatan yang cukup besar, mereka tidak dapat menggerakkan Zen yang telah mencapai tingkat pemurnian tulang.
Kaki Zen seperti pasak yang dipukul oleh palu dan dipaku dalam ke tanah. Para pelayan sudah menggunakan semua kekuatan mereka, namun mereka tetap tidak bisa menggerakkan Zen sedikit pun. Tubuh mereka dipenuhi keringat karena berusaha sekuat tenaga untuk menggerakkan Zen. Mereka bahkan terengah-engah seolah sudah kehabisan napas dan tenaga. Darren berkata melihat pemandangan itu, "Zen, aku memberimu kesempatan untuk melayani Grey. Hal ini lebih baik daripada dipukuli setiap hari di sana. Jangan mempersulit hidupmu!"
Tatapan ganas terlintas di mata Zen. Dia mengambil napas dalam-dalam dan mengkontraksikan tulang rusuknya. Karena dia telah mencapai tingkat pemurnian tulang, dia bisa dengan mudah mengumpulkan energinya untuk membalas. Dia berdiri diam di tempatnya dan mengarahkan energinya untuk keluar seperti guntur. Tanah bergetar hebat seperti sedang terjadi ledakan. Semua pelayan, termasuk Grey dan Darren menutup telinga mereka saat terdengar nada keras yang mengikuti getaran.
"Grey Huang! Darren Fang!" Zen berteriak. "Bahkan jika pamanku, Bryson Luo ada di sini, dia tidak akan berani memintaku untuk menjadi pelayannya. Kalian berdua hanyalah pelayan di dalam Klan Luo. Dan kalian memiliki nyali untuk menjadi begitu sombong? Aku tidak tahu siapa yang memberi kalian keberanian untuk berani memikirkan omong kosong seperti ini."
Kekuatan Zen membuat Darren ketakutan dan dia mundur selangkah. Grey berdiri diam di tempatnya.
Darren memang sengaja membawa Zen ke sini. Tujuannya adalah untuk membiarkan Grey yang berurusan dengan Zen. Dan dia tahu dia hampr sukses ketika dia melihat wajah marah Zen, karena tabu terbesar Grey adalah orang lain yang mencoba untuk tidak menghormatinya. Zen benar-benar berada di dalam masalah besar sekarang.
Grey berdiri diam tanpa bergerak. Dia malah terlihat tenang. Dia berkata sambil menyipitkan matanya, "Zen, jangan lupa dengan situasimu sekarang. Kamu adalah seorang budak dan bukan lagi tuan muda. Sekarang Perrin adalah tuan muda di Klan Luo. Ini malah merupakan kehormatan bagimu untuk bisa melayaniku."
"Tutup mulutmu!"
Zen dengan paksa mendorong para pelayan yang telah menangkapnya.
Grey dengan sabar menyaksikan perjuangan Zen sebelum bertanya, "Apakah kamu ingin memberontak sekarang? Kamu tahu bahwa kamu akan dieksekusi karena memberontak sesuai dengan aturan Klan."
Zen tertawa keras sambil berjalan maju ke depan. Dia mencibir, "Aturan keluarga katamu? Bagaimana bisa orang luar sepertimu berani membicarakan aturan keluargaku di depanku dan mengajariku? Biarkan aku yang mengajarimu apa aturan keluargaku!"
Zen memaksimalkan kekuatannya saat dia mempersiapkan dirinya untuk mengalahkan Grey.
"Zen, jangan berani-beraninya kamu berbuat itu! Jika kamu memukulku, Tuan Andrew tidak akan pernah membiarkanmu pergi begitu saja. Selain itu, kamu hanyalah sebuah karung tinju yang tidak berdaya di Klan Luo sekarang. Apakah kamu tidak takut dipukuli sampai mati?" Grey berkata dengan tenang.
"Aduh!"
Suara daging bertemu daging bergema dengan keras di halaman. Zen menampar wajah Grey. Tidak ada orang yang bisa menahannya lagi sekarang. Dia maju selangkah lagi, meraih kerah Grey dan menampar wajahnya beberapa kali lagi.
Wajah keriput Grey memucat karena serangan gencar dari Zen. Bekas telapak mantan tuan muda itu jelas tercetak di wajah setengah bengkak milik Grey. Semburan darah halus keluar dengan setiap tamparan yang dilakukannya. Zen menyunggingkan bibirnya saat menyadari bahwa wajah Grey sekarang tampak seperti babi, bengkak dan merah. Seluruh tubuh Darren gemetar saat melihat apa yang terjadi di depannya.
"Menurut aturan Klan Luo, mereka yang berbicara banyak omong kosong dan mencela orang lain begitu saja tanpa bukti akan dihukum."
"Aduh!"
"Menurut aturan Klan Luo, mereka yang suka menindas orang lain dan sombong akan dihukum."
"Aduh!"
"Menurut aturan Klan Luo, mereka yang menabur perselisihan, mengadu domba dan membalikkan keadaan akan dihukum."
"Aduh!"
"Menurut aturan Klan Luo..."
"Aduh!"
Setiap tamparan itu dilakukan sangat keras hingga membuat Grey meludahkan darah. Darren gemetar ketakutan sekarang.
Pemandangan itu sangat mengerikan...
Darren dan Grey terkejut. Zen telah menjadi budak di Klan Luo untuk waktu yang lama. Selama ini dia telah patuh dan diam-diam menelan semua hinaan yang diberikan padanya. Beraninya dia menampar Grey sekarang?
Apa yang tidak mereka pikirkan adalah bahwa Zen bukannya patuh terhadap apa yang dia terima selama ini. Dia hanya memilih untuk tidak mempermasalahkan hinaan itu karena tidak sepadan dengan waktunya.
Beberapa anak dari Klan Luo berkumpul di halaman ketika mendengar semua keributan itu. Mereka menyaksikan tindakan Zen dengan mata kepala mereka sendiri. Masing-masing dari mereka sama-sama terkejut dan saling bertatap-tatapan.
Grey telah bertindak keterlaluan karena hubungan yang dia miliki dengan Andrew. Dia cukup berkhayal untuk percaya bahwa dirinya setara dengan seorang master di dalam keluarga Luo. Beberapa dari anak-anak yang menonton ini telah diganggu oleh Grey, tetapi mereka tidak bisa membalas karena posisinya saat ini.
Grey tidak menyadari bahwa dia sangat dibenci oleh orang-orang yang melayaninya selama ini. Dan dia juga tidak menyadari kebencian yang dirasakan anak-anak ini terhadapnya. Hari ini, akhirnya seseorang telah memutuskan untuk memberinya pelajaran.
Tetapi...
anak-anak ini, meskipun mereka masih muda, mampu memahami bahwa arogansi juga berkaitan dengan kesetiaan dan dukungan di belakangnya. Grey menjadi sombong karena dia mempunyai hubungan baik dengan Andrew.
Meskipun Grey berperilaku arogan di depan orang lain yang ada di bawahnya, tapi dia berperilaku sangat rendah hati ketika berada di hadapan cabang kedua dan ketiga dari Klan Luo.
Mau bagaimanapun juga, tetap tidak pantas bagi seorang budak untuk memukuli pelayan seperti ini.
Zen berada dalam masalah besar sekarang. Semua orang tahu bahwa apa yang sedang dilakukan Zen sekarang akan menyebabkan kematiannya.
Zen menampar Grey beberapa kali sebelum akhirnya berhenti. Wajah Grey sekarang berdarah-darah dan berantakan tidak berbentuk. Bahkan rambutnya yang tadinya diikat rapi menjadi berantakan karena berlumuran darah.
Grey dengan lemah membuka mulutnya untuk mengancam Zen setelah pukulan tidak menguntungkan yang dia terima. "Kamu, kamu tunggu saja dan lihat bagaimana ..."
Zen menampar wajahnya lagi sebelum Grey bisa menyelesaikan kalimatnya. Grey jatuh terkapar ke tanah.
Setelah selesai memberi pelajaran pada Grey, tatapan Zen beralih ke arah Darren.
Darren tidak bisa menahan tubuhnya yang gemetaran setelah menyadari nasib yang akan menghampirinya. "Zen, kamu harus ingat bahwa kamu hanyalah seorang budak sekarang." Darren berteriak dan melangkah mundur perlahan.
"Kenapa memangnya? Apa yang salah dengan menjadi budak?" Zen membuntuti Darren perlahan saat dia membalas perkataannya.
"Jangan berani-beraninya kamu menghinaku dengan mulut kotormu! Ingat posisiku lebih tinggi darimu!" Darren berteriak dalam upaya untuk menghalangi Zen memukulinya.
"Sebenarnya apa itu posisi rendah? Dan apa itu posisi tinggi? Nama keluargaku adalah Luo. Aku masih seorang Luo meskipun sekarang aku seorang budak! Dan kamu lupa bahwa tinjuku lebih kuat dari dirimu. Aku ada di atasmu! Kekuatanku melebihi kekuatan milikmu. Aku ada di atasmu! Jurusku lebih baik dari dirimu. Aku ada di atasmu!"
Zen bergumam dari antara giginya yang terkatup rapat saat dia mengambil langkah yang penuh arti sambil mengancam menuju ke arah Darren. Dia menyerang dengan cepat dan meraih Darren. Zen menjadi lebih percaya diri setelah mencapai tingkat pemurnian tulang. Kekuatannya pun telah ikut tumbuh. Zen merasakan kekuatan besar mengalir melalui dirinya saat dia mengangkat tangannya untuk menyerang Darren.
Tamparannya terlihat begitu keras, dan suara dari tamparannya pun terdengar begitu keras sehingga bahkan para penonton pun ketakutan melihatnya.
Setelah Zen memukuli Darren, dia melemparkan tubuhnya ke arah Grey. Kedua pelayan itu berteriak kesakitan saat tubuh mereka bertabrakan. Zen mendongakkan kepalanya dan mengangkat dagunya dengan angkuh dan berkata, "Biarkan hari ini menjadi pelajaran bagi kalian berdua. Ingatlah untuk menghormati orang lain bukan hanya dari posisinya!"
Kemudian dia membalikkan badannya dan berjalan pergi. Anak-anak Luo dan pelayan yang berkerumun di sekitar ketiga pria itu untuk menonton keributan itu segera membuka jalan ketika mereka melihat Zen berjalan menuju pintu.