Perjalanan Menjadi Dewa
Penulis:Green
GenreFantasi
Perjalanan Menjadi Dewa
'Aku merasa sangat tak terkalahkan sekarang,' pikir Zen saat kehangatan menyelimuti tubuhnya seperti angin musim semi yang lembut. Seluruh tubuhnya semakin terasa nyaman dan matanya bersinar saking gembiranya. Faktanya, semakin banyak pukulan yang dia terima, semakin terang pula matanya bersinar.
"Pergilah kamu ke neraka!"
"Bummm!"
"Aku akan memukulmu sampai kamu mati!"
"Bukkk!"
Setiap pukulan Melvin menyembuhkan dan menyempurnakan Zen. Melvin bekerja sangat keras untuk mengalahkan dan menghancurkan lawannya, namun sebenarnya tindakannya setara dengan tindakan seorang pandai besi yang bekerja keras. Setiap pukulan yang diberikannya membentuk tubuh Zen menjadi 'Senjata Misterius'.
Melvin menghentikan tinjunya setelah beberapa lama. Meskipun Zen terlihat terbaring di tanah, tapi dia tampak tidak terluka sama sekali. Melvin terengah-engah dan dia memelototi Zen. Dia kebingungan dengan pengalaman yang dia alami saat ini. Dia telah mendengar dari orang-orang bahwa Zen dapat menahan pukulan berat, tetapi dia tidak menyangka bahwa Zen ternyata segigih ini. Dia masih mampu berdiri sendiri dengan kedua kakinya setelah menahan begitu banyak pukulan dari Melvin, meskipun dia terlihat sangat berjuang dan seluruh badannya gemetar sambil berusaha untuk berdiri.
Melvin tidak tahu bahwa Zen sebenarnya hanya berpura-pura lemah. Dia benar-benar menikmati pukulan yang dia dapatkan saat itu.
Para budak yang berdiri di samping menggelengkan kepala mereka melihat tingkah Zen. Mereka tidak bisa mengerti mengapa Zen terus menerus menentang Melvin dengan mencoba berdiri setelah mendapatkan setiap pukulan. Jika Zen pintar seperti mereka, dia pasti akan tetap berbaring di tanah seolah-olah telah dikalahkan. Dengan cara itu para penjaga akan langsung mengirimnya kembali ke kamarnya di ruang bawah tanah di mana dia bisa beristirahat dengan tenang dan menghindari cedera lebih lanjut. Namun Zen terus berdiri berulang kali dan menghadapi setiap pukulan yang dilakukan oleh Melvin terlepas dari naluri dasar bertahan hidup itu. Apa mungkin dia menikmati menjadi samsak? Apakah selama ini dia suka menerima pukulan-pukulan itu?
Zen tidak bangkit lagi setelah pukulan terakhir yang dilemparkan Melvin. Sebaliknya, dia berbaring di tanah sambil menikmati kehangatan yang telah menyebar ke seluruh bagian tubuhnya. Dia merasa begitu tenang dan tak terkalahkan saat itu!
Alasan lain mengapa Zen tetap berbaring di tanah adalah untuk menghindari keraguan dari semua orang yang ada di sana. Tidak ada satu budak pun yang bisa menerima pukulan seperti itu tanpa terluka parah. Orang-orang akan mulai bertanya-tanya bagaimana dia bisa menahan pukulan seperti itu jika dia tetap berdiri berulang kali.
Jadi Zen memutuskan untuk berbaring di tanah dan menikmati kehangatan yang dia dapatkan saat itu untuk menghindari kecurigaan. Dia tahu bahwa dia akan dipukuli lagi besok. Jadi hari ini cukup sampai di sini.
Melvin merasa lega setelah melihat bahwa Zen tidak lagi berusaha untuk berdiri. Melvin pasti akan dipermalukan jika Zen masih berusaha untuk berdiri lagi.
Pada malam hari, Zen berjalan tertatih-tatih ketika kembali ke kamarnya di ruang bawah tanah. Begitu pintu ruang bawah tanah itu terbanting menutup, dia langsung berhenti berpura-pura terluka. Sebaliknya dia langsung merasa hidup, seolah-olah energi meletup-letup dari tubuhnya.
Darren masih tidak muncul juga di malam hari. Dia hanya memerintahkan kaki tangannya untuk membawa tiga pil penyembuhan luka dan memberikannya pada Zen. Zen tersenyum ketika dia melihat isi dalam kantong kertas yang dia dapatkan. Sepertinya Darren telah mendapakan pelajarannya dan tidak akan menggelapkan obat-obatannya.
'Mungkinkah tindakan kecil yang dilakukannya kemarin telah membuat Darren begitu takut? Apakah dia akan berperilaku lebih baik setelah ini?' Zen menggelengkan kepalanya karena dia tidak percaya bahwa Darren akan berubah secepat ini.
Dia punya firasat buruk bahwa penjahat seperti Darren sedang merencanakan sesuatu yang lain. Darren tidak akan pernah menyerah begitu saja, dan mungkin sedang merencanakan sesuatu yang lebih mengerikan, seperti mungkin saja meracuni Zen.
'Yah, siapa peduli?' Zen tahu dan sadar bahwa dia harus lebih waspada lagi mulai sekarang. Tapi dia juga tahu bahwa orang seperti Darren itu sebenarnya pengecut. Akhirnya dia memutuskan untuk tidak menganggapnya serius. Dia berpikir pada dirinya sendiri, 'Aku akan mengambil tindakan sesuai dengan situasi yang sedang terjadi.'
Kemudian dia membuang pil itu karena dia tidak membutuhkannya lagi.
Zen mulai fokus pada hal-hal lain saat pikirannya kembali tenang. Seharian dipukuli berarti badannya sangat kotor. Dia berjalan ke arah tangki air dan dengan cepat melepas pakaiannya untuk mandi. Zen kemudian mengambil air dingin dengan telapak tangannya dan menuangkannya ke atas kepalanya.
Byur....
Air dingin yang jernih mengalir dari kepala Zen dan menggenang menjadi lumpur gelap di kakinya. Ketika Zen menundukkan kepalanya dan melihat ke bawah, dia terkejut melihat air kotor itu bercampur dengan beberapa benda berwarna putih.
Seperti yang dia duga, pukulan yang diterima Zen tadi telah memaksa kotoran keluar dari tubuhnya.
Apa itu tingkat pemurnian daging?
Itu adalah tingkat di mana kotoran akan dikeluarkan dari tubuh.
Apa itu tingkat pemurnian tulang?
Itu adalah tingkat di mana kotoran akan dikeluarkan dari tulang.
Apa itu tingkat pemurnian organ?
Itu berarti...
Lima tingkat pemurnian ini adalah proses yang sangat penting yang akan memurnikan seluruh tubuh; mulai dari kulit hingga daging diikuti tulang dan organ. Proses itu adalah proses pemurnian selangkah demi selangkah dari bagian luar tubuh ke bagian dalam tubuh yang akan berhenti setelah kotoran dikeluarkan dan dibersihkan dari sumsum tulang belakang. Dalam menyelesaikan semua tingkat, seseorang dapat menembus tubuh dan dagingnya, mencapai kehidupan sublimasi, dan diangkat ke tingkat yang lebih tinggi.
Perbedaan terbesar di antara Zen dan lainnya adalah bahwa orang lain perlu bergantung pada rezim latihan mereka untuk menghilangkan kotoran dari dalam tubuh mereka. Ini adalah proses yang sangat lambat dan menghabiskan banyak waktu yang bisa memakan waktu beberapa tahun atau dekade atau bahkan seumur hidup, tergantung pada orang yang melakukannya.
Namun, dari pengalaman yang Zen alami kemarin malam berarti dia sekarang harus dipukuli untuk mencapai level yang lebih tinggi. Dengan arus hangat yang membalut seluruh tubuhnya, yang memiliki efek yang sama dengan Pil Ajaib, dia bisa mengeluarkan kotoran dari tubuhnya lebih cepat.
Dibandingkan dengan orang lain yang bisa melakukannya melalui kerja keras untuk bisa mengeluarkan sedikit kotoran setiap tahun, pemurnian Zen terjadi seribu kali lebih cepat!
Zen telah mencapai puncak tingkat pemurnian daging sebelumnya, tetapi kemudian karena musibah itu dan dua tahun dia habiskan menjadi samsak, dia tetap berada di tingkat pemurnian daging karena dia tidak memiliki waktu untuk berlatih.
Tetapi setelah pukulan yang dia dapatkan hari ini, beberapa kotoran di tubuhnya telah dibersihkan. Dia merasa seolah-olah tubuhnya telah mengalami perubahan kualitatif; dagingnya sudah sangat murni dan melihat kotoran putih terang yang terlepas dari badannya ketika dia mandi, membuatnya percaya bahwa sebenarnya dia telah dimurnikan lebih lanjut.
Kotoran yang dikeluarkan dari daging biasanya adalah kotoran berwarna hitam, dan kotoran yang berwarna putih pucat itu seharusnya dikeluarkan dari tulangnya. Ini adalah bukti yang dia butuhkan untuk memastikan bahwa dia telah memasuki tingkat pemurnian tulang.
Zen melepas ranjang besinya karena antusias dan merasa kuat, lalu membuat tempat di kamarnya di ruang bawah tanah untuk latihan. Dia memulai latihannya dengan Tinju Cahaya Ungu. Seluruh tubuhnya dibalut dengan cahaya berwarna ungu saat dia berkonsentrasi. Cahaya yang ada di sekitar tubuhnya itu kira-kira sama dengan cahaya ungu di sekitar Perrin sebelumnya hari itu.
Tiba-tiba Zen melepaskan semua energinya melalui sebuah pukulan. Keheningan yang ada di ruang bawah tanah digantikan dengan suara dentuman yang tajam.
"Bummm!"
Suara kuat lainnya dihasilkan dari aliran udara yang tersebar. Ledakan itu mengguncang lilin, kertas, dan benda-benda kecil lainnya di ruang bawah tanah.
Sayangnya, ruang bawah tanah itu sempit, yang berarti Zen tidak memiliki banyak tempat. Tidak ada kunci batu atau manusia batu di sekitarnya di mana dia bisa mencoba kekuatannya. Zen juga tidak ingin membuat banyak suara karena itu akan membuat para penjaga bersiaga.
Namun, dia cukup menikmati kepuasan bahwa dia telah mencapai tingkat pemurnian tulang.