icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 7
Zen Memukul Para Pelayan (Bagian Satu)
Jumlah Kata:1155    |    Dirilis Pada: 05/01/2022

Zen merasa sangat bersemangat sampai-sampai dia hampir tidak bisa tidur selama lebih dari setengah jam.

Keesokan paginya, seperti rutinitas biasanya Zen diharuskan mengenakan pelindung kulit sebelum dikawal dari ruang bawah tanah sambil mengenakan borgol.

Sekarang tubuhnya menghasilkan perubahan kualitatif karena dia telah memasuki tingkat pemurnian tulang. Meski masih samar-samar, perubahan itu bisa dilihat dari caranya berjalan. Gaya berjalannya terlihat lebih santai, lebih terkoordinasi, dan lebih menghemat tenaga untuknya.

Zen bahkan merasa bahwa dia bisa kabur jika bukan karena borgol yang membatasi gerakannya.

Zen terkejut ketika dia melihat bahwa para penjaga membawanya ke tempat lain, dan bukan ke arah Aula Seni Bela Diri seperti biasanya.

Meskipun kediaman Luo mempunyai area yang sangat luas, tapi itu dibangun dengan baik. Selain Aula Seni Bela Diri, kediaman itu memiliki Paviliun Dewan, Taman Penanaman, dan bengkel untuk Pemurnian Senjata. Semuanya telah direncanakan dengan baik dari awal dan dibangun di bagian depan kediaman.

Zen melihat ke sekelilingnya saat dia berjalan. Dia ingat bahwa jalan yang dia lalui saat ini menuju ke area dalam kediaman. Begitu mereka sampai ke dalam kediaman, para penjaga membimbingnya ke jalan yang lebih sempit yang tampaknya mengarah ke halaman belakang kediaman Luo!

Alis Zen berkerut, tetapi dia tetap diam dan tidak mengatakan apa-apa. 'Mari kita tunggu saja dan lihat ke mana mereka akan membawaku,' pikirnya.

Zen sudah lama tidak pergi ke halaman belakang kediaman Luo. Dia diam-diam mengamati perubahan yang terjadi saat dia berjalan. Rumah untuk pamannya dan keluarga mereka telah ditambahkan ke daerah kediaman Luo, bersamaan dengan beberapa paviliun dan aula terbuka. Begitu berada di luar, Zen menyadari bahwa mereka bahkan telah membuat beberapa kolam, membangun jembatan di atas kolamnya, dan menambahkan sebuah paviliun di tepi sungai.

Hasil pengerjaan untuk bangunan baru ini sangat indah. Setiap bangunan baru memiliki atap tinggi yang ditopang oleh balok-balok yang diukir dengan rumit. Naga yang dicat berwarna emas terlihat berkilauan di bawah sinar matahari pagi.

Zen mau tidak mau bertanya-tanya setelah melihat apa yang telah dilakukan pamannya terhadap kediamannya. Meskipun keluarga Luo adalah keluarga kaya, tapi hanya orang-orang kuat yang bisa bertahan di dunia ini. Kejayaan dan kekayaan harus menjadi hal terakhir yang harus dipikirkan oleh seorang pemurni. Jika keluarga seperti mereka puas dengan kejayaan dan kekayaan saat ini dan tidak mengejar sesuatu yang lebih penting, itu pasti tidak akan berakhir dengan baik untuk mereka ke depannya.

Karena itu lah Zen percaya bahwa Klan Luo akan hancur di tangan pamannya cepat atau lambat.

Setelah penjaga memimpin Zen melewati taman dan kolam, mereka membimbingnya melalui lorong sempit yang menuju ke halaman kedua.

Di sana Zen melihat dua orang sedang asyik menikmati teh.

Ketika Zen melihat dengan seksama, dia menyadari bahwa salah satu orang itu adalah Darren, pelayan yang telah menghilang selama dua hari. Orang yang satu lagi mengenakan pakaian satin yang mewah. Dia tampak berusia lebih dari lima puluh tahun. Zen mengangkat alisnya saat dia mengenali orang yang satu lagi itu ternyata Grey Huang. Pada satu titik di masa lalu, dia juga pernah menjadi pelayan di Klan Luo.

Istri Grey pernah menjadi pengasuh bagi Andrew Luo. Andrew adalah putra tertua dari paman Zen yang lebih muda. Grey sangat pandai menjilat. Mungkin bakatnya itulah yang akhirnya menyebabkan peningkatan statusnya di dalam Klan Luo.

Dari apa yang Zen dengar dari gosip para penjaga selama ini, kedua pamannya menjadi semakin berpengaruh dan berkuasa. Dan status Grey juga ikut meningkat karena dia bekerja untuk mereka. Sekarang dia sudah menjadi pelayan senior di Klan Luo. Karena Grey adalah orang yang ambisius dan sangat memikirkan dirinya sendiri, dia tidak terlalu memperhatikan orang yang bukan kerabat kandung Luo.

Zen telah mendengar sedikit tentang kesombongannya sebelumnya.

Dari tempatnya berdiri, Zen dapat mendengar apa yang dikatakan Darren kepada Gray, "Rumah yang dihadiahkan oleh Tuan Andrew ini benar-benar sebuah mahakarya. Jika ingatanku benar, naga giok yang diukir di plakat pintu itu terbuat dari biji korundum. Itu bahan yang sangat bagus kan?"

Gray terkekeh mendengar kata-kata Darren dan menjawab, "Hanya kamu yang bisa memperhatikan hal-hal semacam ini. Jika kamu perhatikan baik-baik, kamu akan melihat harta karun lain selain naga giok ini. Atapnya telah dirancang menggunakan ubin encaustic. Dan patung singa tembaga itu dibuat oleh pengrajin terbaik yang ada di Kabupaten C..."

Darren menghargai setiap artefak. Sepertinya tidak ada biaya yang dihemat untuk membuatnya. Darren berkata kepada Grey dengan nada serius, "Rumahmu sudah sempurna, tapi masih ada satu hal yang kurang."

"Aku memiliki semua yang aku inginkan di rumahku ini. Mengapa kamu mengatakan ada sesuatu yang kurang? Coba katakan padaku apa itu yang kurang dari rumah ini." Grey menjawab dengan bangga.

Darren terkekeh ketika mendengar jawabannya, "Kamu kekurangan pelayan yang cakap di rumahmu. Kamu membutuhkan seseorang yang cerdas dan pekerja keras. Seseorang yang cukup berpengetahuan untuk membantumu dengan diet harian Anda. Dan aku punya orang yang tepat untukmu!"

"Benarkah begitu? Siapa orang yang kamu maksudkan?" Grey bertanya dengan penasaran.

Darren mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah pintu masuk halaman dan berkata, "Grey, lihat!"

Grey membalikkan badannya ke arah yang ditunjuk Darren dan melihat Zen. Orang yang berdiri di pintu sambil mengenakan borgol adalah mantan tuan muda yang terkenal dari Klan Luo. Bagaimana mungkin dia tidak mengenali Zen?

Zen mendengar apa yang Darren dan Grey bicarakan dari tempatnya. Darahnya mendidih atas ide Darren. 'Beraninya kedua anjing itu mengambil keputusan seenaknya seperti ini?'

Meskipun Zen adalah seorang budak, Darren tidak memiliki hak untuk menawarkan dia menjadi pelayan untuk seorang pelayan lain di Klan Luo. Nama keluarga Grey bahkan bukan Luo! Zen sangat tersinggung mendengarnya.

Bahkan orang yang bukan kerabat kandung di Klan Luo tidak berani mengatakan hal yang tidak masuk akal di depannya, lagipula Zen masih merupakan putra tertua dari cabang tertua Klan Luo.

'Beraninya Darren mendesak Grey untuk menerimanya sebagai pelayan di sini?' pikirnya pada diri sendiri.

Grey melihat dan mempelajari Zen dari ujung kepala sampai ujung kaki. Senyum licik memenuhi wajah tuanya yang keriput. "Mempekerjakan anak ini untuk menjaga pola makanku sebenarnya bukanlah ide yang buruk. Tapi apakah tuanku, Tuan Andrew akan baik-baik saja dengan hal ini?"

"Jangan khawatir, Grey, kamu adalah orang yang mengurus semua urusan Klan Luo. Kamu dapat dengan mudah mengirim Zen dari Aula Seni Bela Diri dan menugaskannya untuk bekerja ke kediamanmu. Zen adalah budak yang tidak berarti apa-apa sekarang. Tujuan dia di sini adalah untuk dipukuli di Aula Seni Bela Diri sebagai karung tinju setiap harinya. Dia juga pasti akan lebih nyaman untuk menjadi pelayanmu daripada dipukuli. Pekerjaan terburuknya di sini adalah membersihkan kotoran." Grey tidak bisa menahan senyum liciknya saat memikirkan hal ini.

Orang-orang seperti Grey yang telah naik statusnya dari masyarakat bawah ke atas sangat menganggap serius reputasi mereka. Dan sekarang, mantan tuan muda Klan Luo akan membersihkan kotorannya dan bekerja sebagai pelayannya. Itu memang tawaran yang menarik. Grey mengangguk untuk menunjukkan persetujuannya atas tawaran itu.

"Kamu pasti tidak akan menyesal!" Darren berkata sambil tersenyum senang ketika melihat reaksi Grey. Kemudian Darren mengangguk dan berdiri dari tempat duduknya sebelum memerintahkan salah satu penjaga untuk mengawal Zen masuk.

Namun, Zen diam dan terpaku pada tempatnya. Dia enggan menggerakkan ototnya sedikit pun sampai anak buah Darren berusaha mendorongnya.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Membalas Kejahatan Dengan Kebaikan (Bagian Satu)2 Bab 2 Membalas Kejahatan Dengan Kebaikan (Bagian Dua)3 Bab 3 Metode Pemurnian Senjata (Bagian Satu)4 Bab 4 Metode Pemurnian Senjata (Bagian Dua)5 Bab 5 Tubuh yang Luar Biasa (Bagian Satu)6 Bab 6 Tubuh yang Luar Biasa (Bagian Dua)7 Bab 7 Zen Memukul Para Pelayan (Bagian Satu)8 Bab 8 Zen Memukul Para Pelayan (Bagian Dua)9 Bab 9 Krisis (Bagian Satu)10 Bab 10 Krisis (Bagian Dua)11 Bab 11 Upaya (Bagian Satu)12 Bab 12 Upaya (Bagian Dua)13 Bab 13 Hari Latihan Keluarga (Bagian Satu)14 Bab 14 Hari Latihan Keluarga (Bagian Dua)15 Bab 15 Pukulan Fatal (Bagian Satu)16 Bab 16 Pukulan Fatal (Bagian Dua)17 Bab 17 Tingkat Pemurnian Organ (Bagian Satu)18 Bab 18 Tingkat Pemurnian Organ (Bagian Dua)19 Bab 19 Evil Sang Pemurni Senjata (Bagian Satu)20 Bab 20 Evil Sang Pemurni Senjata (Bagian Dua)21 Bab 21 Memurnikan Tubuh dengan Api (Bagian Satu)22 Bab 22 Memurnikan Tubuh dengan Api (Bagian Dua)23 Bab 23 Memurnikan Tubuh dengan Api (Bagian Tiga)24 Bab 24 Api Hitam Dan Sisik Naga25 Bab 25 Kebebasan (Bagian Satu)26 Bab 26 Kebebasan (Bagian Dua)27 Bab 27 Kebebasan (Bagian Tiga)28 Bab 28 Ibukota Kaisar (Bagian Satu)29 Bab 29 Ibukota Kaisar (Bagian Dua)30 Bab 30 Provokasi (Bagian Satu)31 Bab 31 Provokasi (Bagian Dua)32 Bab 32 Ujian Awal (Bagian Satu)33 Bab 33 Ujian Awal (Bagian Dua)34 Bab 34 Tekanan Tak Terlihat (Bagian Satu)35 Bab 35 Tekanan Tak Terlihat (Bagian Dua)36 Bab 36 Lulus Ujian Awal (Bagian Satu)37 Bab 37 Lulus Ujian Awal (Bagian Dua)38 Bab 38 Aku Memiliki Ide yang Sangat Sederhana (Bagian satu)39 Bab 39 Aku Memiliki Ide yang Sangat Sederhana (Bagian Dua)40 Bab 40 Kejutan (Bagian Satu)41 Bab 41 Kejutan (Bagian Dua)42 Bab 42 Pil Panjang Umur43 Bab 43 Amarah Zen (Bagian Satu)44 Bab 44 Kemarahan Zen (Bagian Dua)45 Bab 45 Aku Menolak Menerimanya (Bagian Satu)46 Bab 46 Aku Menolak Menerimanya (Bagian Dua)47 Bab 47 Yan Luo48 Bab 48 Gunung Berdarah (Bagian Satu)49 Bab 49 Gunung Berdarah (Bagian Dua)50 Bab 50 Ryan Fang (Bagian Satu)51 Bab 51 Ryan Fang (Bagian Dua)52 Bab 52 Cara Terbaik Menyingkirkan Orang Bodoh (Bagian Satu)53 Bab 53 Cara Terbaik Menyingkirkan Orang Bodoh (Bagian Dua)54 Bab 54 Tujuh Klan Bangsawan Teratas55 Bab 55 Terpaksa Bertarung (Bagian Satu)56 Bab 56 Terpaksa Bertarung (Bagian Dua)57 Bab 57 Mati-matian Melawan (Bagian Satu)58 Bab 58 Mati-matian Melawan (Bagian Dua)59 Bab 59 Raksasa (Bagian Satu)60 Bab 60 Raksasa (Bagian Dua)61 Bab 61 Menggunakan Pisau Terbang (Bagian Satu)62 Bab 62 Menggunakan Pisau Terbang (Bagian Dua)63 Bab 63 Perasaan Tertekan64 Bab 64 Mendapatkan Kembali Pisau Terbang (Bagian Satu)65 Bab 65 Mendapatkan Kembali Pisau Terbang (Bagian Dua)66 Bab 66 Memilih Metode Pemurnian (Bagian Satu)67 Bab 67 Memilih Metode Pemurnian (Bagian Dua)68 Bab 68 Metode Kultivasi Tingkat Lima (Bagian Satu)69 Bab 69 Metode Kultivasi Tingkat Lima (Bagian Dua)70 Bab 70 Gunung Neraka (Bagian Satu)71 Bab 71 Gunung Neraka (Bagian Dua)72 Bab 72 Masalah Tiada Akhir73 Bab 73 Tantangan74 Bab 74 Melupakan Diri Sendiri Sepenuhnya (Bagian Satu)75 Bab 75 Melupakan Diri Sendiri Sepenuhnya (Bagian Dua)76 Bab 76 Permainan Kucing dan Tikus (Bagian Satu)77 Bab 77 Permainan Kucing Dan Tikus (Bagian Dua)78 Bab 78 Mencapai Tingkat Pemurnian Sumsum79 Bab 79 Tetap Tenang (Bagian Satu)80 Bab 80 Tetap Tenang (Bagian Dua)81 Bab 81 Tetap Tenang (Bagian Tiga)82 Bab 82 Kebenaran Yang Dingin Dan Keras83 Bab 83 Instruktur Su Yang Marah (Bagian Satu)84 Bab 84 Instruktur Su Yang Marah (Bagian Dua)85 Bab 85 Lapangan Parkir Langit Biru (Bagian Satu)86 Bab 86 Lapangan Parkir Langit Biru (Bagian Dua)87 Bab 87 Serangan Mendadak Di Langit (Bagian Satu)88 Bab 88 Serangan Mendadak Di Langit (Bagian Dua)89 Bab 89 Diselamatkan (Bagian Satu)90 Bab 90 Diselamatkan (Bagian Dua)91 Bab 91 Tantangan Yang Tak Terduga92 Bab 92 Mempermalukan Dirinya Sendiri (Bagian Satu)93 Bab 93 Mempermalukan Dirinya Sendiri (Bagian Dua)94 Bab 94 Kesempatan Dalam Kesempitan95 Bab 95 Panen Melimpah Inti Kristal (Bagian Satu)96 Bab 96 Panen Melimpah Inti Kristal (Bagian Dua)97 Bab 97 Nasib Tragis (Bagian Satu)98 Bab 98 Nasib Tragis (Bagian Dua)99 Bab 99 Binatang Raksasa Di Danau Lava100 Bab 100 Perubahan Menjadi Senjata Spiritual (Bagian Satu)