Remember When
g di area pantry ketika Oli
idak jauh dari Olivia itu. Muslimin membawakan sege
asanya ya, Mbak," sahut Muslimin membuka obro
ya, dan memulai pekerjaan yang sempat ia tunda kemarin. "Ruanganku biar nanti aku bers
. Saya permisi
Lana kirimkan lewat email beberapa waktu lalu. Ada banyak marking sebagai bahan revisi untuk projek yang sedang berjalan. Olivia mem
an meja yang belum sempat ia bersihkan sejak tadi. Sapaan demi sapaan Olivia terima pagi itu, termasuk juga dari Lana. Tatapannya se
sendiri kan situasinya kemarin itu
ya ke dalam ruangan kerjanya pasti kar
elan menanggapi p
napun Si Yusa suka sama kamu. Aku memang naksir sama Si Bos tapi mengejar sesuatu yang jelas-jelas nggak bisa kuraih itu
embari bersandar pada pu
Mas Yusa kemarin. Katanya untuk bahan meeting dengan in
yang akan meninjau kantor cabang kita saat opening ceremony nanti. Ada kemungk
ruput segelas kopi yang sempat dibawanya dari ruang pan
aku di kantor saja
luar ya. Aku perlu saran d
..
saikan perkataannya memandang ke arah Lana dengan penuh keheranan. Kemudian pi
opan," kata Yusa memulai obrolan. "Apa Oliv
dan Lana saling
ia, aku tunggu di ru
lu diikuti oleh senyuma
sela-sela tertawanya. "Ini masih pagi loh. Tanpa sadar aku j
kalau Mbak Lana paham. Aku permisi dulu ya
*
k. Jadi biasakah saya melanju
ah posisi duduknya tiba-tiba dan
ak ada bahasa formal kalau kita sedan
a kapan aku bisa bertemu k
n matanya. "Sece
ia. Kita sudah lama saling
erpikir dulu? Menikah bukan sesuatu yang bisa kita put
enapa terkesan memaksa
an. Buktinya saja Yusa bahkan dengan segera meluncurkan s
rimu makanya kamu perlu berpikir ulang?
permasalahkan perbedaan usia. Aku hanya butuh waktu untuk
laki-laki itu masih tidak menerima alasan yang ia
sud
au gitu sekarang kamu ikut
e mana?" ta
kamu ak
Derap langkah kaki Yusa yang terkesan terburu-buru membuat siapapun ya
a yang semakin terlihat panik karena mereka be
keanehan ke arah Olivia sambil berbisik-bisik. Suatu tindakan paling memalukan yang dialami seorang Olivia sepagi ini. Apalagi ketika mereka melintasi ruangan kaca Lana yang
livia pastikan bagaimana respon mereka berdua saat melihatnya bersama dengan bos kesayangan deng
erang. Gandengan tangan Yusa dijemari Olivia sama sekali tidak ada tanda-tanda akan dilepa
" kata Oli
saat kemudian Olivia telah berada di dalam mobil mil
Jalan Embong Malang. Seorang bellboy membukakan pintu dan tersenyum dengan ramah ke arah Olivi
di sofa empuk. "Kamu mungkin atasanku, tapi kamu sama sekali nggak berhak menyeretku seperti ini. Kal
a menggunakan hak prerogatifku sebagai
a Olivia agak meninggikan nada suarany
happen so
r-benar sudah ke luar jalur. Masalah satu belum selesai sudah ada masalah baru yang datang menghampirinya. Jujur saja Olivia bahagia atas lamaran Yusa. Perempuan mana sih yang tidak ingin menikahi laki
yang harus kulaku
an empat puluhan bersama dengan rekan kerjan
af jadi menunggu saya la
pengurusan dokumen perijinan penyewaan ballroom hotel untuk acara opening ceremony dalam waktu dekat. Dan
i kok," balas Yusa tidak kalah sopan. "J
h Yusa. Memberi isyarat agar
Olivia memperkenalkan diri dan disertai senyuman bisnis yang te
ekali melirik ke arah Yusa. "Saya tidak meragukan lagi kemam
ibawanya. Semuanya tampak sibuk, tanpa terkecuali Olivia. Ya, Olivia sama sekali tidak ada persiapan meeting kali ini. Tidak ada konfirmasi apapun dari Yusa bahkan notebook sebagai alat kerj
posisi ini," kata Olivia setelah meeting denga
intu depan untuknya. "You did a great j
belt ditubuhnya. "Kamu nggak akan mengerti kalau aku je
a merasa dipermalukan, Yusa malah me
ggak komplain apa-apa tuh. Kamu cukup profesional kok. Bu Retno itu
ini kita ke mana? Ba
cepat. "No. I'll
lama. Kamu menyimak nggak sih apa yang kubilang kemarin.
ulang. Nanti biar mobil dan barang-barangmu yang terting
ill this man for