icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Sketsa Hati

Bab 2 Awal Bertemu

Jumlah Kata:1571    |    Dirilis Pada: 06/04/2022

ma jadi jelaga. Tak ada lagi yang bersisa. Namun enta

rahkan segelas teh lemon hangat dan eye pad gel ke tanganku. "Lo udah m

ud

nya seakan tak perca

datang ba

u bisa." Tania berlalu mening

nya sebelum gadis

emayu itu melongokkan kembali kepalanya d

ang aja, deh. Kamu udah ma

bali masuk kamar dan menghempaskan tubuh lampainya di bean bag

elama ini suka sama Ares?" tany

kepastian kayak gitu buat apa ditungguin terus sampai menutup diri dari cowok yang beneran suka sama lo," ceca

a selama ini Ares nger

dari

kembali melanjutkan bercerita, "Katanya, selama ini Ares cuma terpak

ng gue kenal, Ares itu ceplas ceplos aja kay

perti buku yang terkembang. Apa yang ada di pikirannya, selalu ia ungkapkan tanpa memikirkan efeknya.

*

disibukkan dengan segala urusan sekolah. Terlebih lagi ketika naik kelas tiga

lus Fakultas Kedokteran seperti kakak-kakakku, aku harus membiayai sendiri

bisa sepenuhnya minggat dari pikiranku. Di sela-sela waktu yang kupunya, aku masih saja terus menggoreskan sketsa wajah

panya kamu, Lia?" Suara

program pertukaran pelajar ke Jepang dengan konsekuensi, tertinggal satu tah

ekat. Jika Aldo lebih menyukai sketsa des

itanya." Aldo menye

tanganku gerak aja ngegambar waja

bar wajah ini setelah pulang dari Jakarta. Kenal

a dari pikiran. Dengan menggambar sketsa begini

cowok di sketsa itu?"

ebih tepatnya kagum. Kamu ingat pas pementasan musik, a

esuatu. Satu setengah tahun berlalu dar

. "Kalau disuruh ingat cewe

ringan melayang ke

a cowok ini?" tanyany

garis wajahnya," sahutku menata

Mengalihkan tat

komik yang kemarin ditempel di m

Memangny

u. Tadinya mau ngajak kolaborasi, kamu bikin kara

u lagi buat bikin-bikin komik. Semua alat gamba

ita bikin di rumahku, aku baru beli tablet untuk gambar." Aldo menyeringai jah

mematahkan semangat yang tampak berkibar d

finito!" s

jelas terjejak

t kalau Papa tau aku berbohong

bisa gambar kayak kamu. Giliran kamu punya bakat ma

juga salah ngasih kayaknya ke

nyalahin Tuha

empatin aku di keluarga yang enggak ngehargain bakatku, juga

bicarakan perihal talenta yang kupunya. Aldo mempunyai orangtua yang mendukung penuh bak

ilitas serupa, sekedar melepas lelah den

do sudah mantap memilih Fakultas Seni Rupa di kampus tertua di Bandung. Sedangkan aku, tetap

satu pesan singkat dari Aldo sontak membuat pikiran

s, bukan?] b

world! Ntar deh aku

n? Lalu nanti hendak membicarakan apa. Bahka

males ketemuan sama orang baru, apalagi cowok.] Akhir

ali satu kalimat singkat dari Aldo itu

k tau-tau bilang dia masih ingat aku?" sembu

tku gugup membalas pesan darinya. Entah berapa kali aku mengetikkan k

erasa familiar melihat wajahnya. Iseng deh nanya apa dia kenal sama ka

indukan bulan. Setiap hari menggambar sketsa orang yang sama tanpa tau kabarnya bagaimana. Ternyata oran

uara Aldo menyeretku k

ahutku meredaka

gak, ketemuan

kosan. Bisa dicincang sama Papa kalau ketauan keluar malam." Membayangkan K

g main ke san

Do. Lagian kenapa sih harus malam ini? Masih bisa

rdengar suara Aldo seperti

suara yang tak kukenal

Ini

asih ing

Ruangan mendadak terasa panas. Entah aku terkena sindrom apa. Suara cempreng yang dulu kuingat be

ah dan empuk di teling

coba mengingat," ujarku

i pameran budaya," ungkapnya seakan men

Aldo juga sempat mengatakan bahwa setelah pameran budaya itu, aku masih

temuan?" tanya

alimat itu lepas begitu saja, la

u. Ini aku balikin lagi sama Aldo." A

k, Lia!" Aldo pun m

mbicaraan tanpa menunggu orang lain menjawab si

u akan bertemu kembali dengan orang yang tanpa sengaja sempat masuk dalam alur cerita hid

is-garis yang membentuk wajah Ares. Membayangkan seperti a

dalam hati, tak mampu menghentikan

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Sesak2 Bab 2 Awal Bertemu3 Bab 3 Meet Up4 Bab 4 Anak yang tak dianggap5 Bab 5 Apakah Tuhan menyiksaku 6 Bab 6 Mahasiswa Baru7 Bab 7 Menyukai Dalam Diam8 Bab 8 Masa Lalu Ares9 Bab 9 Hidup Bebas10 Bab 10 Hiburan Malam11 Bab 11 Sahabat Rasa Pacar12 Bab 12 Sahabat Terbaik13 Bab 13 Rahasia yang terbongkar14 Bab 14 Salah Paham15 Bab 15 Konfirmasi16 Bab 16 Hati yang lain17 Bab 17 Hanya tak ingin sendiri18 Bab 18 Menyamankan hati19 Bab 19 Khawatir20 Bab 20 Lelaki Pencemburu21 Bab 21 Menyerah22 Bab 22 Setitik Rasa23 Bab 23 Kepingan Puzzle24 Bab 24 Lelaki yang perhatian25 Bab 25 Alat Gambar Baru26 Bab 26 Butiran Pasir27 Bab 27 Rasa yang masih tersisa28 Bab 28 Melepaskan29 Bab 29 Bertemu Kak Daren30 Bab 30 Lengan yang Nyaman31 Bab 31 Wisuda Kak Daren32 Bab 32 Dia yang Memperjuangkanku33 Bab 33 Papa Murka34 Bab 34 Masa Depan Suram35 Bab 35 Bertemu Aldo36 Bab 36 Lulus37 Bab 37 Bahagia yang Sederhana38 Bab 38 Halo Calon Mertua39 Bab 39 Kami Ingin Menikah40 Bab 40 Sebuah Perjuangan41 Bab 41 Sampai Maut Memisahkan42 Bab 42 Pengakuan Aldo43 Bab 43 Persiapan44 Bab 44 Sketsa Usang45 Bab 45 Hari-hari Menjelang Pernikahan46 Bab 46 Aku Harap Ini Mimpi47 Bab 47 Kenapa Bukan Aku 48 Bab 48 Dia Masih Ada49 Bab 49 Melepas Kenangan50 Bab 50 Dia Kembali51 Bab 51 Aku Takut Bangkit52 Bab 52 Ajang Perjodohan53 Bab 53 Kesempatan Kedua54 Bab 54 Hal yang Mendebarkan55 Bab 55 Bersamamu56 Bab 56 Memupus Bimbang57 Bab 57 Harta yang Paling Berharga58 Bab 58 Menyelesaikan Masa Lalu59 Bab 59 Satu Kepingan Puzzle60 Bab 60 Selamat Tinggal61 Bab 61 My Pain Killer62 Bab 62 Ke Bandung Aku Kembali63 Bab 63 Hapus Ragumu64 Bab 64 Tuhan Tidak Adil65 Bab 65 Yang Terlupakan66 Bab 66 Calon Suami67 Bab 67 My Protective Man68 Bab 68 I'll Stand by You69 Bab 69 Hati yang Kembali Patah70 Bab 70 Ambil Saja Nyawaku71 Bab 71 I Need You72 Bab 72 Langkah Baru73 Bab 73 Luka yang Kembali74 Bab 74 Mimpi Buruk75 Bab 75 Tempat Ternyaman76 Bab 76 Pasrah77 Bab 77 Janin Tak diharap78 Bab 78 Belajar Menerima79 Bab 79 Percaya Saja80 Bab 80 Menata Kembali81 Bab 81 Aku Yakin Kuat82 Bab 82 My Panacea, My Pain Killer