Sketsa Hati
ma jadi jelaga. Tak ada lagi yang bersisa. Namun enta
rahkan segelas teh lemon hangat dan eye pad gel ke tanganku. "Lo udah m
ud
nya seakan tak perca
datang ba
u bisa." Tania berlalu mening
nya sebelum gadis
emayu itu melongokkan kembali kepalanya d
ang aja, deh. Kamu udah ma
bali masuk kamar dan menghempaskan tubuh lampainya di bean bag
elama ini suka sama Ares?" tany
kepastian kayak gitu buat apa ditungguin terus sampai menutup diri dari cowok yang beneran suka sama lo," ceca
a selama ini Ares nger
dari
kembali melanjutkan bercerita, "Katanya, selama ini Ares cuma terpak
ng gue kenal, Ares itu ceplas ceplos aja kay
perti buku yang terkembang. Apa yang ada di pikirannya, selalu ia ungkapkan tanpa memikirkan efeknya.
*
disibukkan dengan segala urusan sekolah. Terlebih lagi ketika naik kelas tiga
lus Fakultas Kedokteran seperti kakak-kakakku, aku harus membiayai sendiri
bisa sepenuhnya minggat dari pikiranku. Di sela-sela waktu yang kupunya, aku masih saja terus menggoreskan sketsa wajah
panya kamu, Lia?" Suara
program pertukaran pelajar ke Jepang dengan konsekuensi, tertinggal satu tah
ekat. Jika Aldo lebih menyukai sketsa des
itanya." Aldo menye
tanganku gerak aja ngegambar waja
bar wajah ini setelah pulang dari Jakarta. Kenal
a dari pikiran. Dengan menggambar sketsa begini
cowok di sketsa itu?"
ebih tepatnya kagum. Kamu ingat pas pementasan musik, a
esuatu. Satu setengah tahun berlalu dar
. "Kalau disuruh ingat cewe
ringan melayang ke
a cowok ini?" tanyany
garis wajahnya," sahutku menata
Mengalihkan tat
komik yang kemarin ditempel di m
Memangny
u. Tadinya mau ngajak kolaborasi, kamu bikin kara
u lagi buat bikin-bikin komik. Semua alat gamba
ita bikin di rumahku, aku baru beli tablet untuk gambar." Aldo menyeringai jah
mematahkan semangat yang tampak berkibar d
finito!" s
jelas terjejak
t kalau Papa tau aku berbohong
bisa gambar kayak kamu. Giliran kamu punya bakat ma
juga salah ngasih kayaknya ke
nyalahin Tuha
empatin aku di keluarga yang enggak ngehargain bakatku, juga
bicarakan perihal talenta yang kupunya. Aldo mempunyai orangtua yang mendukung penuh bak
ilitas serupa, sekedar melepas lelah den
do sudah mantap memilih Fakultas Seni Rupa di kampus tertua di Bandung. Sedangkan aku, tetap
satu pesan singkat dari Aldo sontak membuat pikiran
s, bukan?] b
world! Ntar deh aku
n? Lalu nanti hendak membicarakan apa. Bahka
males ketemuan sama orang baru, apalagi cowok.] Akhir
ali satu kalimat singkat dari Aldo itu
k tau-tau bilang dia masih ingat aku?" sembu
tku gugup membalas pesan darinya. Entah berapa kali aku mengetikkan kerasa familiar melihat wajahnya. Iseng deh nanya apa dia kenal sama ka
indukan bulan. Setiap hari menggambar sketsa orang yang sama tanpa tau kabarnya bagaimana. Ternyata oran
uara Aldo menyeretku k
ahutku meredaka
gak, ketemuan
kosan. Bisa dicincang sama Papa kalau ketauan keluar malam." Membayangkan K
g main ke san
Do. Lagian kenapa sih harus malam ini? Masih bisa
rdengar suara Aldo seperti
suara yang tak kukenal
Ini
asih ing
Ruangan mendadak terasa panas. Entah aku terkena sindrom apa. Suara cempreng yang dulu kuingat be
ah dan empuk di teling
coba mengingat," ujarku
i pameran budaya," ungkapnya seakan men
Aldo juga sempat mengatakan bahwa setelah pameran budaya itu, aku masih
temuan?" tanya
alimat itu lepas begitu saja, la
u. Ini aku balikin lagi sama Aldo." A
k, Lia!" Aldo pun m
mbicaraan tanpa menunggu orang lain menjawab si
u akan bertemu kembali dengan orang yang tanpa sengaja sempat masuk dalam alur cerita hid
is-garis yang membentuk wajah Ares. Membayangkan seperti a
dalam hati, tak mampu menghentikan