Sketsa Hati
g mengaburkan pandangan dengan punggung tangan. Menatap dengan perasaan teriris
alam-malam, Beb?" sapa sebuah
a," sahutku lirih d
k lo bakar?" cecar Tania sahabat
k berwajah seksi itu satu persatu ke dalam drum. Setiap satu lembar yang ku
angis. "Ya sudah, sini gue bantu." Gadis berparas ayu itu menarik setumpukan kertas sketsa wajah dengan gambar orang yang s
an mungkin sudah hitungan ratusan lembar ker
a memecah kesunyian halaman belakang kosan yang mend
tku merapatkan sweater rajut yang kukenakan. Berharap se
ar dari bibir mungilnya. Tania ikut duduk di
Kamu nggak mau mas
bakar. Takut tiba-tiba lo berubah pikiran, te
li, Ta!" protesku memanyunkan bibi
n ponsel. Tania memang teman yang paling ceplas ceplos, kendati demikian aku
*
hun yang lalu. Bertemu dengannya di sebuah acara kebudayaan yang diadakan
ersihir mendengar alunan Kiss the rain dari gitar akustik yang dimainkannya. Petikann
tak mampu berkedip. Cowok dengan style cuek, rambut ikalnya agak sedikit berantakan pada ba
ganku merasa gatal untuk mengabadikannya pada buku sketsa. Tanpa sad
ra cempreng khas anak laki-laki yang
ak membeku pada bangk
mu tidak suka," katak
an sketsanya." Dia
lontar dari bibirku karena grogi. Dari dekat ternyata wajahnya lebih ganteng. Mungkin karena ef
gue Ares. Lo?" Dia menyodorkan tangann
cowok ganteng seperti yang tengah berdiri di hadapank
kok." Kembali suara
rsuara meski keringat membanji
i bertanya, lalu dengan sa
ng. Terlalu silau untuk ukuran mataku.
kutangkap dari sosok Ares, dia memang tipe cowok
ia menggeser duduknya mendekat. Mem
etan iseng aja, '
sih belum terlalu percaya diri untuk menunjukkan hasil karyaku kepada orang lain. J
anyalah bakat yang tidak berguna. Setidaknya itu yang sering kudengar setiap hari saat di rumah.
ama spesialis kandungan. Kakak tertuaku juga berprofesi sebagai dokter di salah satu rumah sakit besar
ita menjadi dokter, nilai esaktaku saja h
h ambil, kan, dulu abis lahiran?" ledek Daren kakak
Lia. Mama enggak mau kamu pas liburan seharian
t apa? Masa Mama tega aku gantung diri karena ng
ra seperti itu, Mam
jak." Papa bersuara di ujung meja tanpa melepaskan
elajar. Mama masih agak memberi kelonggaran. Sebaliknya Papa sela
ganggap bakatku itu menjadi sebuah kelebihan. Justru aku m
*
in?" Suara cempreng Ares menarikku kembali
lek begini?" t
gue jelek?
mbarku yang jelek," sahutku mengha
gantengan gue di sketsa
ng kedua matanya jika cowok itu sedang tertawa.
ali dia bertanya karena aku mas
u aja." Aku merobek sketsa waja
ape dan pin bb," cengir
ggak pu
p punya
di hadapanku memudar. Ternyata dia sa
ak. Aku paling anti dengan cowok yang senang menggoda cewek-cewek. Dengan
ekecewaan dari matanya. Akan tetapi aku berusaha tak peduli. Dia bukan s
apa-apa lagi dariku, akhi
tsanya," ucapnya
a-sa
bergeming di tempatku duduk tak bernia
sini," sergah sebuah suara. Kulihat sesoso
aku kelamaan,
yasar," sahutnya menepis perasaan s
lum
sisa. Buruan makan, daripa
, entah kenapa aku menoleh kembali ke arah tempat Ares ta
pertama yang ditunjukkannya membuatku mundur meski dia memiliki wajah yang masuk kriteria cowok idamanku. Sampai ha
a, menjalani kembali aktivitas menjadi murid di salah satu SMA favorit di kotaku. Namun ada satu
ar nomor ponsel, tapi sisi lain pikiran idealisku b
*
man sebangkuku di kelas, saat melihat s
mbali tertuang pada buku sketsaku. Entah kenapa pikiran dan tanganku seolah berkhianat. Setiap kali aku mencoba me
ekuk wajahnya pada buku skestaku. Seakan melukiskan wajahny