icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Sketsa Hati

Bab 8 Masa Lalu Ares

Jumlah Kata:1893    |    Dirilis Pada: 06/04/2022

predikat cumlaude, nilai indeks prestasi dan skor toefl yang mendekati s

memilih menepi. Menjauh dari euforia yang mereka rasakan. Hatiku terlanjur remuk menda

. Kafe Kang Hilmi–tempat Ares bekerja-yang menjadi tujuan pelar

ng nggak dipunya kakak lo. Mungkin saat ini ortu lo belum ng

ta-kata Ares hanya untuk

, nih!" ancamnya mendek

lek aku mendorong

Kita makan aja, biar suasana hati lo

ng masih saja terus menyukainya, candaannya it

belum sepenuhnya normal. Kembali pertanyaan, sampai kapan aku mampu bertahan, denga

cel ayam yang terdapat tak jauh dari pasar simpang Dago. Namun rasa mas

s antri beberapa saat untuk mendapatkan bangku kosong. Mungkin saat kami datang s

gajian. Bukan tempat yang mewah, tapi terasa

u setiap kali kami makan. Seporsi tidak akan cukup. Awalnya aku sempat sempat malu, karena porsi makan

cowok yang kukenal, lebih menyukai cewek yang menjaga image. Hal itu pula lah yang membuatku m

setelah dua porsi pecel lele b

gingat Kak Daren, membuatku mau tak

bikin lo sedih," ucapnya keti

. Kak Daren ko

was lagi, dong, ya?" seringaian me

begitu?" tanyaku me

Bandung. Biar bisa

e kosan gue lagi kalau a

etat jam malamnya, lah. Gue pengen ngajak lo non

dengan mengatakan bahwa itu hanya

sa, kan juga bisa?" ujarku dengan de

jadi nonton, kan kepentok jadwal k

masuk agar bisa mendapat uang tambahan lebih dari bonus yang diberikan Kang Hilmi. Bah

aja harus pakai pindah kosan segala,

alu suka jika ekspresi wajahnya begitu, kegantengannya makin maksimal jika sedang berbicara serius. "Kapan l

ertawa puas. Sepuas mataku menikmati pemandangan itu. Mematrinya makin

keluargaku menelpon. Merasa kehilangan karena ketiadaanku. Namun sepertinya aku memang harus memup

a ke hotel tempat ortu lo n

mati gaya aku kalau baren

ketika melihatku tidak mengelu

tku menggosok kedua lengan untuk mengurangi rasa dingin.

gan sigap melepas jaket jeans belel ke

duduk di belakang,

ket lain ke kosan gue. Nggak usah kepedea

mantis dikit!" balasku mena

ggak boleh romantis-romant

na perlakuan manisnya, tiba-tiba serasa d

ka dia memperlakukanku dengan manis, dan kembali haru

sibuk dengan pikiranku. Jaket Ares yang membungkus tubuhku terasa begitu hangat. Aroma pa

apapun, masih tetap bertahan. Bahkan perhatian kecil

an lajunya ketika melewati beberapa polisi tidur. Selama berteman dengannya, itu ada

ena bully kalau ketahuan kita jalan berdua aj

an di kampus," sahutnya memalingkan waja

syuku

emburu?" tanyanya kem

? K

Kalian saling suka, kan?" ujarnya te

Aku menepuk

a?" Tawanya masih

itu kamu, Res. Nggak peka bang

mpul di salah satu kamar, sekedar bermain gitar ataupun bermain gaple.

Kok sepi?" t

o emang suka lupa malam min

juga jomblo!" b

ra tercium ketika aku memasuki ruangan tiga kali tiga bercat putih itu. Kamar Ares sangat rapi, bersih dan wangi untuk ukuran

kanan pintu masuk. Tidak ada gambar apapun yang menghias dinding layaknya kamar kakak-kakak cowokku dan Aldo. Dind

cari jaket di lemari kayu yang dileta

kamu?" tanyaku tanpa sadar,

percaya liat kamar gue ber

ur masih mengagumi

ahutnya menghentikan gerakannya

ketahui, dan selama ini dia juga tidak pernah menunjukk

g mulai menyadari keanehan gue, langsung gerak cepat bawa gue ke psikiater. Lo tau

engge

mengalihkan perhatian dari gangg

n tahuku muncul. Karena selama ini Ares jarang membicarakan ma

ngan barang lainnya di meja belajar. Jika ada yang dengan seenaknya memindahkan barang-barang gue, gue bakal n

rder) akan melakukan suatu hal berulang-ulang untuk menghilangkan kecemasan yang mereka rasakan. Mereka akan merasakan kecemasan berle

uah senyum getir menghias bibirnya. Baru

mencoba mengusir khawatir yang

-baik saja, memang begitu adanya. Selama ini hanya aku yang selalu meng

arna merah maroon dan menyerahkannya padaku. "Yuk, kebu

erti biasa. Aku dan Ares seperti tenggelam dalam pikiran kami masing-masing. Bahkan

n kosanku. Aku melompat turun dan menyer

pku hendak beranja

anganku. Aku menatapnya heran

baru sadar kalau jaket yang

gumamnya sambil menggaruk peli

entar lagi kena om

telah ini, kan?" tanyanya dengan

a-tiba?" Aku me

itu aku seolah melihat bukan Ares yang kukenal selama ini. Rasa percaya diri yang seri

you've been my Wonderwall," ujarku

apnya dengan s

" (sam

, ya." Ares pamit de

ne." (sa

aku. Apakah ini pertanda aku adalah cewek spesial baginya? Atau hanya sebagai teman tempatnya bisa berbagi tanpa takut dih

li berkutat menyelesaikan sketsa wajah Ares. Lalu m

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Sesak2 Bab 2 Awal Bertemu3 Bab 3 Meet Up4 Bab 4 Anak yang tak dianggap5 Bab 5 Apakah Tuhan menyiksaku 6 Bab 6 Mahasiswa Baru7 Bab 7 Menyukai Dalam Diam8 Bab 8 Masa Lalu Ares9 Bab 9 Hidup Bebas10 Bab 10 Hiburan Malam11 Bab 11 Sahabat Rasa Pacar12 Bab 12 Sahabat Terbaik13 Bab 13 Rahasia yang terbongkar14 Bab 14 Salah Paham15 Bab 15 Konfirmasi16 Bab 16 Hati yang lain17 Bab 17 Hanya tak ingin sendiri18 Bab 18 Menyamankan hati19 Bab 19 Khawatir20 Bab 20 Lelaki Pencemburu21 Bab 21 Menyerah22 Bab 22 Setitik Rasa23 Bab 23 Kepingan Puzzle24 Bab 24 Lelaki yang perhatian25 Bab 25 Alat Gambar Baru26 Bab 26 Butiran Pasir27 Bab 27 Rasa yang masih tersisa28 Bab 28 Melepaskan29 Bab 29 Bertemu Kak Daren30 Bab 30 Lengan yang Nyaman31 Bab 31 Wisuda Kak Daren32 Bab 32 Dia yang Memperjuangkanku33 Bab 33 Papa Murka34 Bab 34 Masa Depan Suram35 Bab 35 Bertemu Aldo36 Bab 36 Lulus37 Bab 37 Bahagia yang Sederhana38 Bab 38 Halo Calon Mertua39 Bab 39 Kami Ingin Menikah40 Bab 40 Sebuah Perjuangan41 Bab 41 Sampai Maut Memisahkan42 Bab 42 Pengakuan Aldo43 Bab 43 Persiapan44 Bab 44 Sketsa Usang45 Bab 45 Hari-hari Menjelang Pernikahan46 Bab 46 Aku Harap Ini Mimpi47 Bab 47 Kenapa Bukan Aku 48 Bab 48 Dia Masih Ada49 Bab 49 Melepas Kenangan50 Bab 50 Dia Kembali51 Bab 51 Aku Takut Bangkit52 Bab 52 Ajang Perjodohan53 Bab 53 Kesempatan Kedua54 Bab 54 Hal yang Mendebarkan55 Bab 55 Bersamamu56 Bab 56 Memupus Bimbang57 Bab 57 Harta yang Paling Berharga58 Bab 58 Menyelesaikan Masa Lalu59 Bab 59 Satu Kepingan Puzzle60 Bab 60 Selamat Tinggal61 Bab 61 My Pain Killer62 Bab 62 Ke Bandung Aku Kembali63 Bab 63 Hapus Ragumu64 Bab 64 Tuhan Tidak Adil65 Bab 65 Yang Terlupakan66 Bab 66 Calon Suami67 Bab 67 My Protective Man68 Bab 68 I'll Stand by You69 Bab 69 Hati yang Kembali Patah70 Bab 70 Ambil Saja Nyawaku71 Bab 71 I Need You72 Bab 72 Langkah Baru73 Bab 73 Luka yang Kembali74 Bab 74 Mimpi Buruk75 Bab 75 Tempat Ternyaman76 Bab 76 Pasrah77 Bab 77 Janin Tak diharap78 Bab 78 Belajar Menerima79 Bab 79 Percaya Saja80 Bab 80 Menata Kembali81 Bab 81 Aku Yakin Kuat82 Bab 82 My Panacea, My Pain Killer