Sketsa Hati
h pada Tuhan, marah pada kedua orangtuaku. Sedih karena merasa diabaikan dan tak
tup telepon, Ares
stra Jepang," ucapnya den
ng, aku hanya diam ta
i sana?" Kembal
u melempar begitu saja ponselku ke pojok tempat tidur, kembali
udah tak mampu. Padahal di saat Mama menelepon, rasanya aku ingin menangis sejadi
u kembali berbunyi. Nama Ar
" ajaknya ketika panggilannya k
aku lagi nggak mood buat
ng satu itu benar
dari silsilah keluarga jika tidak lolos di Fakultas Kedokteran, dia m
an santainya memberi selamat yang tidak pada tempatnya. Bagaimana
epon. Kupikir Ares akan pergi begitu saja karena penolakanku. Tak lama, pintu kamarku
aya itu dengan napas ngos-ngosan. Sepertinya dia
enapa?" tan
rdengar jeritan agak lebay suara
ang ibu pemilik kos dengan wa
au bunuh diri!" A
mau bunuh diri. Makanya Ibu khawatir. Atuh Neng, jangan bikin kosan Ibu jadi
. "Kamu jangan bikin cerita aneh-aneh, Res!" ujarku setengah berter
mau bunuh diri dengan mogok makan," kilah Ares beralasan ket
berantem sama pacar jangan ngerepotin orang lain," omel perem
t-ribut di depan kamarku. Tak ingin menjadi pusat perhatian, aku bergegas men
i, sih, Res? Aku kan malu sama si Ibu,"
mau makan segala," ujarnya sant
kamu enggak peka banget, si
apalagi perut kosong. Nanti diisi setan. Sudahlah
ulut dengan Ares, hanya cenge
tu, terselip rasa geli. Bisa-bisanya dia
kenyang. Buruan, keburu gue pingsan kelapar
Aldo saja," gerutuku
cangnya yang kental begitu sarat bumbu, rasa pedasnya terasa pas di lidahku. Aku yang biasa tidak terlalu suka tahu dan
ggak lapar segala," serunya melihat
ereal di kosan juga bisa," gerutuku m
kan? Lagian kita harus merayakan keb
edih, orang Papa benar-benar melakukan ancamannya," se
ahmu, Lia?" Kali ini Aldo bersuara, setelah sebel
at belajar, enggak taunya beneran, Do." Seketika rasa sesak it
res, menyodorkan tisu ke tanganku. Saat itu aku mer
ersedih dari lo karena enggak lolos ujian masuk PTN. Kan, sudah gue bilang, kalau beneran lo
ru kali itu aku bertemu seseorang yang masih berus
, dia sebenarnya perhatian. Perlahan-lahan, perasaanku terhadapny
olos FSRD?" tanyaku
Aldo dengan senyum pu
n beberapa pasang mata dari pelanggan kupat tahu tempa
ap bisa bareng sama kam
Lo harus berlapang dada menerima," kek
Aku menatap
menepuk dada. "Kita sefakultas, onegaishimasu!" ujar
a cowok bergaya cuek itu
ngan tawa. Semua berkat Ares. Cowok itu seakan tak tersentuh oleh perasaan sedih. Dia bagaikan mat
*
es kembali disibukkan dengan pekerjaan kami di kafe. Berharap pada s
Mama kembali menelpon. Ada rasa canggung yang kurasa.
r uang untuk pendafta
n kah
Andai kala itu Mama ada di hadapanku, ingin rasanya menghambur ke pelukannya. Aku bagai m
n Lia belum bisa membangg
idaknya aku tau bahwa aku masih
kapan jadwa
sihku, suara Mama kembali te
depan
ri kosan di Jatinagor untu
el
Semoga bulan depan Mama bisa mengunjungi kalian," ujar Mama, ke
n terakhir, untuk memastikan bahwa tidak sedang berhalusina
nikasi yang terjalin di antara kami tidak begitu bagus. Mereka terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan. Aku dibiarkan
aku yakin, dengan latar belakang pendidikan yang mereka punya, mereka
alu berjalan di jalan yang sudah diatur sedemikian rupa oleh kedua orangtua. Segala am
lahan dengan kosannya. Pada saat itu aku langsung mengambil kesimpulan, tahun-tahun pertama perkuliahanku tak akan indah. Hidup di ba