Usai Dimadu
Kemudian Kanaya melewatiku dan kembali mema
malam,
ping dengan kenyataan ini. Kenyataan bahwa sejatinya pri
*
a, saat mobil Kang Zay
dan bercambang tipis, cukup membuat debar di dadaku perlahan hadir dan mulai memainkan genderan
a,
dahal Abi kange
atuh." Entah kenapa tiba-tiba saja aku ingin
lagi membalas ucapanku. Bahkan saat kutengok, p
saja
*
pintunya dia kunci." Saat tubuhku penat dan ingin sekali merebahkan diri
kabarnya
anaya, Mi. Jan
lian pengen doain kal
dah sehat
lus, "kalau tentang Kanaya, baiknya Abi ikhtiar lebih ker
pi sebaiknya Umi juga ce
emuanya. Semua yang Kanaya alami akhir-akhir ini. T
rena kami pikir kami sendiri butuh waktu untuk saling adaptasi. Aku dan Kang Zayyin tepatnya.
umit untuk memikirkan ada apa dengan ibu serta ayahnya. Ia hanya berpi
arnya, terutama teman-temannya tahu lalu
sang adik bayi. Dan yang terparah, sinar cinta kepada pr
asa bersa
hanya merasa waktu Abi sangat kurang untuknya. Maklum, seb
hubungan Kanaya merenggang dengan Kang Zayyin, aku pun ikut jauh. Sebab, bisa saja hal itu dijadi
*
h dari sepuluh tahun, ekonomi kami jauh lebih dari cukup. Karirnya Abi Kanaya itu melesat begitu Kanaya lahir. Yang awalnya hanya seorang penterapi dan bekerja pada orang lain, K
emata uangnya yang terbagi. Namun juga waktunya, fokusnya
sejatinya apa-apa yang pernah kumiliki pada kenyataannya bukanlah benar-benar milikku. Sehingga hanya dengan kehadiran
ni semua fana. Ada waktunya t
i kepada siapa pun. Usianya terpaut jauh baik dengan Kang Zayyin terlebih dengank
hal. Pintar memasak, membuat kue, terlebih merawat diri. Hingga meski usianya su
emiliki rumah di Bandung, berdekatan dengan rumah kami. Alasannya karena di kampung, tenaganya lebih banyak bermanfaat untuk masyarakat daripada jika beliau pindah dan hidup di kota
*
ya yang sedang sarapan, berhenti sej
mau p
i Abi pengen aja
aja," dengkusn
a Nay, makany
al
Sayang. Umi bete. Umi
u. Nanti Nay lan
itu. Nanti Umi sia
Nay dah selesai, M
engan urusan mencuci pakaian, hanya b
asa. Namun, karena masih tetap memasang aksi tutup mulut,
*
ik menyantap bakso,
masih lama p
ulang. Ini sebentar lagi Zuhur, Mi," balasnya
ak,
ut sakit. Bukan Kang Zayyinku
ertanya lagi apa, mau dibawain apa. Bahkan meski istrinya bilang
anggapnya boros. Yang dipikirkan pria itu hanyalah
sepert