Om Om Kaya
iki keinginan untuk melakukannya. Maka dari itu, aku berfikir bahwa akan lebih baik jika aku memiliki k
erti Max benar-benar berniat untuk menjadi kekasih dari wanita kotor yang bahkan hampir menjual tubuh demi uang. "Rupanya begitu. Baiklah, saya setuju dengan penawaran yang Anda berikan." Karena saat ini mereka berdua saling membutuhkan satu sama lain, Erin merasa alangkah baiknya jika Ia menerima tawara
ah payah mencari seorang wanita yang dapat ia jadikan sebagai patner. "Baiklah kalau begitu, ini uangnya. Ngomong-ngomong, semenjak tadi
neknya di rumah sakit sebatang kara. "Nama saya Erin Tiathe. Maaf karena ini terdengar tidak sopan, tapi saya harus pergi ke rumah sakit sekarang, saya
am pergelangan tangan Erin dengan erat, seolah tidak merelakannya untuk pergi dari hadapannya secepat ini. "Rumah sakit mana? Biar ku antar." Kini Max dan Erin
kaan kulit tangannya. "Ah ... rumah sakit di jalan Armada. Saya bisa pergi sendiri, saya tidak ingin merepotkan Anda." Jawab Erin denga
tu pergi ke rumah sakit. "Yang menentukan hal itu adalah aku, dan aku sama sekali tidak merasa di repotkan. Ayo ikut aku, aku akan mengantarmu dengan menggunakan mobil." Meskipun hubungan di an
" Pada akhirnya, Erin hanya bisa menurut kepada Max yang dengan keras kepala berniat untuk mengantarnya pergi. Ia kini mengikut
ax sebenarnya sehingga Max bisa memiliki bawahan dan juga kekayaan sebanyak ini. Namun tentunya, jika mengingat dengan mereka yang baru saja saling mengenal belum lama ini, membuat Erin merasa tidak enak jika harus bertanya secara langsung kepada Max mengenai pekerjaannya karena Erin tid
n pintu agar Erin dapat segera masuk ke dalam mobil. "Silahkan masu
an seperti ini darinya. "Padahal Anda tidak perlu sampai melakukan hal ini karena saya juga dapat
rinya dengan kondisinya sekarang ini. Seperti dalam cerita cinderella, Erin yang selama ini hidup sengsara, seolah sedang bermimpi, ia bahkan tidak bisa membayangkan jika hidupnya berubah h
memberikan perintah kepada supirnya untuk mengantarkan mereka ke rumah sakit, tempat nenek Erin di rawat. Se
lalu lambat pula. Sementara itu, Erin hanya menghabsikan waktunya di dalam mobil sambil terus memanjatkan doa untuk neneknya, agar kondisi neneknya sekarang ini tidak kembali parah dan nantinya operas