Om Om Kaya
anda berikan." Kata Erin sambil terus memandangi kantong kresek berwa
ng akan terjadi padanya jika para pelanggannya juga mencium bau busuk di club malam miliknya. Madam Egeline
ang bau itu." Ucap madam Egeline sam
ntuk mandi seperti handuk dan lain sebagainya. Erin pun di antar pergi ke kamar mandi, yang terhubung
ngkak ke dalam jalan yang salah, hanya karna merasa bingung dan terdesak. Bahkan rasanya, rasa letih da
rasa malu karna kini, tidak ada siapapun di dalam ruangan tersebut. Madam Egeline yang melihat Er
eperti ini juga merupakan bagian dari pekerjaanmu?" Uja
buka dan juga pinggul yang ketat itu, merupakan pakaian yang bahkan tidak pernah ia sentuh seumur hidupnya. Tapi kini untuk ya
in yang berukuran besar, menatap dirinya yang menyedihkan, dirinya yang tidak bisa melakukan apapun, dirinya yang kini tersesat
nya karna gaya pakaiannya yang berbeda. "Memang benar, penilaianku tidak pernah salah." Madam Egeline pun terus me
bahkan seumur hidupnya tidak pernah ia bayangkan karna terlalu mustahil untukny
n tangannya sendiri, madam Egeline mendandani Erin dengan sangat lihai, membuat garis mata dan bibi
i cermin, Erin seolah merasa bahwa jati dirinya kini telah hilang. Erin m
Tutur madam Egeline dengan senang melihat dirinya yang berhasil merubah
bertanya hal apa yang harus ia lakukan sekarang. "Apa yang harus saya lakukan
ntuk memulai pekerjaannya. "Kamu tinggal pergi saja ke salah satu ruangan. Duduk dengan manis, kemudian menunggu sampai ada pria yang datan
ngerti dengan apa maksud dari ucapan madam Egeline padanya barusan. "Ba ... bagaimana jika yang d
an hal yang tidak perlu. Tentu saja hal itu tidak akan terjadi, karna yang bisa memasuki tempat ini hanyalah pria muda
orang yang dapat ia percayai. Lagi pula Erin sudah menerima uangnya, tidak ada alasan lagi baginya un
an lembut, segera pergi menuju ke salah satu ruanga
jub dengan kemewahan yang ada di dalam ruangan tersebut. Cahaya yang seolah memang sengaja di buat redup, hanya di terangi ol
s sofa yang empuk itu dengan manis dan tenang, menunggu dengan sabar, akan adanya pria yang datang ke d
a. Agar bisa membuat dirinya kembali normal, Erin pun berfikir untuk mencoba alkohol di depannya itu sedikit. Agar set
gah berada di dalam keadaan kritis, terbaring di rumah sakit dengan lemah pada saat ia tidak memiliki uang sep