I Love My Mother's Ex Lover
gacak rambutnya frustrasi melihat bagaimana kelakuan satu-satunya aktor yang dimanajerinya selama belas
bersalahnya tertidur dalam posisi duduk. Ya, Yeonghwa tahu bahwa selebritas pastilah punya banyak hal untuk dilak
iki tangan Junsu. Junsu malah melenguh, meregangkan t
kkan segepok kertas skrip melewati balik punggungnya. Yeonghwa meliriknya, dan ... memang isinya parah sekali. Penuh tipo. Ia bah
rusaha mencari alasan, toh kalau Junsu tidak mau berakting, kegag
nsu. Ia tertawa dan menyeba
dan di sana terlihat ruang chat antaranya dengan calon editor baru. Calon itu belum online lagi, sepe
erbalik menatap Yeonghwa dan
pelan. Sebelumnya ia pikir mencari editor untuk skrip tidak terlalu penti
depan Yeonghwa. Namanya saja yang Yeonghwa-dalam bahasa Korea artinya film-tapi aslinya orangnya
tampan, deh," rayu Yeonghwa, dan itu
Junsu menaikkan pundaknya, bergidik. Yeo
lui celah di balik pundak manajernya. "Hyung, itu siapa? Aktris baru?
nsu. Orang itu, gadis itu membungkuk lalu melambai. Yeonghwa
u mengiranya aktris?" goda Yeongh
" kilah Junsu sembari menjepit tangan
ta Yeonghwa ketika selesai
ah mematung menatap dirinya yang juga membeku di dalam mobil, menahan diri sebisa mungkin untuk tidak terlalu memperlihatkan betapa membuncahnya perasaan di dalam
yang tampil di hadapan idolanya dengan nyaris tanpa riasan-walau apa yang dikenakannya pada wajahnya sekarang sudah lebih dari apa yang biasa dilakulannya-terlihat bersinar dengan caranya sendiri. Yoo
berkedip. Yoo Junsu seolah dihipnotis, takluk begitu saja melihat wanita berlapis blus biru sederhana-yang sepertinya lungs
segera setelah melepaskan diri
beberapa barang-barang yang diperlukan oleh aktor yang dimanajerinya itu. Bagi Yeonghwa, memanajeri Junsu adalah sekaligus menja
a sendiri tertawa, padahal bagi Junsu tidak ada yang lucu dan patut ditertawakan. "Tapi ak
saja, kalau ada orang yang malas tiba-tiba rajin dan manusia dingin mendadak jadi suka t
erimanya dengan mulut ternganga dan skrip itu langsung jatuh ke tanah saking tida
bulanan kantor. Semua ini rasanya menjadi lebih menyenangkan. Benar kata orang, bahwa cinta itu lebih manis daripada permen, dan lebih menyenangkan daripada menontin kartun sendirian di akhir pekan bersama dengan empat stoples makanan ringan. Alih-alih bernapas dengan mode kelihatan, Song Dasom berusaha sekuat tenaga u
kukan dengan mulut kecilnya, terlihat tulus. Pria itu melangkah dengan langkah yang besar-besar, seol