Sepenggal Harapan
ng gadis remaja yang berkulit sawo matang, berwajah ca
n oleh seorang gadis itu, ia begitu enggan untuk melepas selimutnya seol
nya bernama aghata, vika putri tunggal dari keluarga mapan, tidak kaya namun hid
eorang putri satu-satunya itu setinggi mungkin, mereka berharap agar putrinya
Panggil aghata yang kesekian kalinya d
ebari perlahan bangkit dari tempat tidurnya, ia mel
n, suda
a membuka pintu kamar melihat sang ibu ya
h!" Ucap agatha sebari mengusap pundak
ika seraya kembali masuk kamarnya da
nggu di
a sambil menutup
bawah menunggu put
ke bawah, roti dan susu su
t nih!" Ujar vika sebari menengok jam tang
ik? Susu sama rotin
Katanya sebari meminum susu sedikit saja, vika pamit sam
emana aja?" Sapa bima da
an terus mengayun langkahnya menuju
leh bima dari belakang, memang sudah te
ari motornya ia berlari ke ruangan seko
uk telat?" Ujar sar
utnya sebari mengeluarkan buk
?" Tanya sarah kembali b
yang manis, tak lama guru olahraga pun datang, ia mem
terpana dengan ke tampana
t," Bisik sarah di dekat
ng ganteng dikit.?" Sahutnya seray
ah tanpa sadar kedua bola matanya terus tertuju kepada se
u baru membuyarkan lamunan sarah y
ak!" Jawab anak
alin nama saya Morgan." Kata guru baru itu ia memperkenalka
," Sahut anak murid menyambut horma
buku-bukunya di balik temannya yang n
i halaman sekolah, morgan sejenak memperhatikan vika ia begitu rajin dan cerdas, karen
uga sangat baik terh
getkan vika yang sedang
ormat, morgan tersenyum lalu duduk di atas batu ke
" Tanya morgan sebari
gambil sebuah botol aqua yang di sodorkan ol
rgan untuknya,karena merasa haus dan lelah setelah berolahraga,
mereka kembali ke kelas, sebelum pulang morga
didiknya membuat mereka tam
vika pulang
yang entah sejak kapan ia menunggu vika di
it sawo matang itu, namun bima tidak berani untuk menyampaikan perasaannya kepada vika, hanya sebu
karang?" Tanya bima, kepada vika, vik
*
yang begitu di takuti oleh teman-teman segenknya,
jalanan, lagi-lagi helen harus melihat kembali seor
buat helen geram, wajahnya yang putih nampak terlihat begitu merah menya
ap pundak helen, yang masih menatap tajam ke arah b
kurangnya aku
cuma Bumanya aja, yang buta!" Celetuk lina
cintanya kepadamu, gimana kalau kamu yang duluan menemba
ketiga sahabat
mbak Bima duluan!" Sahut helen
kolah kita." Sambung anggun kembali mengunggah i