Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Sepenggal Harapan

Sepenggal Harapan

putrivirgu

5.0
Komentar
149
Penayangan
11
Bab

Sebuah cinta rahasia yang tak terungkap sejak SMA, Bima dan vika semakin dekat bahkan bukan hanya kebersamaannya saja yang dekat tetapi juga rumahnya yang cuma terhalang pagar besi, membuat bima dan vika mudah untuk saling bertatap muka. Ke akrabannya vika dan bima di dukung oleh kedua orang tuanya, vika yang bercita-cita menjadi wanita karir tidaklah terhalang oleng cinta, vika akan meraih mimpinya untuk pergi ke luar negri demi kuliahnya. Lalu bisakah bima hidup tanpa vika, karena vika pergi bukan waktu yang sebentar. Kuatkah bima mempertahankan cintanya untuk vika selama berjauhan, akankah cintanya bisa bersatu atau malah sebaliknya? Vika anak tunggal dari keluarga mapan, kedua orang tuanya sangat berharap kalau putrinya menjadi anak yang sukses kelak. Cover: by pixel.com

Bab 1 Hari pertama terlambat masuk kelas

Angin pagi begitu dingin menyentuh seluruh tubuh seorang gadis remaja yang berkulit sawo matang, berwajah cantik, ia tampak tidak ingin lepas dari balik selimutnya.

Suara ketukan pintu dan panggilan mama kepadanya seolah tidak di hiraukan oleh seorang gadis itu, ia begitu enggan untuk melepas selimutnya seolah tidak membiarkan angin pagi yang dingin bagai salju menyentuh kulitnya.

Gadis itu bernama vika, vika deanata ia adalah seorang putri dari burhan dan ibunya bernama aghata, vika putri tunggal dari keluarga mapan, tidak kaya namun hidupnya terpenuhi, burhan yang bekerja sebagai pemilik toko serba ada di kota itu.

Burhan dan aghata mempunyai cita-cita yang sangat besar untuk menyekolahkan seorang putri satu-satunya itu setinggi mungkin, mereka berharap agar putrinya, vika bisa kuliah di luar negeri menjadi seoang pengusaha bisnis yang sukses.

"Vika? Vik bangun Nak sudah siang nih?" Panggil aghata yang kesekian kalinya di iringi dengan ketukan pintu kamar vika.

"Iya Ma, Vika bangun!" Sahut vika membuka matanya sebari perlahan bangkit dari tempat tidurnya, ia melihat jarum jam yang sudah menujuk-kan hampir pukul 7.

Ya ampun, sudah siang!

Gumamnya serentak melepas selimutnya, vika membuka pintu kamar melihat sang ibu yang masih setia menunggunya di depan pintu.

"Bima sudah menunggu kamu sejak tadi loh!" Ucap agatha sebari mengusap pundak vika yang masih terlihat malas-malasan.

"Iya Ma, Vika mandi dulu ya?" Kata vika seraya kembali masuk kamarnya dan mengambil handuk menuju kamar mandi.

"Mama tunggu di bawah ya?"

"Iya Ma!" Jawabnya sambil menutup pintu kamar mandi.

Aghata kembali ke bawah menunggu putrinya untuk sarapan.

Usai mandi vika pun turun ke bawah, roti dan susu sudah tersedia di meja makan.

"Ma, Pa, Vika berangkat dulu ya, udah telat nih!" Ujar vika sebari menengok jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Gak sarapan dulu Vik? Susu sama rotinya di makan dong,"

"Iya Ma, nanti Vika makan di kantin aja ya udah siang!" Katanya sebari meminum susu sedikit saja, vika pamit sama ayah dan ibunya kemudian ia berlalu pergi untuk sekolah.

"Hai Vik, Tumben telat kemana aja?" Sapa bima dari balik pagar rumahnya.

Vika hanya melempar senyum aja dengan terus mengayun langkahnya menuju motor yang sudah burhan persiapkan.

Vika membawa motornya lambat di ikuti oleh bima dari belakang, memang sudah terbiasa mereka pulang pergi selalu bareng.

Setiba di sekolah vika serentak turun dari motornya ia berlari ke ruangan sekolah, di iringi dengan suara bel berbunyi.

"Vik tumben lho masuk telat?" Ujar sarah teman sebangkunya.

"Iya Sar, gue kesiangan!" Sahutnya sebari mengeluarkan buku dan pena dari dalam tasnya.

"kenapa lho, ada masalah?" Tanya sarah kembali bertanya kepada sahabatnya.

Vika hanya mengangkat bahu dengan melempar senyumnya yang manis, tak lama guru olahraga pun datang, ia memperkenalkan namanya kepada murid-murid di sekolah itu.

Seketika mata sarah sangat terpana dengan ke tampanan guru baru di sekolahnya.

"Waww. Vik ganteng banget," Bisik sarah di dekat telinga vika sahabatnya.

"Lho tuh. Kebiasaan kalau lihat yang ganteng dikit.?" Sahutnya seraya menyenggol sarah dengan sikunya.

"Ini bukan dikit Vik, beneran ganteng banget!" Lanjut sarah tanpa sadar kedua bola matanya terus tertuju kepada seorang guru yang sedang melangkah masuk ke ruangan kelasnya.

"Selamat pagi anak-anak?" Sapa guru baru membuyarkan lamunan sarah yang sedang berhayal setinggi gunung.

"Selamat pagi Pak!" Jawab anak-anak bersamaan.

"Oya anak-anak saya guru olahraga baru di kelas kalian. Kenalin nama saya Morgan." Kata guru baru itu ia memperkenalkan namanya kepada semua murid yang ada di ruangan kelas 2 SMA.

"Selamat datang di sekolah kami Pak," Sahut anak murid menyambut hormat kehadiran guru muda di sekolahnya.

Vika yang tetap acuh ia pokus dengan buku-bukunya di balik temannya yang naksir kepada guru muda yang tampan itu.

Morgan membawa murid-muridnya berolahraga berputar di lapangan dan menanam pepohonan di halaman sekolah, morgan sejenak memperhatikan vika ia begitu rajin dan cerdas, karena morgan guru baru ia belum tau kalau vika adalah murid yang paling pintar di kelasnya.

Selain cantik vika juga sangat baik terhadap teman-temannya.

"Hai?" Sapa morgan mengagetkan vika yang sedang asik menanam pohon bidara.

"Eh, Pak." Sahutnya sebari melirik morgan dengan hormat, morgan tersenyum lalu duduk di atas batu kecil tak jauh dari salah satu muridnya ya itu vika.

"Emm. Nama kamu siapa?" Tanya morgan sebari memberikan sebotol aqua.

"Nama saya Vika, Pak!" Jawabnya kemudian mengambil sebuah botol aqua yang di sodorkan oleh morgan, guru muda yang sangat tampan itu.

"Makasih Pak," Lanjut Vika lalu minum air putih yang di kasih morgan untuknya,karena merasa haus dan lelah setelah berolahraga, tanpa banyak basa basi lagi vika langsung meneguk air putih itu.

Morgan hanya tersenyum tipis, usai berolahraga mereka kembali ke kelas, sebelum pulang morgan bercerita sedikit kepada anak-anak muridnya.

Ke akrabannya bersama anak didiknya membuat mereka tambah semangat untuk sekolah.

Seperti bisa vika pulang bersama bima.

"Sudah lama nunggu?" Tanya vika kepada bima yang entah sejak kapan ia menunggu vika di pinggir jalan tak jauh dari sekolahnya vika.

Bima adalah kakak kelas vika yang sudah sekian lama menyimpan rasa cinta untuk gadis cantik berkulit sawo matang itu, namun bima tidak berani untuk menyampaikan perasaannya kepada vika, hanya sebuah perhatian lebih yang dapat vika rasakan ketika sedang berdua bersama seorang pria sederhana itu.

"Baru saja Vik, gimana? Mau pulang sekarang?" Tanya bima, kepada vika, vika hanya mengangguk pelan tanda setuju.

***

Helen adalah teman sekelasnya bima ia seorang gadis yang begitu di takuti oleh teman-teman segenknya, helen memiliki 3 teman yang selalu setia menemaninya.

Ketika helen dan tiga temannya sedang berada di perjalanan, lagi-lagi helen harus melihat kembali seorang pria yang di kaguminya jalan bersama cewek lain.

Bima dan vika berjalan bersampingan di iringi dengan canda tawa yang membuat helen geram, wajahnya yang putih nampak terlihat begitu merah menyala, anggun, lina dan dea saling pandang ketika melihat helen sangat kesal.

"Kamu yang sabar ya len," Ucap anggun sebari mengusap pundak helen, yang masih menatap tajam ke arah bima dan vika yang berjalan santai di depan matanya.

"Apa sih Bim kurangnya aku?" Geram helem.

"Tidak ada yang kurang dalam diri kamu Len, cuma Bumanya aja, yang buta!" Celetuk lina sebari memutar kedua bola matanya ke atas.

"Oh, apa mungkin Bima malu, Len untuk menyampaikan rasa cintanya kepadamu, gimana kalau kamu yang duluan menembak Bima, Len?" Timpal dea memberikan idenya kepada helen.

Helen menatap ketiga sahabatnya bergantian.

"Kamu benar Dea. Aku harus menembak Bima duluan!" Sahut helen seketika itu ia tersenyum ceria.

"Betul, kamu harus mendapatkan cowok idola di sekolah kita." Sambung anggun kembali mengunggah ide baru di dalam gejolak hati helen yang membara.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku