My Sunshine
ir mobil persis di samping garasi. Sengaja tidak memasukkannya ke garasi karena sebentar lagi mau pergi lagi, ke toko buku. Ini, pulang sebentar untuk mengambil buku memo yang tert
yang berjuta-juta kali lipat dari biasanya, "Sudah dari tadi
kampus dan kami memakunya dengan tembok di samping pintu kamar bagian dalam. Artinya, setiap kali Mama masuk ke kamar, pasti dia bisa melihat schedule board itu dengan jelas. Well, aku juga menulisnya
INE'S
: Ka
: Tok
Ruma
rumah sa
i? Wuaaahhhh, jangan-jangan benar, Mama belum marambah kama
atatan judul sama penulisnya ketinggalan di kamar." kataku menjelaskan
adalah penyakit yang paling ganas dalam jiwa manusia. Minimal, menimbulkan penyakit hati yang bernama kepo dan itu bisa berakibat fatal. Salah satunya insomnia, sungguh. Kalau tidak percay
oyang-goyangkan kepalanya yang terlihat lucu, "Pi
emenjak Papa meninggal tiga setengah tahun yang lalu, baru kali ini aku melihat Mama sebahagia ini. Sumpah, aku sampai berpikir,
lah, Ma!" jujur, aku men
sanya kecurigaanku tadi mendekati kebenaran kalaupun tidak bisa dikatakan benar, Mama jatuh cinta lagi. Jadi, dia menjajaki perasaan dan penerimaanku terhadap pria pilihan hatinya.
an nada kesal sambil mengguncang-guncang
Mama dengan mata yang semakin men
l yang tadi sempat mengikis ketenangan hati. Lebih baik mendengarkan dulu
an suka bengong lagi ya, Sayang?" Mama menyahut tulus, "Kala
n Mama, "Nggak kok, Ma. Aku nggak suka bengong lagi
baru, sih. Terutama setelah aku mulai kuliah, tiga tahun yang lalu. Menurutku, bukan hanya karena itu saja sih tapi juga karena Papa meninggal dunia. Well, mungkin Mama bangga karena aku diterima kuliah di Fakultas Kedokteran Umum universitas negeri yang terkenal di Yogyakarta. Tapi men
i terhenti secara alami dan tanpa menunggu aku menyahut dia mela
u
lagi kan, yang berarti akan ada seseorang yang bernama papa tiri dalam hidupku? Ya ampuuun! Kenapa harus sekarang, sih? Di saat aku sedang serius dan fokus menyusun TAS. Tugas Akhir Skripsi.
ma justru bertanya padaku, "Kamu nggak apa-apa kan, Catherine?
ur-jujurnya. Perlahan-lahan namun pasti aku menyusun kata-kata agar tidak menyinggung atau malah menyakiti hati Mama. Baga
am
, Sa
n kalau enggg Mama
ah ang eng ang eng. Bicaralah yang jela
a-kata Mama, "Mama jangan nikah dul
ngkal, terjungkal-jungkal. Jujur, aku jadi kikuk dan
a yang mau nikah itu siapa? Hahahaha. Cinta Mama cukup untuk Papa seorang, Saya
lu, aku bertanya,
empertegas gambaran kebahagiaan yang terpancar pen
gguk lalu tanpa menunggu detik-detik berganti, Mama mengatakan
, wh