PELUKAN UNTUK LANIA
keluarga, Amara tak pernah m
ntara lima atau enam tahun. Penampilan ayahnya pun sudah jauh berbeda dari pada saat masih tinggal bersama keluarga
ari salah satu minimarket dan melajukan mobil dengan
cil itu anak k
enikah
ngar bahwa ayahnya mencari bahkan menjenguk dirinya dan kak Guntur. Apakah pri
sa berkutik, meskipun ia sudah lama tak melihat ayahnya lagi tapi ia sangat y
dengan cepat menghapus bulir air mata ia memungu
ya membuat Amara terbangun dari lamunan
a Cakra sambil memberi
ya dan masih merasakan sakit di kulit
!" ajak Amara me
g lebih kita akan memasak makanan yang enak" Amara ters
ala. "Makan setiap hari pakai m
. "Cakra suka buah pir, 'kan. Nan
wat Cakra selain ibu." Bocah itu ber
dulu, nanti kamu kalau ada
menikmati makan malamnya, ding
menolong kakak perempuannya itu, tapi melihat amukan kak Guntur menciutkan nyalinya. Tidak tahu mengapa dari dulu kak
los. Ia bukan anak kecil yang seolah menutup telinga dengan perkataan orang lain, ia sudah kela
*
mbuat kebanyakan orang yang berlalu lalang lebih baik menghindar dan me
Pernah sekali, ada yang berani menegur dan berakhir naas. Rumah orang tersebu
njian untuk tidak berkumpul-kumpul lagi. Tapi tetap saja, mereka m
ja!" ucap salah satu teman Guntur yan
tur yang menjadi alasnya. "Kalian curang, ya!"
ukan yang diberikan Guntur membuat Riko mengam
rempat saja, ak
. Setelah kartu remi dibagikan mereka yang mukanya sedatar mungkin agar orang lain t
a membuat yang lainnya semakin semangat disusul Guntur juga Tony.
egitu!" balas A
ga sudah mau habis." Guntur menyahuti sambil min
rokoknya menghidu rasa yan
melihat mobil hitam yang berani melewati jalan se
reka berdiri di tengah-tengah jalan. Guntur yang melihat aksi te
bil hitam SUV yang terlihat mahal berada dua puluh meter di hadapannya. Sedangkan Guntur
suasana temaram membuat ia tak bisa melihat siapa
aya?!" tanya si pembawa mobil
t Bapak. Dengan begitu Anda bisa lewat dengan leluasa,"
tidak mau
nnya memukulkan balok kayu di ban membuat
kalian masing-masing." Senyum ngeri pria paruh baya itu sambil menodongkan pistolnya yang
eperti itu. Dengan cepat ia menghampiri untuk melihat apa yang terjadi dengan tangan kosong. Se
lam ini. Matanya terkejut saat pistol itu sudah diarahkan ke dahi Tony, ia marah dan ingin berter
stikan membuat teman-temannya yang mend
a di hadapannya itu masih belum berub
ng badan Guntur dan melihat
mu?" Menurunkan pistol dan me
amkan. Ia tak menyangka akan bertemu den
kan membuat Guntur terdiam. Ia masih memandang wajah pria itu, wajah yang tak banyak ber
ahnya ingin memeluk juga menya
t banyak lembaran kertas yang ayahnya lempar tepat di mu
annya lebih dari cukup." Dengan pintu yang ditutup kasar, Bagas k
u, ia tidak bergera
panggilan teman-temannya ia berlari mengikuti mobil hitam itu w
ti saat ia kecil. Momen yang ditunggu-tunggu ternyata menjadi hancur seperti ini, ia dianggap berandalan, tak berguna dan meresahkan warga dan
dar warnanya juga semakin kusut. Matanya belum bisa melihat eksistensi
lampu jalanan. Ia frustrasi harus ke mana, berbelok ke arah mana ayahnya setelah melewati jalan ini.
ah kehilangan lagi u