Bukan Takdirku Mati Dalam Api
/0/30789/coverbig.jpg?v=6e1d199a8bc82228a791c16cf1d6bf06&imageMogr2/format/webp)
annya setelah koleksi
terdengar jelas dari balik pilar kapal pe
skenario balas dendam demi Rosa, wani
i desainer bayangan, mereka memberiku o
sebuah villa untuk melenyapkan jejakku se
untuk "memberiku pelajaran"
adari pria yang kucintai ternyata a
ak akan mati
i villa itu, meninggalkan cincin tunangan kam
Jakarta sebagai Gia, desainer kelas
ngan wajah pucat pasi seperti mel
g. Gita yang bodoh itu sudah
ru saja dimu
a
Hasan
anjani memenuhi dek kapal pesiar mewah di Labuan Bajo. Tawa itu seperti sambaran petir
bersama teman-temannya. Ia memegang segelas sampanye, matanya berbinar, tapi bukan karena cinta
ia kenakan. Apakah aku berhalusinasi? Apakah kelelahan karena mendesain koleksi b
menimpali. Ia tergelak, "Dia pikir kita benar-b
Kata-kata itu menanc
ng selalu membuatku muak, menambahkan. "D
epalaku. Tenggorokanku tercekat. K
sa melanjutkan, dengan nada seolah-olah mendongeng
ernah mencuri apapun! Aku yang selalu menjad
ersumpah akan membalas dendam untukku. Membuatnya ja
erutku bergejolak hebat. Aku mencengkeram pilar, beru
tatapan mata penuh perhatian, sentuhan lembut yang melumpuhkanku. Semuanya palsu. Set
g tulus yang pernah ia temui. Aku begitu bahagia, begitu buta. Aku memberikan segalanya, cinta dan bakatku, semua
ejekan. "Percaya bahwa aku mendukung mimpinya, padahal aku hanya memanfaa
hidupku. Impian yang kukubur dalam-dalam
nggap adiknya. Rosa, yang memfitnahku mencuri desainnya di kampus, menghancurkan debutnya. Rosa, yang menangis dan memu
u merasa seperti lelucon, badut yang menari di atas panggung yang Dzaki dan Rosa si
umnya pudar. Jantungku berdetak kencang, memukul-mukul rusukku seperti ing
kakiku membawaku. Tangisan tertahan pecah menjadi isak tangis yang menyakitkan. Aku b
tapi rasa sakit fisik tidak sebanding dengan luka di hatiku. Aku terbaring
kan nama "Ibu". Aku melihatnya. Ibuku. Keluargaku ya
e Italia. Semua sudah diurus. Kau ikut ka
nolak tanpa ragu, demi Dzaki. Tapi kini, Dzaki telah menu
m. "Ya, Bu," suaraku ser