Can You See Me?
eorang yang berdiri diambang pintu.
ggenang di pelupuk matanya. Gadis itu menangis lagi. Rangga dan Didan
k di hadapan Rallin. Menatapnya sebentar kemudian menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Mengusap pelan kepala gadis itu
n semakin mengeratkan pe
u," ucap Sendi sambil mengusap kepala gadis itu. Pungg
empar pandang. Tak tahu harus berbuat apa. Membia
k kacau sekali penampilannya saat ini. Anak rambut yang basah karena keringat. Hidung yang memerah dan ma
nterin dia bali
guk. "Bisa ko
ngangkat dagu gadis itu karena sedari tadi menunduk. "Sama Didan gak papa kan? G
Sendi pun langsung k
luarkannya ponsel dari saku baju. Membuka aplikasi WhatsApp dan mencari kontak seseorang
i pr
an kota. Gak date
Adelia saat ia sudah turun
isa membalas ketulusan cinta Nadiv. Nadiv itu tampan. Meskipun tidak setampan ketua OSIS Grand Nusa, tapi lelaki ini cuku
. Karena suatu alasan. Belum saatnya kalian mengetahui alasannya. Itu lah mengapa saat ia tahu Rallin menyukai Nadiv, dengan senang
Jujur, ia takut kalau Adelia marah dengannya. Ia benar-bena
hati seorang Nadiv. Senyum yang selalu menjadi candu untu
kalo kamu gak marah. Aku takut kehila
ndengar kalimat itu dari mulut Nadiv. Gadis mana sih yang tidak mela
a membalas cinta Nadiv. Hatinya sudah terisi
pamit Nadiv. Adelia tersenyum
i ponselnya. Nadiv menyempatkan untuk membaca pesan itu. Dibukanya a
i pr
an kota. Gak date
ia tidak pernah mencari masalah dengan teman sekelasnya itu. Lalu kenapa tiba-tiba Se
penasaran saat melihat
elia lembut kemudian menggeleng. "Bukan si
iv mulai melaju meninggalkan area rumahnya. Setelah lel
taman. Tempat dimana Sendi sudah menunggunya. Ia tidak tahu apa masalahnya dengan S
asi. Entahlah, Nadiv juga tidak mengerti. Tampaknya Sendi tida
gan seseorang, Sendi mengalihkan perhatiannya. Tahu jika itu Nadiv, segera dimasukkannya ponselnya ke sa
Tanya Nadiv b
jangan pernah ngucapin kata kasar sama dia." Sendi m
. Jadi masalahny
v. Iyakan? Dia tidak salah. Kalau saja Rallin bisa tahu
e cuma minta sama lo, tolong baik sedikit sama dia. Seenggaknya itu bisa
gue," ucap Nadiv. Ada benarnya juga. Ia tidak mau jika Rallin malah semakin baper
iv tidak menyukai Rallin. Tapi ia juga tidak tega kalau Rallin terus-terusan sep
nya ini benar-benar menyita semua perhatian Rallin. Jika Nadiv saja sep
h dengan mata sembabnya, ia melepaskan he
a liat lo cengeng gini," ucap Dida
selalu perhatian padanya. Terkadang yang ia harapkan ad
k, ya?" P
-hati. Makasih udah mau ngant
a kali," t
Rallin pun berbalik menatap pintu gerbang rumah
jika sudah berada dirumah kelam ini. Rallin menghentikan langkahnya tepat
nisan di dalam rumah megah bergaya klasik Belanda. Yang ada hanya pertengk
ang tuanya sedang bertengkar. Entah apa y
arinya. Ia hanya ingin hidup tenang, sudah
ap menerkamnya kapan pun. Dua orang yang dulu selalu memanjakannya kini berubah menjadi
n perlahan. Langkahnya pelan menuju ruang tamu. Jarinya s
ang," ucap
mamanya menatap
tidak peduli." Setelah mengucapkan
uar dari sudut matanya. Baru saja ia menangis, dan sekarang menangis
P
i berhenti panggil saya pa
sa sakit ini benar-benar menggerogoti hatinya. Rallin berjalan mundur, kemudian berbalik. Ia berlari me
ng tuanya tak peduli. Nadiv masa bodoh. Lalu apa yang
dup kalo cuma buat di sakitin?," lirih Rallin sambil memeluk dirinya sendiri, k
sebuah foto yang tersimpan disana. Ia tersenyum nanar
gue ka
ah batu nisan di depannya. Senyumnya terulas tipi
sama lo," ucap ga
inta Tuhan buat me
engen menuk
gak gue mau
osisinya gue disini," ucapnya sambil
," lanjutnya sambil men
k gitu, pasti semuan
ama sama papa itu sayangnya
pat ia bisa menenangkan dirinya. Disini ia bisa men
ng membuat hidupnya menjadi sesuram ini. Pasti dia masih hidup sampai sekarang. P
a bisa apa? Meminta Tuhan untuk mengembalikan
h gue lakuin dari d
, doain gue biar gue kuat ngadepin sem
antakan, seragam lusuh, wajah kusam. Rallin tersenyum miris. Dir