Can You See Me?
ngsung. Sontak sebuah tangan seseorang di sampingnya menutup mu
ecak seseorang
elan sambil menggaruk belaka
ang lo inget?" cibir s
gadis itu sam
natap fokus pada papan tulis yang berisi tulisan. Makin lama
tebal itu menyukai pacar orang tanpa rasa malu. Iya, Nadiv Dirgantara, lelaki yang di sukai sahabatnya itu telah memiliki kekasih. Bahkan sahabatnya itu terang-terangan menunj
lam artian tidak urakan, tidak nakal, tidak kasar. Tapi ini Nadiv, seantero Grand Nusa pun tahu bagaimana r
hat sih," kel
mudian memutar bo
tu kayak gak dikasih ma
enoleh, kemudian memasan
pagi gak ketemu soalnya," u
h ke lantai. Namun ia urungkan untuk membalas ucapan sahabatnya. Karena ia sadar kalau sedari tadi tatapan bu Meta sudah
ara lipatan kedua tangannya di meja. Di depan kepalanya ia tegakkan
udah gila," ucap Maudi pelan
itu hanya tersenyum tipis. Iya, dia akui dia mem
eorang pelajar, suara bel pulang dan bel istiraha
. Dengan gerakan cepat, ia memasukkan seluruh barangnya ke dalam tas. Lalu b
Nadiv, lo sampe ninggali
kemudian berjalan menghampiri Maudi. Memasang wa
ngat banget mau ketemu Nadi
i pelakor Lin
jadi pelakor Di
cowok yang udah p
kung, Nadiv masih bisa dimiliki s
n tidak akan ada ujungnya. Dan tetap saja Rallin yang menang. Ia kadang berfikir kalau ia dan Rallin itu se
*
palagi kantin kelas sepuluh dan sebelas itu jadi satu t
ah terisi empat orang. Salah sat
i bername tag Nadiv Dirganta
ngan ponselnya sampai ia t
panggi
menoleh me
Jawab
apa?" tanya
delia kemudian sibuk
endak beranjak pergi n
senin sekalian
del doang njir,
ndiri," ucap Nadiv kemud
mudian Rangga menyusul Nadiv untuk
dak pernah mencintai Nadiv. Dua bulan yang lalu, tepat hari pertama Adelia dan Nadiv berpacaran, Didan tidak sengaja mendengar percakapan antar
ia mengatakan kalau ia menerima Nadiv hanya k
ngga yang tahu. Mereka tak ingin Nadiv tahu tentang hal ini. Jika tahu, Nadiv pasti akan hancur. Jadilah mereka memilih diam da
an mereka. Belum sempat Rangga duduk, Didan
lo!" decak Rangga sambil menaruk ma
p Didan sambil melahan
di ambang pintu. Terlihat mata dua gadis itu menelisik mencari bangku y
riak Didan sambil m
, tiba-tiba terdiam. Selera maka
a ke arah Nadiv yang duduk memunggunginya. Meskipun dari belakang, Rallin bisa tahu
arah Didan. Beruntung disana masih tersisa dua kurs
ja Lin,"
" ucap Rallin sambil tersenyum ke arah
emiliki rasa cemburu sedikit pun ketika Nadiv di dekati banyak wanita. Karena pada dasarnya cemburu itu ada karena kita memilik
n ya Di," ucap Rallin
esen Lin," dengus Maudi sa
a!" teriak Rallin kemudi
didepannya. Entahlah, dari sekian banyak orang yang men-cap Nadiv seseorang yang
an dia malah sibuk bermain ponsel? Kalau Rallin jadi Nadiv, pasti ia tidak akan segan-segan melempar ponsel itu. Tapi Rallin tak habis fikir, bagaimana bis
lu dengan seenaknya Adelia datang di kehidupan Nadiv dan mengambil
adiv mendarat dipucuk kepala Adelia. Meng
ke kelas yuk,"
selembut itu pada Rallin? Sungguh
depan Nadiv. Ingin rasanya Rallin menjambak rambut sebahu milik Adelia. Dengan sesuka hati
Nadiv dingin kepa
eka. Dia lebih memilih menghabiskan waktu istirahatnya bersama Adelia. Ketika di kantin, yang biasanya hanya ada mereka bertiga,
enusuk bakso yang baru dibawa oleh Maudi dengan penuh teka
tau kalo lo gak suka sa
a lebih sering ngebucin. Mana ngebucini
Lin, terlalu buta sama cinta lo ke Nadiv." Tuka
ke atas meja. Menghembuskan nafasnya berat. Seolah menya
a menegakkan kepa
SECANTIK DAN SETULUS INI KENAPA SIH
an. Sementara Maudi, Didan, dan Rangga hanya bisa menunduk
menghilang dari tempat haram ini Lin
karang hanya Nadiv, Nadiv, dan Nadiv. Benar bukan kal