Can You See Me?
berbeda gender yang tengah bercumbu dibangku pojok tempat duduk Nadiv. Air mata perlahan turun membasahi pipi mulu gadis berombre ungu itu. Ia tahu,
k gadis yang berada dipangkuannya itu dan kembali melanjutk
ue anterin," ucap Didan sambil menarik tanga
h mau liat? Mau tambah sakit
idak tahu situasi. Mereka tahu kalau Nadiv dengan pacarnya. Tapi seti
u. Dengan mantap, ia langkahkan kakinya menuju Nadiv. Lalu ditariknya baju Adelia hi
pekik
nanti di cap murahan. Ia memang sudah buta cinta. Ia memang sudah gil
ada disana jelas melebarkan matanya melihat perlakuan Rallin. Ini benar-benar mengagetkan. Terlebih Didan dan Rangga. Mereka menganga meliha
asih terlalu terkejut. Bahkan u
alau dia sedikit menikmati permainan bibir Rallin meskipun
Nadiv. Menatap dalam mata lelaki did
mana pun disini," ucapnya sam
encintai Nadiv, ia tidak suka kalau miliknya di ganggu. Adelia me
rani nyium dia didepan mata gue? Urat malu lo kemana anjing?!" bentak Adelia. Tampak sekal
an tangan Adelia yang menurut
tangan Adelia itu penuh kotoran. Kemud
a sama kaca," ucap Rallin sambil memainkan k
par Rallin. Namun gerakannya terhenti saa
ing ia beri untuk Rallin benar-benar tidak mempan. Ibaratnya masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Gadis itu bebal sekali. Bahkan N
udian mengecup singkat bibir Adelia. Dia
arik Adelia keluar. Tampak seringaian jahat keluar dari bibi
ganti menjadi senyum sendu. Didan dan Rangga mendekati Rallin.
a sejak mereka masuk SMA, kecuali Didan. Lelaki itu sudah berteman dengan Nadiv sejak kecil. Dan Rangga adalah
menyukai Nadiv dan mengejar lelaki itu, perlahan nama Rallin sudah akrab di telinga mereka. Berteman dengan Rallin bukanlah hal yang buruk. Dia adalah gadis
yang bergetar. Iya, gadis
e gak punya?" tanyanya pelan.
in," ucap Rangga
pa dimata Nadiv gue imperfect?" Tanyanya lirih kemudian tubuhnya luruh k
v mesra dengan Adelia. Apalagi berciuman seperti tadi. Bohong kalau Rallin tidak lelah mengejar Nadiv. Lelaki itu semakin
mendapatkan lelaki yang lebih baik dari Nadiv. Bahkan disekolah ini saja banyak yang mengantri untuk menjadi pacarnya. Yang tentunya cinta dengan gadis itu
yakin lo bisa dapatin orang yang cinta sama lo dengan tulus. Bukan kayak Nadiv yang selalu bersikap kasar sama
selalu makan hati. Kita gak mau lo kebanyakan nangis. Kita gak mau lo
ah lama. Dia lebih baik daripada Nadiv. Ya walaupun gesreknya sama a
kan Gandi bukan siapapun. Cuma Nadiv!" keke
ngar itu terdiam kemudian menangis lagi. Didan yang menyadari itu, segera m
u ya buat Nadiv
seorang yang berdiri diambang pintu