Suami pura-pura
n kedua orang tuanya. Mereka saling beradu pendapat, dan tidak ada mengal
rjalanan hidup masih panjang, dan Adinda belum puas untuk menikmati masa muda. Sementara Lukman – ayah Adinda, terus bersikeras agar anaknya seg
harus menikah sekarang," ujar
rti ini? Ayah sudah tua, dan tidak m
Adinda masih bisa jaga Ayah, tidak
amu tidak mau menikah, maka tida
pundaknya agar anaknya sedikit lebih tenang. Adinda merasa kalau dirinya telah
Bunda bicarakan hal
sekali dengan Adinda? Padahal A
k usah khawatir, mungkin Ayah itu sedang ban
ilnya, sepanjang perjalanan ia terus memikirkan permintaan ayahnya tersebut. Jauh di lubuk hati yang paling dalam, Adinda tidak ingin mengecewakan ayahnya. Tetapi ia juga tidak mungkin menikah muda. Kepala A
adian itu membuat tubuhn
ak sambil menutupi wajahnya menggunakan kedua lengannya. Adinda kemudian turun untuk menghampiri pria tersebut. Terlihat s
jangan asal menyebrang b
i-hati. Kalau mengendar
ukannya meminta maaf, pr
nda yang salah, kenapa malah menyalahk
masalahkan lebih jauh. Dan memutuskan pergi begitu saja, m
aku tidak akan pernah me
pada sebuah café yang terletak di kota tersebut. Tetapi sebelum ke sana,
mesankan minuman untuk dirinya dan juga Adinda. Chika melihat kedatangan Adi
ah ditekuk sepert
enikah. Dan tadi ada pria yang tidak sopan, sudah dia yang salah dan dia juga
keh geli, "Hahaha. Makanya patuh deng
nikmati masa muda. Mas
an bahunya ta
datang makanan yang sudah dipesankan oleh Chika. Tanpa aba-aba, Adinda langsung saja melahap semua makanan itu. Chika menelan ludahny
kamu tinggal di ruma
kalau harus terus menerus mendengar
egitu. Nanti kita lan
yang jauh. Mengharuskan Chika membeli rumah agar tidak harus pulang pergi ke rumah kedua orang tuanya. Setelah mak
pi terkesan sederhana, dan cukup nyaman dengan taman kecil di samping rumah itu. Ini bukan kali pertama Adinda berkunjung ke rumah Chika. Ia sud
ng dijuluki gadis rajin oleh teman-temannya yang lain. Berbeda sekali dengan Adinda yang tidak terlalu pe
aian? bagaimana?" Adinda baru ing
a bisa dipakai sama kamu?" ujar Chika s
a," jawab Adi
am
pi Adinda selalu mensyukuri apa yang sudah ia dapat dengan jerih payahnya sendiri. Bahkan Adinda sama sekali tidak mengemis pekerjaan kepada orang tuanya, padahal
a meletakkan minu
senyum, "Terima kasih, saha
tidak ingat waktu. Jaga kesehatan
pekerjaan di kantor lagi banyak sekali, d
baik untuk membuat pekerjaannya menjadi sempurna. Chika dan Adinda tidak bekerja pada
tegang. Sementara Chika sudah lebih dulu tertidur di kamar. Sebelum pergi ke kamar, Adinda terlebih dulu memberikan pesan kepada sang bunda. Agar Hana tidak
sam