fitri alfiyah
1 Buku yang Diterbitkan
Buku dan Cerita fitri alfiyah
Suami pura-pura
Romantis “Pak, bagaimana ini? Mengapa Bapak mengatakan kalau kita suami istri?” Adinda mulai berani menyuarakan isi hatinya.
“Apa kamu tega melihat Nenek Laila yang sudah menaruh harapan kepada kita? Nenek Laila sangat baik,” jawab Alan, kemudian menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur.
“Tapi, Pak. Bagaimana jika Nenek tahu yang sebenarnya?”
“Tidak akan.”
“Saya tidak ingin menjadi istri pura-pura, dan begitupun Bapak menjadi suami pura-pura saya.”
“Jadi, kamu ingin menjadi istri saya sesungguhnya?”
Deg! Adinda terdiam, ia tidak mampu menjawab pertanyaan Alan. Ia terjebak dengan perkataannya sendiri. Tetapi, Adinda tidak tinggal diam. Ia terus berdebat dengan Alan. Hingga akhirnya, Adinda kesal dan membelakangi Alan.
“Saya tidak ingin berpura-pura seperti ini, Pak!” tegasnya. Anda mungkin suka
Dalam Dekapan Dosen Tama
an_febizha "Jangan memberontak, Run," suara Tama terdengar berat, serak, menahan gemuruh di dadanya. Dia tidak memberi jeda. Wajahnya kembali turun, ke garis leher Runa yang berkeringat, menghirup aroma tubuh gadis itu dalam-dalam, lalu kembali mencecapnya.
"Aku suamimu," bisiknya lagi, tepat di telinga Runa, "Dan kamu istriku. Apa yang kita lakukan ini benar."
__
Oleh : anfebizha
Perhitungan Pahit Seorang Istri
Gavin Suamiku, Banyu, dan aku adalah pasangan emas Jakarta. Tapi pernikahan sempurna kami adalah kebohongan, tanpa anak karena kondisi genetik langka yang katanya akan membunuh wanita mana pun yang mengandung bayinya. Ketika ayahnya yang sekarat menuntut seorang ahli waris, Banyu mengusulkan sebuah solusi: seorang ibu pengganti.
Wanita yang dipilihnya, Arini, adalah versi diriku yang lebih muda dan lebih bersemangat. Tiba-tiba, Banyu selalu sibuk, menemaninya melalui "siklus bayi tabung yang sulit." Dia melewatkan hari ulang tahunku. Dia melupakan hari jadi pernikahan kami.
Aku mencoba memercayainya, sampai aku mendengarnya di sebuah pesta. Dia mengaku kepada teman-temannya bahwa cintanya padaku adalah "koneksi yang dalam," tetapi dengan Arini, itu adalah "gairah" dan "bara api."
Dia merencanakan pernikahan rahasia dengannya di Labuan Bajo, di vila yang sama yang dia janjikan padaku untuk hari jadi kami.
Dia memberinya pernikahan, keluarga, kehidupan—semua hal yang tidak dia berikan padaku, menggunakan kebohongan tentang kondisi genetik yang mematikan sebagai alasannya. Pengkhianatan itu begitu total hingga terasa seperti sengatan fisik.
Ketika dia pulang malam itu, berbohong tentang perjalanan bisnis, aku tersenyum dan memainkan peran sebagai istri yang penuh kasih.
Dia tidak tahu aku telah mendengar semuanya.
Dia tidak tahu bahwa saat dia merencanakan kehidupan barunya, aku sudah merencanakan pelarianku.
Dan dia tentu tidak tahu aku baru saja menelepon sebuah layanan yang berspesialisasi dalam satu hal: membuat orang menghilang.