Hati yang Kau Hancurkan Tak Bisa Kembali
/0/28985/coverbig.jpg?v=fc721434ce0a3ff81fe29e14403a93a6&imageMogr2/format/webp)
an elit Zurich. Langit tampak seperti disobek petir, menggema berulang kali, seolah menan
m keluar, langkah mereka tegas, bersenjata, dan tanpa suara. Di antara mereka, sosok tinggi denga
Von A
ahwa malam ini bukan sekadar operasi biasa. Ini malam balas dendam-malam yang telah ia rencan
r hidup-hidup," ucap Rafael da
sampingnya, suaranya nyaris
m mereka sempat bereaksi, dua peluru menembus dada mereka. Tubuh penjaga itu roboh, sement
a itu menderita-ia ingin mereka merasakan kehilangan yang
gu terlalu lama
l mendongak, matanya bertemu dengan sosok perempuan bergaElm
mbut cokelat muda menjuntai acak karena ketakutan. Namun di balik ketakutannya, Rafael bis
ia tidak berlari. Tangannya memegang pegangan tangg
kit. "Orang yang keluargamu s
tidak akan dapatkannya. Ayahku t
." Rafael memotong ding
apa maksudnya. Sebelum ia sempat berbalik, dua pria ber
rintah Rafael cepat. "D
uran bingung dan takut. "Ap
ya lama. "Kau a
ecilnya. Hujan menelan suara jeritannya, dan ketika mobil hitam melaju me
dern itu berdiri di puncak tebing Swiss, jauh dari pemukiman, dikelilingi hutan pinus dan kabut yang t
embut dengan tali beludru di kursi. Saat matanya menyesuaikan diri, ia meli
uga kau," ujarn
ludah. "Kau
fael berbalik perlahan, langkahnya tenang tapi me
"Kau pikir ini lucu? Kau membak
njang rumah sakit dengan peluru di tulang bela
l siapa Elara, tapi nada Rafael membuatnya me
t aku?" Lyra menatapnya de
pengecut ini yang sekarang menentukan
angnya, menahan air
, lalu melepaskan ikatan di tangannya. "Mulai mala
ya tak percay
semua kebutuhanku terpenuhi." Ia menatap tajam. "Dan setiap kali kau berpikir
ereka masih hidup?"
engan dingin. "Itu
arena jendela kamarnya selalu tertutup tirai hitam. Ia diberi pakaian pelayan-gaun hitam panjang dengan apron putih-dan ja
a itu seperti bayangan dingin yang selalu muncul tanpa suara. Tatapannya bisa membuat Lyra berhenti
ruang kerja Rafael. Ia menatap pintu kayu besar d
berat itu terde
tu luas, dindingnya dipenuhi rak buku tinggi, dan di tena," ujarnya t
n hati-hati. "Ini kopi hitam tanp
pandangannya. "Tapi jangan panggil aku 'Tuan
g. "Kalau begitu aku h
takut, kau bisa memanggilku
bibirnya. "Ak
hingga hanya berjarak satu langkah. "Jad
lai tidak teratur. "Kalau kau mau menyaki
etik, lalu tersenyum tipis.
i kursinya. "Pergi. Aku tida
dan untuk pertama kalinya ia sadar-ia tidak han
esuatu yang menyembunyikan luka dalam yang
idor. Ia keluar kamar, mendapati dua anak buah Rafael berl
ar!" salah satu dari mereka bert
ga dengan pistol di tan
e, Tuan. Mereka me
semua itu-ayahnya masih hidup, dan mereka mencari dirinya. Ta
uang bawah tan
a memberontak, tapi dua pr
tapi mematikan. "Kau tidak akan k
ut aku akan bebas?" ia
jika mereka menemukanmu, perang ini akan berubah jadi pem
yang sama kerasnya, tapi di ba
el meraih bahu Lyra, suaranya nya
gi sekadar tawanan, Lyra Elmor
-batu tua yang menjadi saksi bagi ratusan rahasia kelam. Di sanalah Lyra dikurung-tapi b
antel tebal, melet
di sini sampai
ir aku akan percaya padamu s
Kau tidak harus percaya. Tapi kalau aku ingin k
unduk, menggenggam tangannya. Suaranmu menembak Elara. Karena aku ingin dia merasakan kehilangan yang sam
elaskan. Antara kebencian, rasa bersalah, d
adi alat balas denda
"Sayangnya, kau sudah jadi bagian d
noleh, "Dan mulai sekarang, jangan takut pada iblis, Lyra. Tak semua iblis
el berputar di kepalanya. Ia tak tahu mana yang lebih berbahaya-kebenciannya pada pria itu
berdiri di balkon, menatap lang
nnya-wajah lembut perempuan ya
janji akan menuntaskan ini. Tapi... ken
ahan, menutupi jejak d
g seharusnya saling menghancurkan justru mulai t
t Lyra disekap. Lampu gantung berayun pelan, menimbulkan bayangan panjang di dinding. Hujan di luar
osok tinggi itu masuk, mengenakan jas hitam yang
fleks, nadanya campuran terkejut dan cemas. Tapi kemudian ia menyesali
as, dingin seperti bias
alnya. Ia menghela napas dalam, lalu melangkah maju, tadari anak Elmore," Rafael men
k tahan melihat orang berdarah-darah di depanku." Ia mendekat l
nti di
r. Tapi sesuatu dalam diri Lyra menolak tunduk. Ia melangkah satu langkah lagi, lalu berkata lirih tapi t
a Lyra yang membuatnya sulit menolak. Ia menghela nap
elum aku beru
dut ruangan, lalu merobek bagian bawah gaunnya untuk membalut luka itu. R
bisik sambil memeriksa bahu Rafael.
wab Rafael dingin, tapi nadanya melemah saat
ng muncul setiap kali kulit Lyra menyentuhnya. Aroma samar lavender dari rambut gadis itu, napasnya yang
ut. "Kalau kau bergerak, aku t
yra, kebanyakan orang gemetar di had
takut yang bercampur. "Kau bukan Tuhan, Rafael. Han
ama kalinya, ia tertawa kecil-bukan tawa gembira, tapi pahit. "Kau be
langan seseorang, aku mengerti. Tapi menghancurkan
ahu rasanya kehilangan orang yang
berkata pelan, "Aku juga kehilangan. Hanya saja
negang. Ia tidak pernah mendengar seseorang menentangnya seperti itu
, lalu menatap api di
perban terak
tanya pelan. Tapi sebelum Lyra sempat menanggapinya, ia sudah kelua
r-benar pergi. Lyra mulai terbiasa dengan rutinitasnya-membersihkan ruang kerja Rafael, menyiapk
ulai memperhatikan sesuatu yang aneh: Rafael semakin jarang keluar, dan setiap m
a, melangkah melewati koridor gelap menuju sumber suara. Ia menahan napas saat mendek
apasnya berat, tapi setiap tembakannya tepat sasaran. Di antara desahan napasnya, Lyra mendeng
tiba-tiba berkata tanpa menoleh, seolah
k. "Kau tahu
nurunkan pistolnya, menatapnya dari
kau selalu melatih diri seperti itu. Kau tidak
kan untuk jadi lebih baik. Tapi unt
dam," kata
dingin. "Dan setiap kali aku menembak,
au pikir dengan membunuhn
u pikir tidak? Ketika Elara tergeletak di pelukanku dengan darah di mulutnya,
menantang, matanya berkila
ahnya. "Kau adalah pengingat
pi tegas. "Kau menyiksa seseorang yang tidak bersalah hany
amarah yang muncul di matanya-melainkan pergulatan batin. Sejenak, ia ingin b
ebelum aku berubah pik
gnya yang menjauh, lalu berbisik
tapi tidak menoleh. "Suatu hari,
k dinding batu, membuat seluruh kastil bergetar. Rafael memerintahkan semua penjaga
menata meja, suara ledakan keras mengguncang sisi barat kastil.
ke arah suara. Tapi sebelum ia mencap
fa
anah! Sekarang!"
a y
lebih kuat, memaksanya berlari melewati koridor. Tapi sebelum mereka s
nduk bersamanya di balik pilar. Debu beterbangan
a?" Lyra ber
engokang pistol. "Mereka ingin kau kembali. Tapi m
gemetar. "Kau tidak bisa mel
t. "Aku sudah melawan
ding roboh sebagian. Rafael menutup tubuh Lyra dengan badannya, melindunginya dar
mereka berbaur dalam jarak yang begitu dekat. Ketika ia menatap mata pria itu, ia mel
saja?" Rafael
cepat. "Aku tida
alu menembak dua kali ke arah pint
ra tembakan yang semakin dekat. Rafael menembak tanpa ragu, menyingkirk
sayap utara. Rafael membuka pintu rahasia di
luar mereda sedikit. Lorong ba
ama," kata Rafael. "Dari sana, ad
asnya terengah. "Kau
etar samar. "Aku tidak membiarkan siapa pun men
Kau menculikku, memperlakukan aku seperti buda
biarkan orang lain membunuhmu di depan mataku? Tida
pelan, "Kau benar-benar tidak tah
g pertahanannya, dan untuk sesaat, ia tidak
tempat luas dengan dinding batu berlumut dan udara lembap. Rafael menyalakan obor, la
a. "Berapa banyak nyawa yang akan hilang
tap api obor dengan tatapan kosong.
a hujan deras di luar dan detak ja
han. "Kau bisa mengakhirinya, Rafael. Kau p
pelan. "Aku tida
nap
hwa semua ini sia-sia. Bahwa Elara terluka tanpa
mbut kali ini. "Mungkin Elara ti
idak tahu kenapa, tapi malam itu, di tengah kehancuran, kata-kata gadi
erantakan, wajahnya pucat, tapi di balik semua itu ada ke
cara untuk seorang taw
banyak menyiksa diri untuk seseor
tapnya dalam, lalu berbisik pelan, "Kau tidak t
akut," jawab
tmu berbahaya,"
terasa berhenti. Tidak ada kebencian, tidak ada dendam-hanya
ia pupuk mungkin mulai retak oleh sesuatu y
aneh menyelimuti. Lyra menatap api obor, lalu berbisik pelan, "Kau tahu, Rafa
. "Dan kalau aku ing
mu. "Maka aku akan jadi satu-satun
um tipis-senyum yang untuk pertam
an. "Karena iblis tidak pernah jatuh
ya tahu-permainan antara pembur
tapi tentang dua hati yang berjua