icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Hati yang Kau Hancurkan Tak Bisa Kembali

Bab 5 pikirannya melayang jauh

Jumlah Kata:2268    |    Dirilis Pada: 26/10/2025

asi ruang-ruang istana batu itu. Rafael Von Ardent duduk di ruang kerjanya, memandang dokumen yang berserakan di meja be

oran intelijen tentang keluarga Elmore-bukan karena ia peduli pada kemampuan Lyra, tapi karena ia ingin tetap menempatkannya dalam lin

selalu waspada, tiba-tiba muncul di ambang pintu. Ia memandang Lyra dengan

dari dokumen dan menatap Mar

a, tapi nada kekesalannya tidak bisa d

meja. "Dia siapa? Dia t

ya akses dokumen, ruang kerja, bahkan membiarkannya masuk ke ruang rapat pribadi. An

nya kelam. "Lunak? Aku tidak lun

rbeda. Cara kau menatapnya... semua orang bisa me

yang meragukan apa pun. Lyra tetap tawanan. Tidak lebih, tida

ng anak buahnya yang meninggalkan ruangan. Ia tahu Marcus be

itu, tapi setiap kali ia di dekatku... ada sesuatu yang

rasan fisik, tapi dengan perintah yang akan menjeratnya lebih da

menunduk sop

okumen keluarga Elmore yang disit

ngguk. "Ba

gadis itu membungkuk, mengambil berkas demi berkas. Ada sesuatu dalam postur dan geraka

lirih, "kenapa kau me

epat. Namun matanya tetap terpaku pada Lyra, yang men

nci perasaan itu. Ia menundukkan pandangan ke meja,

biarkan ini terjadi. Lyra

dan angin yang menembus celah-celah dinding batu. Rafael duduk di balkon, memandang bul

eh panas. Ia menatap Rafael sebentar sebelum meletakkan cangkir di tepi

nya diam. "Aku

k merasakan napas pria itu. "Sendiri tidak selalu berarti aman, Rafael,

enatap Lyra. "Kau benar. Tapi sendiri j

Aku mulai mengerti kenapa kau begitu... keras, beg

seperti orang lain. Aku tidak bisa mengan

u bisa memilih. Kau bisa membiarkan seseoran

nyikan dengan dingin, tapi Lyra melihatnya. Ia tahu Rafael mulai

dan pengaruh. Anak buah Rafael mulai mengeluh, secara diam-diam, tentang kedekatannya dengan Lyra. Mereka m

a lebih tegas dari sebelumnya. "Tuan, orang-orang mulai k

li? Aku tidak pernah kehilangan kendali. Lyr

. Mereka melihat... cara kau menatapnya, cara kau

ng batu. "Jangan pernah mempertanyakanku lagi, Marcus. Kalian h

nding batu hitam, hatinya bergejolak. Ia menyadari-Marcus benar. Per

n kemarahan dan rasa frustrasi yang mulai sulit dikendalikan. Tapi setiap pukulan tak pernah cukup. Setiap kali i

yang terjadi padaku?" gumamnya. "Aku membencinya. Aku ingin menghancurkan

pur menjadi satu. Rafael tahu, ia harus memilih: membi

ke ruang kerjanya. Mata abu-abunya ta

kses dokumen karena... aku ingin melihat ba

m. "Kalau itu benar, kenapa aku merasa...

li, tapi kata-kata itu tidak pernah keluar dari mulutnya. Sebagai gan

ngamati juga. Agar tahu seberapa besar kebencian dan k

yang samar-takut bahwa gadis ini mulai membaca dirin

rjalan ke balkon, menemukan Lyra sudah b

tress. Angin malam membawa aroma hujan yang belum lama reda, menembus sela jendela kaca tebal, menyentuh kulitnya dengan dingin yang me

, meski ada sedikit ketegangan di bahunya. Setiap kali Rafael menatapnya dari seberang ruangan, ia merasakan kombinasi rasa takut dan pena

an seminggu lalu, saat ia melihat Lyra berdiri di balkon di tengah hujan, berani namun rapuh, dan ia meny

muncul di ambang pintu, wajahnya tegang. "Tu

tapnya ding

eka tidak senang dengan... kedekatanmu dengan Ly

idak bisa mengakui perasaannya-tidak pada siapa pun, apalagi pada

l akhirnya, nada suaranya tetap din

tidakpuasan terlihat jelas. Rafael berdiri, tubuhnya tegap dan menakutkan. "Apa yang memb

kami hanya... memperingatkanmu. Lyra-tuan terlalu sering membiarkannya dek

ci. "Tak ada yang perlu kalian takutkan! Lyra tetap tawanan! Tidak ada yang beru

ael menatap mereka satu per satu, dingin seperti es yang mengeras. Lalu ia menoleh ke Ly

ir aku lunak karena kau ada di sini. Aku tidak peduli

anya pengingat masa lalu," bisiknya pelan, "kenapa kau terus me

mbentak, tapi kata-kata itu menembus pertahanan dinginnya. Ia menatap Lyra, mata m

okumen yang menunjukkan kekuasaan dan kendalinya. Tapi kekuasaan itu terasa hampa. Bayangan Lyra terus menghantui pikirannya

, merasakan rasa bersalah dan kebingungan yang selama ini ia tekan dengan keras. Ia tahu ia mu

hampir tidak terdengar. "

, dan Lyra berdiri di sana, membawa selimut tebal. "Kau

mata hijau Lyra. "Aku tidak dingin," jawabnya singkat.

Lyra lirih, dan senyumnya samar memb

aan yang mulai menjalar. "Jangan d

tanya Lyra, menatap

, aku takut. Takut kehilangan kendali

yang sama. "Aku tidak takut," gumamnya, meski sua

amanya. "Mungkin kau hanya tidak

Kata-kata itu benar. Ia tidak ingin me

k dokumen yang biasanya hanya dilihat oleh dirinya sendiri. Lyra bekerja dengan tekun, menyusun laporan, memeriksa setiap detail. Ia tahu Rafael mengam

tegang. "Tuan, ini tidak baik. Orang-orang mulai membicarakanmu. Mereka mengatak

ertanyakan, biarkan mereka mempertanyakan. It

tegas. "Tapi tuan, ini bisa menimbu

n mereka. Loyalitas mereka harus tetap ada. D

yang ia tekan begitu lama kini muncul, seperti api yang sulit dipadamka

sana, menatap langit malam. Ia duduk di kursi, selimut m

seharusnya tidak kau pikirkan," u

nya Rafael, berusa

yangkalnya, tapi aku bisa melihatnya

, ingin menegaskan bahwa Lyra hanyalah tawanan-hanya penging

saha menyingkirkan perasaan y

lagi. "Kalau kau terus menyangkal, itu hanya akan menyakitim

itu benar. Tapi bagaimana mungkin ia membiarkan di

hujan dan ketegangan yang hampir bisa dirasakan di udara. Rafael tahu, s

ulai menyerangnya. "Kau tidak mengerti," gumam

r tapi penuh keyakinan. "Mungki

, tidak berbicara banyak, tapi mengetahui satu hal: sesuatu yang berbahaya dan mematikan

perasaan itu akan menuntutnya-dan ia tidak

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka