icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Hati yang Kau Hancurkan Tak Bisa Kembali

Hati yang Kau Hancurkan Tak Bisa Kembali

icon

Bab 1 rencanakan selama dua tahun

Jumlah Kata:3419    |    Dirilis Pada: 26/10/2025

an elit Zurich. Langit tampak seperti disobek petir, menggema berulang kali, seolah menan

m keluar, langkah mereka tegas, bersenjata, dan tanpa suara. Di antara mereka, sosok tinggi denga

Von A

ahwa malam ini bukan sekadar operasi biasa. Ini malam balas dendam-malam yang telah ia rencan

r hidup-hidup," ucap Rafael da

sampingnya, suaranya nyaris

m mereka sempat bereaksi, dua peluru menembus dada mereka. Tubuh penjaga itu roboh, sement

a itu menderita-ia ingin mereka merasakan kehilangan yang

gu terlalu lama

l mendongak, matanya bertemu dengan sosok perempuan berga

Elm

mbut cokelat muda menjuntai acak karena ketakutan. Namun di balik ketakutannya, Rafael bis

ia tidak berlari. Tangannya memegang pegangan tangg

kit. "Orang yang keluargamu s

tidak akan dapatkannya. Ayahku t

." Rafael memotong ding

apa maksudnya. Sebelum ia sempat berbalik, dua pria ber

rintah Rafael cepat. "D

uran bingung dan takut. "Ap

ya lama. "Kau a

ecilnya. Hujan menelan suara jeritannya, dan ketika mobil hitam melaju me

dern itu berdiri di puncak tebing Swiss, jauh dari pemukiman, dikelilingi hutan pinus dan kabut yang t

embut dengan tali beludru di kursi. Saat matanya menyesuaikan diri, ia meli

uga kau," ujarn

ludah. "Kau

fael berbalik perlahan, langkahnya tenang tapi me

"Kau pikir ini lucu? Kau membak

njang rumah sakit dengan peluru di tulang bela

l siapa Elara, tapi nada Rafael membuatnya me

t aku?" Lyra menatapnya de

pengecut ini yang sekarang menentukan

angnya, menahan air

, lalu melepaskan ikatan di tangannya. "Mulai mala

ya tak percay

semua kebutuhanku terpenuhi." Ia menatap tajam. "Dan setiap kali kau berpikir

ereka masih hidup?"

engan dingin. "Itu

arena jendela kamarnya selalu tertutup tirai hitam. Ia diberi pakaian pelayan-gaun hitam panjang dengan apron putih-dan ja

a itu seperti bayangan dingin yang selalu muncul tanpa suara. Tatapannya bisa membuat Lyra berhenti

ruang kerja Rafael. Ia menatap pintu kayu besar d

berat itu terde

tu luas, dindingnya dipenuhi rak buku tinggi, dan di ten

a," ujarnya t

n hati-hati. "Ini kopi hitam tanp

pandangannya. "Tapi jangan panggil aku 'Tuan

g. "Kalau begitu aku h

takut, kau bisa memanggilku

bibirnya. "Ak

hingga hanya berjarak satu langkah. "Jad

lai tidak teratur. "Kalau kau mau menyaki

etik, lalu tersenyum tipis.

i kursinya. "Pergi. Aku tida

dan untuk pertama kalinya ia sadar-ia tidak han

esuatu yang menyembunyikan luka dalam yang

idor. Ia keluar kamar, mendapati dua anak buah Rafael berl

ar!" salah satu dari mereka bert

ga dengan pistol di tan

e, Tuan. Mereka me

semua itu-ayahnya masih hidup, dan mereka mencari dirinya. Ta

uang bawah tan

a memberontak, tapi dua pr

tapi mematikan. "Kau tidak akan k

ut aku akan bebas?" ia

jika mereka menemukanmu, perang ini akan berubah jadi pem

yang sama kerasnya, tapi di ba

el meraih bahu Lyra, suaranya nya

gi sekadar tawanan, Lyra Elmor

-batu tua yang menjadi saksi bagi ratusan rahasia kelam. Di sanalah Lyra dikurung-tapi b

antel tebal, melet

di sini sampai

ir aku akan percaya padamu s

Kau tidak harus percaya. Tapi kalau aku ingin k

unduk, menggenggam tangannya. Suaran

mu menembak Elara. Karena aku ingin dia merasakan kehilangan yang sam

elaskan. Antara kebencian, rasa bersalah, d

adi alat balas denda

"Sayangnya, kau sudah jadi bagian d

noleh, "Dan mulai sekarang, jangan takut pada iblis, Lyra. Tak semua iblis

el berputar di kepalanya. Ia tak tahu mana yang lebih berbahaya-kebenciannya pada pria itu

berdiri di balkon, menatap lang

nnya-wajah lembut perempuan ya

janji akan menuntaskan ini. Tapi... ken

ahan, menutupi jejak d

g seharusnya saling menghancurkan justru mulai t

t Lyra disekap. Lampu gantung berayun pelan, menimbulkan bayangan panjang di dinding. Hujan di luar

osok tinggi itu masuk, mengenakan jas hitam yang

fleks, nadanya campuran terkejut dan cemas. Tapi kemudian ia menyesali

as, dingin seperti bias

alnya. Ia menghela napas dalam, lalu melangkah maju, ta

dari anak Elmore," Rafael men

k tahan melihat orang berdarah-darah di depanku." Ia mendekat l

nti di

r. Tapi sesuatu dalam diri Lyra menolak tunduk. Ia melangkah satu langkah lagi, lalu berkata lirih tapi t

a Lyra yang membuatnya sulit menolak. Ia menghela nap

elum aku beru

dut ruangan, lalu merobek bagian bawah gaunnya untuk membalut luka itu. R

bisik sambil memeriksa bahu Rafael.

wab Rafael dingin, tapi nadanya melemah saat

ng muncul setiap kali kulit Lyra menyentuhnya. Aroma samar lavender dari rambut gadis itu, napasnya yang

ut. "Kalau kau bergerak, aku t

yra, kebanyakan orang gemetar di had

takut yang bercampur. "Kau bukan Tuhan, Rafael. Han

ama kalinya, ia tertawa kecil-bukan tawa gembira, tapi pahit. "Kau be

langan seseorang, aku mengerti. Tapi menghancurkan

ahu rasanya kehilangan orang yang

berkata pelan, "Aku juga kehilangan. Hanya saja

negang. Ia tidak pernah mendengar seseorang menentangnya seperti itu

, lalu menatap api di

perban terak

tanya pelan. Tapi sebelum Lyra sempat menanggapinya, ia sudah kelua

r-benar pergi. Lyra mulai terbiasa dengan rutinitasnya-membersihkan ruang kerja Rafael, menyiapk

ulai memperhatikan sesuatu yang aneh: Rafael semakin jarang keluar, dan setiap m

a, melangkah melewati koridor gelap menuju sumber suara. Ia menahan napas saat mendek

apasnya berat, tapi setiap tembakannya tepat sasaran. Di antara desahan napasnya, Lyra mendeng

tiba-tiba berkata tanpa menoleh, seolah

k. "Kau tahu

nurunkan pistolnya, menatapnya dari

kau selalu melatih diri seperti itu. Kau tidak

kan untuk jadi lebih baik. Tapi unt

dam," kata

dingin. "Dan setiap kali aku menembak,

au pikir dengan membunuhn

u pikir tidak? Ketika Elara tergeletak di pelukanku dengan darah di mulutnya,

menantang, matanya berkila

ahnya. "Kau adalah pengingat

pi tegas. "Kau menyiksa seseorang yang tidak bersalah hany

amarah yang muncul di matanya-melainkan pergulatan batin. Sejenak, ia ingin b

ebelum aku berubah pik

gnya yang menjauh, lalu berbisik

tapi tidak menoleh. "Suatu hari,

k dinding batu, membuat seluruh kastil bergetar. Rafael memerintahkan semua penjaga

menata meja, suara ledakan keras mengguncang sisi barat kastil.

ke arah suara. Tapi sebelum ia mencap

fa

anah! Sekarang!"

a y

lebih kuat, memaksanya berlari melewati koridor. Tapi sebelum mereka s

nduk bersamanya di balik pilar. Debu beterbangan

a?" Lyra ber

engokang pistol. "Mereka ingin kau kembali. Tapi m

gemetar. "Kau tidak bisa mel

t. "Aku sudah melawan

ding roboh sebagian. Rafael menutup tubuh Lyra dengan badannya, melindunginya dar

mereka berbaur dalam jarak yang begitu dekat. Ketika ia menatap mata pria itu, ia mel

saja?" Rafael

cepat. "Aku tida

alu menembak dua kali ke arah pint

ra tembakan yang semakin dekat. Rafael menembak tanpa ragu, menyingkirk

sayap utara. Rafael membuka pintu rahasia di

luar mereda sedikit. Lorong ba

ama," kata Rafael. "Dari sana, ad

asnya terengah. "Kau

etar samar. "Aku tidak membiarkan siapa pun men

Kau menculikku, memperlakukan aku seperti buda

biarkan orang lain membunuhmu di depan mataku? Tida

pelan, "Kau benar-benar tidak tah

g pertahanannya, dan untuk sesaat, ia tidak

tempat luas dengan dinding batu berlumut dan udara lembap. Rafael menyalakan obor, la

a. "Berapa banyak nyawa yang akan hilang

tap api obor dengan tatapan kosong.

a hujan deras di luar dan detak ja

han. "Kau bisa mengakhirinya, Rafael. Kau p

pelan. "Aku tida

nap

hwa semua ini sia-sia. Bahwa Elara terluka tanpa

mbut kali ini. "Mungkin Elara ti

idak tahu kenapa, tapi malam itu, di tengah kehancuran, kata-kata gadi

erantakan, wajahnya pucat, tapi di balik semua itu ada ke

cara untuk seorang taw

banyak menyiksa diri untuk seseor

tapnya dalam, lalu berbisik pelan, "Kau tidak t

akut," jawab

tmu berbahaya,"

terasa berhenti. Tidak ada kebencian, tidak ada dendam-hanya

ia pupuk mungkin mulai retak oleh sesuatu y

aneh menyelimuti. Lyra menatap api obor, lalu berbisik pelan, "Kau tahu, Rafa

. "Dan kalau aku ing

mu. "Maka aku akan jadi satu-satun

um tipis-senyum yang untuk pertam

an. "Karena iblis tidak pernah jatuh

ya tahu-permainan antara pembur

tapi tentang dua hati yang berjua

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka