icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Hati yang Kau Hancurkan Tak Bisa Kembali

Bab 4 tempat di mana Lyra sedang berjalan perlahan

Jumlah Kata:2658    |    Dirilis Pada: 26/10/2025

etir berkelebat, menerangi langit kelam dan menyorot sebentar wajah dingin Rafael Von Ardent yang berdiri di balkon kamarnya. Rokok di ujung jarinya hampir padam,

yang tak seharusnya tumbuh di dadanya, ses

? pikirnya. Seharusnya aku sudah m

kan karena kasihan. Ia sudah lama kehilangan kemampuan itu. Tapi ada sesuatu dalam gerak langkah gadis i

okoknya, mencoba menghapus bayangan Lyra dari pikirannya

ng, tapi ia terus berjalan. Hatinya penuh dengan hal yang tak bisa ia pahami: kemarahan,

dirinya di tempat yang tak punya langit. Tapi mengapa setiap kali pria itu menatap

a sendiri karen

ai memahami sisi la

karena mu

. Patung itu menggambarkan seorang wanita dengan ekspresi sedih, menatap ke a

alu berbisik pelan, "Ap

membuatnya tersenta

er darinya, tanpa payung, basah kuyup oleh hujan

yra cepat. "Wajahnya... ter

kahnya berat menapak batu basah. "Dia t

a meninggi karena emosi yang tertahan. "Kau bisa menghukumku

jatuh di antara mereka. "Mungkin tidak. Tapi aku ingin kau tahu bagaimana

membuatku merasakan sakit, selamat, kau berhasil. Ak

gi takut, tapi kosong. Dan entah kenapa, itu lebih menya

rbisik lirih, "Dia bukan hanya kekasihku. Dia satu-satunya alasan

ia mendengar suara Rafael tanpa kemarahan-hanya kesediha

erlahan, "dan sekarang

pi dia tidak mengingatku. Tidak mengingat siapa pun. Ka

Lyra merasa dunia di sekel

iba-tiba tampak rapuh, kehilangan semua kekuatanny

cekat. Ia hanya bisa berbisik, "Kau

an yang deras. Tidak ada kata. Tidak ada kebencian. Hanya dua manusia

hujan yang membasahi tubuhnya terlalu lama. Elise menemukan Lyra di k

n langsung menuju kamar Lyra. Saat masuk, tubuhnya menegang melihat gadis itu

ahuku lebih cepat?" ta

ak merepotkan siapa pun, Tua

nghela napas panjang. "Kelua

agu, tapi akhirnya

ahaya lampu temaram. Ada luka di dalam dirinya yang tiba-tiba terbuka lagi-buka

perlahan dan menempelkannya di dahi Lyra. Gadis it

tu berhenti be

lan, hampir tidak terd

niat tersembunyi, tanpa kebencian, tanpa rencana balas dendam.

duduk di san

nya kabur sesaat sebelum ia sadar Rafael masih duduk di kursi, tert

da kesombongan, tidak ada amarah, hanya kelelahan yang mendalam. A

pipinya-tapi Rafael tiba-tiba bergerak, membuka mata.

aksud membangunkanm

perlahan, lalu berkata da

lan. "Terima kasih

stikan kata itu tulus. "Jangan salah sang

senyum kecil. "Kau hanya tidak ingin keh

an dinginnya, ada sesuatu yang berbeda-ses

yang lebih lembut. Rafael mulai membiarkan Lyra keluar dari benteng dengan pengawalan, bahkan

sisi lain, ia tahu ini bukan kebebasan sungguhan. Ia masi

a. Lyra membaca laporan, sementara Rafael sibuk

hapus dari peta bisnis," katanya pada seseorang di seberan

inya mulai mengerti kenapa pria itu menjadi seperti ini. Dunia yang ia ja

telepon dan menatapnya, sesu

tatap?" tany

cepat. "Tidak.

at, mencondongkan tubuhnya di meja.

i ini tak gentar. "Aku tidak m

n matanya berubah, dingin menjadi tajam

a lurus. "Terl

lah menahan sesuatu yang tidak boleh keluar. Lalu, tanpa peri

" bisiknya pelan. "Aku ti

u tahu. Tapi mungkin, kau juga

mundur. Ia mengambil langkah ke belakang, menarik n

ya dengan perasaan aneh. Setiap k

jendela. "Dia mulai berubah..." gu

kit. Ia tidak pernah membiarkan siapa pun tahu, tapi setiap minggu

au tahu, aku sudah tersesat lebih j

idur. "Aku tidak tahu apakah aku sedang

g, tapi yang terbayang justru mata

dirinya sendiri. "Tapi kenapa rasa

pikirannya selalu tertuju pada Rafael. Ia berjalan ke balkon kamarnya, menatap lang

r, kini mulai saling memandang dari jauh-teri

ang belum padam, satu kenyataan perlahan tumbu

baru-dan keduanya tahu, cepat atau lambat, kut

dinding batu dan rahasia di baliknya. Kilatan petir menyambar sesekali, menyorot wajah Rafael yang sedang duduk sen

r-kekasihnya, Helena. Senyum lembut perempuan itu seakan hidup kembali di hadapannya. Namun dalam sekejap, bayang

a menegang. "Kau masih hidup, kan? Aku sudah hampir d

bang pintu, mengenakan gaun tidur putih sederhana yang

terjaga?" suara Ra

ndengar suara dari sini. Ak

itu juga, dadanya seakan diremas keras. Wajah

at m

tanya Lyra, suaran

atapannya gelap, dalam, da

terlihat

i tangannya jatuh dan pecah berderai. Suara kaca membent

menelan r

a seseorang yang sedang berjuang melawan dirinya sendiri. Ia memejamkan mata se

ah tidu

am ini-bukan hanya amarah, tapi luka yang menolak semb

aku, lakukanlah. Tapi jangan terus menyiks

h, getir. "Kau pikir

menculikku, memperbudakku, tapi sebenarn

embuat Rafael m

lah kau mengerti a

pat, tanpa berpikir. "Kau bukan satu-satunya yang

mu. Untuk sesaat, wa

njadi saksi benturan dua

an karena ketakutan, tapi karena sesuatu yang lain. Ia mulai memahami bahwa di balik wajah

k di tepi ranjang da

ore," gumamnya pelan. "Tapi karena aku m

merasa... digantikan. Bahkan dalam penderitaannya send

but di pintu memb

katanya ta

. Tanpa kata, ia berjalan mendekat dan menyerahkan s

a, bingung. "K

Ia hanya menarik kursi

k ingin kau mati sebelum aku memutuskan

dak bersalah," balas

arga Elmore," jawab Rafael dingin. "Mereka semua

au juga tidak sebersih yang kau kira. Kau menembak,

api kali ini tidak ada amarah-yang ada h

khirnya, pelan. "Yang kubutuhkan hanya m

curan orang lain akan menyembuhkanmu? Tidak, Rafael. Itu hanya

kirannya lama setelah Lyra berj

eberanian, dengan kepedihan, tapi juga dengan

ekat. Ia terkejut mendapati nampan sarapan di meja-buka

ini?" tanya

sekilas. "Kau ti

culik mengkhawat

el dingin, tapi sudut bibirnya sedikit terangkat-s

bertemu, dan setiap kali itu terjadi, Lyra mer

ar kebencian, tapi juga kerindu

kau ingin aku menebus dosa keluargaku, berita

ni. Bekerja, melayaniku, dan menatapku setiap hari-s

kau tak per

akan tetap

yra merinding. Tapi entah kenapa, ada bag

penuhi bintang. Angin dingin menerpa jas hitamnya, dan untuk p

yra muncul dengan selimut di tangannya. "Kau a

atapnya. "Kau pi

bahu. "Tidak.

ana, tapi menembus sesuatu di dalam d

t perlahan

gan seseorang, dan aku tak ingin ada yang

erasa gugup. Lalu tiba-tiba, ia berkata, "Kau terlalu berani

k mati sebelum mencoba menyelamatk

h Rafael. "Seseorang sepert

akan tetap

ael tahu, ia seharusnya menjauh. Tapi justru ia makin mendekat. Tatapan mata mereka berte

ncian, tapi kombinasi m

an membakar mer

ri membeku. Hatinya berdebar keras. Ia tahu, sejak malam itu, tidak

mulai

an itu, cinta berb

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka