Aku Tidak Akan Pernah Diam Saat Keluargaku Terancam
/0/28882/coverbig.jpg?v=a58ba5897c5802f25e6ffce521a39def&imageMogr2/format/webp)
atletis, dan setiap gerak-geriknya selalu diperhitungkan oleh mereka yang berada di lingkaran kekuasaannya. Status duda yang melekat padanya justru menambah aura misterius dan
baru saja diungkapkan kepadanya. Setelah serangkaian tes medis, dokter menatapnya dengan wajah serius. "Pa
nadinya. "Tidak bisa... memiliki anak..." Ia menatap tangannya sendiri, seolah ingin memastikan bahwa dirinya ma
dalam pusaran kekalutan yang tak berujung. Semua rencana masa depan, semua mimpi tentang memiliki keluarga kecil
ngambil jalan yang salah: menyalurkan amarah dan rasa sakitnya melalui hubungan singkat dengan wanita-wanita cantik dari
sia sembilan belas tahun, wajahnya masih polos, namun aura percaya dirinya membuat siapa pun yang melihatnya sulit ber
yang berbeda dari gadis itu; tidak seperti wanita lain yang sudah terbiasa dengan sorotan kamera da
tipis terukir di wajahnya. "Kau baru di sin
saat bertemu pria itu. Ada aura yang kuat, sulit dijelaskan, namun ia
tergoda oleh keberanian gadis itu. "Aku Adikara.
spada. Ia tahu pria di depannya ini bukan orang biasa. Semua orang di lingkaran bisnis dan politik su
n yang aneh dalam interaksi sederhana itu, dan Alara, tanpa disadari, mulai
dalam malam yang salah. Minuman yang terlalu banyak, suasana yang terlalu dekat, dan keinginan Adikara untuk melu
tertidur di sampingnya, merasa campuran antara penyesalan dan ketertarikan yang tak bisa ia kendalikan. Selisih usia mer
dari ingatan. Ia merasa bersalah, bingung, tapi juga tidak bisa menolak perasaan aneh yang muncul saat
h di meja Alara. Hatinya berdebar, tangan gemetar saat membaca angka yang membuktikan kenyataan tak terduga: ia hamil. Dunia Alara
da ketegangan yang membakar udara di antara mereka. Adikara, yang biasanya menguasai segalanya, kini te
mulai, suaranya serak, tapi ia ti
gung jawabmu." Suaranya tegas, namun ada gemetar tipis yang memp
yang sempit. Kekuasaan, ego, dan rahasia Adikara bertabr
awab? Atau akankah ia menolak mentah-mentah, menambah l
udara, menunggu jawaban yang
imulai-kisah tentang kesalahan, penyesalan, keku