Rahasia di Balik Cinta Kita
7. Lampu kamar sudah padam, hanya cahaya bulan yang men
i telinganya menangkap suara samar dari luar kamar-suara seseorang berbicara pelan. Ia
ruang tamu. Ia bangkit, melangkah tanpa suara. Lantai kayu sesek
an duduk di sofa, membelakangi kamar. Bahunya s
uara Rayhan terdengar pelan tapi tegas. "Kalau
a suaranya menegang. "Nggak! Aku udah janji...
tap punggung Rayhan, mencoba memahami potongan kalimat yang ia
dengar lebih berat. "Aku udah transfer mingg
nduk, menatap kosong ke lantai. Bahunya turun perlahan, se
yhan sadar. Ia berbaring, pura-pura tidur.
. Langkah kaki Rayhan terdengar mendekat, lalu kasu
lembut. Tapi suara itu terasa d
-
a bisa menghapus rasa gelisah. Rayhan sudah bangun lebih dulu, seperti biasa.
sapa Rayhan sa
Pagi. Semalam kamu sempat keluar? Soa
cepat. "Nggak. K
da kebohongan. "Nggak apa-apa. Cuma
klien yang nggak ngerti waktu. Aku sempat mar
n libatin aku?" tanya Aru
l. "Kamu nguping, ya?" tanyanya dengan n
Aruna, suaranya datar.
cuma obrolan kerja. Kadang ada hal-hal yang aku ngg
Rayhan tetap tenang-terlalu tenang. "Baik
enyum tipis
kan potongan kalimat yang semalam ia dengar: Jangan libatkan Aruna. Aku udah tran
nsel Rayhan, tapi bagian dari dirinya menolak. Ada rasa t
-
n. Mereka sedang menyiapkan proyek kecil-pameran seni lokal
" kata Kirana sambil menaruh map di m
lalu duduk di teras. Hujan semalam menin
Kirana sambil menatapnya. "Biasanya ka
gar Rayhan teleponan sama seseorang. D
a. "Na, mungkin memang lebih ba
tajam. "Kamu tahu sesuatu,
lum akhirnya menjawab, "
ada kamu... kayak kam
bunyiin apa-apa. Kamu lagi capek, itu aja. Kada
a membaca sesuatu di balik ekspresi tenang itu. Tapi Kirana men
Kirana berkata pelan, "Kamu uda
cepat. "Kamu t
empat hubungi aku dulu. Aku su
amu yang jawab? Ada apa sebenarny
tkan semuanya, Na. Nggak sem
tiba-tiba berlari keluar sambil tertawa. "B
a memperhatikan keduanya dalam diam, tapi hati
, dan suara air mengalir dari kamar mandi terdengar sepert
terus bermunculan. Nama yang sam
"Kita nggak bisa n
layar yang menyala lalu padam lagi. Maya. Nama iturambutnya masih basah, handuk melingkar di
g?" tanyanya sa
ersenyum juga. "Ngg
ebelahnya. Aruna pura-pura sibuk merapikan bantal. "Ada pesan masuk
nya berubah-dingin, waspada, seperti seseorang yang baru s
datar. "Iya. N
elakang. Tubuhnya hangat, tapi bagi A
lai turun lagi, Aruna menatap langit-langit. Nama itu be
a
enar takut-karena ia tahu, rahasia itu sudah