Ketika Suami Membagi Cinta
/0/28208/coverbig.jpg?v=412a8cf94fdd73cdbc528d0668148c35&imageMogr2/format/webp)
air mengenai atap rumah. Dari balik tirai tipis, Arunika Selvara menatap kosong ke arah gelap mala
g yang terdengar. Rumah sebesar ini seharusnya ramai dengan tawa da
bergema. Seorang pria tinggi dengan jas yang masih m
p Arunika pelan, h
pintu, lalu berjalan melewati Arunika tanpa menoleh. Bau parfum asing yang samar
lima tahun, berlari turun dengan piyama bergambar kelinci. Matanya berb
l, terbit di wajahnya. Ia berjongkok, meraih Mire
tapi aku ingin kasih lihat gambaranku." Mireya me
um Mireya, tawa kecilnya, dan pelukan erat itu b
itu. "Indah sekali.
r Papa, Mama, dan aku. Lihat, di
r kalimat sederhana itu. Gambar keluarga kecil yang
embut rambut putrinya. "Sekarang,
Mireya melomp
a tidur. Tapi tatapan dingin Davin saat ia hendak membuka mulut membuatnya mengurung
meninggalkan Arunika sendirian di ruang tamu.
i. Wajahnya datar, dingin, seolah senyum
a terdengar datar, nyaris s
lu kembali menatap ke luar
ari tasnya, langsung menatap layar. Tidak ada ke
hela napas.
Jawaban
an itu lolos begitu saja
ata abu-abunya menusuk, dingin, penuh
wa ia tahu ada wanita lain bernama Selina yang kini menjadi bagian hidup Davin. Ta
khawatir," j
ali menatap layar, seolah Aruni
menanyakan apa Selina lebih baik darinya, apa Selina yang mampu membuangkat lebih awal, seperti biasa. Mireya masih ter
isentuh suaminya. Ia melakukannya bukan karena berharap Davin akan ber
u untuk Mireya, telepon rumah
al
a? Ini
elina-wanita yang selama ini hanya ia dengar lewat bisik-bi
onku?" suara Ar
bicara baik-bai
epon lebih erat. "Aku tidak pe
Selina terdengar tenang, ter
tuh tanpa bisa ditahan. Kata-kata itu s
ucapnya, lalu menutup telat, seperti baru saja kehilangan udara. Ia ingin be
ang pulang tepat waktu. Saat pulang pun, perhatiannya hanya untuk
aru saja tiba, Arunika
ara sebentar?"
vin menanggalkan jas,
ninggi, untuk pertama kal
, menoleh dengan
kahan ini? Atau kamu hanya
atapnya lama, lalu berkata, "Kalau kam
eperti diremas. Bukan hany
" Davin menggantung kalimatny
begitu saja. Ternyata, ia benar-benar hany
a yang tertidur pulas. Gadis kecil itu tersenyum dalam tidu
bisikkan, "Mama akan selalu ada di
kapan ia bisa bertahan? Sampai kapan ia bisa pura-pu
sing muncul. Ia sadar-di balik semua kebekuan ini, Davin belum be
a jika Davin benar-benar ingin pergi, mun