Ketika Suami Membagi Cinta
bangun lebih awal dari biasanya. Matanya sembap, masih menyimpan jejak tangisan semalam. Namun ketika
ari ini Mama antar
ap lembut ramb
malas, lalu tersenyum. "Mama yang
sejenak sebelum menjawab, "Papa sibuk, S
lalu memeluk erat ibuny
anggang, telur mata sapi, dan segelas susu untuk Mireya
a bersorak riang sambil
an putrinya. "Kalau habis sarapan
dengan gaya memberi horma
g meja-tempat Davin seharusnya duduk-hatinya kembali kosong. Pagi-pagi seperti ini hamp
aan yang menusuk. Ia tahu, berharap pada
inya bercerita. Tentang teman-temannya, tentang mai
t kelas balet?" tanya Mi
ak murah. Tapi ia tak sanggup mengecewakan ana
ya langsung memeluk ibunya be
ipi putrinya sebelum melepas
apa saat, memandanginya dengan mata berkaca-kaca. Satu-satun
bekerja sebagai editor lepas untuk sebuah penerbitan. Pekerjaan itu bukan hany
a-kata Selina yang kemarin meneleponnya ter
enar Davin mencintai wanita itu? Jika iya, kenapa ia masih
nghantuinya, tapi
Davin sudah berada di sana lebih dulu. Pria itu berdiri dengan tubuh teg
begitu melihat Arunika. "Aku ta
. "Aku tidak tahu kamu akan
ai lebih cepat," j
n, Mireya berceloteh riang, seakan tidak peduli pada
lain pada Davin. Kali ini ia menggambar dir
nya Davin, pura
adaku. Dia suka kasih aku cok
megang kemudi hampir gemetar. Jadi
at kaca spion, tapi ia tidak berkata apa-apa.
Arunika mendatangi Davin yang s
menemui Mireya?" suarany
aptopnya, lalu menatap Arunika. "Dia ingin
enahan amarah. "Aku ibunya, Da
Dia juga bagian da
rasa sesak. "Bagian hidupmu, bukan
ini lebih sul
"Kamu ingin bersama Selina, silakan. Tapi jangan tarik Mire
i Selina. Tapi jangan larang aku dekatkan dia pada Mi
u begitu tega... bahka
kata pelan, "Aku tidak p
n dia bingung dengan kehadir
mereka saling mengunci, penuh lu
janya, Arunika menangis sendirian di kamar. I
yerah sekarang, Mireya akan tumbuh dalam baya
umah. Namun anehnya, setiap malam ia tetap pulang. Bahkan ketika ia jela
pria itu tidak pergi saja? Apa
r untuk mengambil air, ia mendengar suara di r
a aku." Suara Davin terdengar tegang. "
ku di balik pintu. Ha
adamu, tapi aku juga tidak bis
a menutup mulutnya rapat-
an. Jadi, Davin masih memikirkan dirinya?
arapan. Ia ingin bertanya, ingin tahu apa yang
, menyeruput kopi, lal
irinya sendiri, "Kamu tidak pernah benar-benar pe
n, namun tetap bertahan. Arunika mulai terbiasa dengan
ang: Mireya. Selama ia masih puny
tau lambat, Davin ha
ma, Arunika duduk di tepi ranjang dengan buku terbuka di pangkuannya. Namun matanya kosong, tidak benar-benar memba
lepaskan Aruni
, ada sedikit harapan, tapi juga kebingungan. Apakah Davin benar-benar masih
sudah longgar, kemeja sedikit kusut. Arunika mengangkat k
tanya Davin,
awab Aruni
eletakkannya di meja, lalu masuk kamar mandi tan
unya. Ia merasa semakin asing dengan pria
rah satin membalut tubuhnya, bibirnya dilapisi lipstik dengan warna serupa. Ia menatap pantulan diri
aranya lemb
uara di seberang terdeng
a tertawa kecil. "Kamu tahu aku tidak b
pas. "Aku lelah.
ggu, Davin. Sudah berapa lama aku harus berada di posisi ini? Menjadi bayan
ulai lagi
mu bilang mencintaiku. Tapi apa artinya kalau
pelipisnya, merasa kepalanya semakin berat. "Kam
Jangan bohong, Davin. Kamu tidak mencintainya. Pernikahan k
rnya, suaranya tegas. "Dia anakku
p bersama kita. Aku tidak masalah. Tapi Arunika... dia yang sel
apan marah. Ia benci kalah. Dan ia tidak akan membiarka
ejut melihat Selina berdiri di sana. Wanita itu memakai setelan elegan, kacamata hitam menggan
lina ringan, seola
"Apa yang kamu
padaku kemarin bahwa hari ini ada acara di s
. "Kamu tidak berhak ikut
r dengan Mireya. "Hai, Sayang. Selama
Bu Selina!" Ia memeluk
an itu. "Mireya, ayo masuk," ucapn
"Kamu bisa larang aku bicara denganmu, tapi kamu tidak bisa lara
"Kalau kamu benar-benar mencintai Davin, seharusnya kam
adi milikku sejak lama. Kamu hanya menggenggam stat
reya lebih erat, lalu berjalan menjauh. Tapi di dalam
wal, Arunika tidak bisa menahan diri l
bicara," kat
tap istrinya dengan wajah
u bertemu dengannya pagi ini. Dia ada
lalu berkata, "Aku tida
ta tanpa izinku? Apa kamu sudah tid
engan nada tegas. "Tapi aku juga tidak bisa begitu saja
kaca-kaca. "Bagian dari hidupmu? L
ersiksa? Aku tahu aku salah. Aku tahu aku membuatmu menderi
eperti paradoks. "Kamu mencintainya, tapi kamu tida
lalu menjawab lirih
menutup wajahnya dengan kedua tangan, sementara Davin berdiri m
. Pesan dari Davin belum juga masuk. Wajahnya gelap. Ia tidak pe
ngkirkanku begitu saja, dia
mau menunggu lebih lama. Pilih aku, ata
tombol kirim den
runika yang sedang menidurkan Mireya tidak tahu, bahwa di r
an kasar. Ia menenggelamkan wajah ke dalam kedua tangannya, merasa
dirinya sendiri: Apa aku akan kehilangan ked