icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Ketika Suami Membagi Cinta

Bab 5 keduanya takut melihat kebenaran

Jumlah Kata:2221    |    Dirilis Pada: 25/09/2025

n menembus celah awan. Alethea berdiri di balkon kamar, memandang ke arah taman yang ditata rapi oleh tukang kebun. Dari kejauhan, suara Liliana terdengar riang, b

sering bersitegang di depan Lily, jarak di antara mereka semakin terasa. Mereka bicara seper

empatkan diri sarapan bersama Lily sebelum berangkat. Alethea menunggu di meja makan, menyiapkan na

" tanya Lily polos s

"Papa sudah berangkat lebih

mberut. "Biasanya Papa selalu

rinya lembut. "Mungkin Papa terburu-buru

rjaan bukan alasan. Entah apa yang sedang dilakukan Adrian di luar sana, ia tid

Tangannya menggenggam cangkir kopi yang sudah dingin, matanya menerawang jauh. Ia sudah berada di sana

n, aroma parfum khasnya langsung memenuhi udar

esanku kemarin?" suara Cla

ku butuh waktu berpikir, Clara.

dak pernah mencintai Alethea sejak awal. Kamu sendiri yang mengaku hanya bertahan karena Lily.

seseorang yang memberi kehangatan yang tidak ia temukan di rumah. Tapi akhir-akhir ini, wajah Alethea selalu muncul di benaknya. Diamnya, luka

ngambil keputusan sekaran

g. "Kalau begitu, mungkin aku harus membuat

buat Adrian se

dengan Clara terus menyiksanya. Ia ingin marah, ingin bertanya langsung, tapi setiap kali berhadapan

enunggu Lily pulang sekolah. Ponselnya ber

rasa kamu berhak tahu. Adrian bersama Cla

. Ia menggenggam ponsel erat-erat, tubuhnya bergetar. Siapa pengiri

bil. Untuk pertama kalinya, ia merasa h

n Adrian. "Kamu tahu aku bisa membuatmu bahagia. Kamu hanya

bicara begitu. Bagaimanapun juga

terus terjebak hanya karena al

lebih dari sekadar "alasan anak" yang menahannya. Tapi i

n matanya melebar. Di sana berdiri Alethea, deng

ghilang. Semua orang masih bercakap-cakap, tapi bagi

ranya parau, nya

an penuh tantangan. "Sepertinya ada yang me

terasa berat, seakan seluruh dunia menertawakan kele

gemetar, tapi tegas. "Ini yang se

endekat. "Dengar dulu, Al

Aku sudah lihat semuanya, Adrian.

depannya. "Mungkin memang waktunya kamu jujur,

ajam ke arah Cla

ya jatuh. "Selama ini aku berusaha bertahan demi Lily. Aku mencoba percaya, meskipun hat

ik mereka, namun Alethea tak peduli. Ia berbalik, melan

terjadi. Alethea duduk sendirian di kamar, memeluk dirinya sendiri. Di meja, cincin

kamar tidak dikunci. Ia masu

thea

aku," bisik Aleth

sa pungkiri itu. Tapi percayalah, aku nggak pernah ben

u ada di sana? Kenapa bersama dia? Kenapa kamu biarkan aku terus

wab. Ia hanya berdiri k

embali jatuh. "Aku lelah, Adrian. Aku nggak t

oba menyentuh bahunya

aku," katanya p

inding tak kasatmata yang semakin tebal, memisahkan du

hanya fokus pada Lily. Adrian berusaha memperbaiki, tapi setiap u

esadaran bahwa ia tidak siap kehilangan Alethea. Bahwa di balik semua

ea masih mau memb

ara Alethea mulai mempertimbangkan jalan yang

hea. Ia terbangun lebih awal, duduk di tepi ranjang sambil memandang cincin pernikahan yang masih tergeletak di m

sudah berapa lama mereka menjalani hari-hari tanpa benar-benar bersama. Dulu, ia masih bisa berusaha menutup mata dan

ri untuk menyiapkan sarapan. Lily harus tetap mendapat

ang. "Mama, nanti pulang sekolah aku boleh main ke ruma

Boleh, sayang. Tapi jangan

Lily mengang

sedikit berantakan, wajahnya terlihat letih. Ia ber

ucapnya

as Lily. Hening seketika memenuhi ruangan. Lily menoleh

kan, nih?" tan

drian cepat, lalu menatap Alethea se

Adrian mendesah, lalu berdiri. Ia menunduk dan

" Lily ters

n ingin berkata banyak, tapi Alethea memilih menghindar. Ia tidak sanggup menat

an merapikan kamar dan mencuci pakaian. Namun setiap gerakan kecil hanya menambah sesak. Ia me

nyi. Sebuah pesan dari nomo

h, Alethea. Jangan biarkan A

ang itu, tapi pesan singkat itu menusuk dalam. Selama ini ia mema

etakkannya di meja. Ai

n pagi hanya formalitas, pikirannya terus melayang pada Alethea. Wajah

isnya. "Apa yang sudah kul

ekan masuk. "Tuan Adrian, Nyonya Clara

nya mengeras. "Bilang

pi

saja b

, semua kekacauan ini bermula dari pilihannya sendiri. Namun kini, setiap ka

Lily yang merengek ingin ditemani sebelum tidur. Suasana terasa hangat, setidaknya

buyar ketika Adrian

ikut?" suar

entu saja, Papa! Sini,

Malam itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, mereka membaca bersama. Li

n menatap putrinya lama, lalu berali

berdiri. "Aku le

g." Suaranya te

dingin. "Apa lagi yang mau kamu katakan?

hu aku salah. Tapi aku juga sadar

amu baru sadar setelah ak

aku tahu satu hal sekarang-aku

rinya yang ingin percaya, tapi luka masih terlal

tapi Alethea mundur. "Jangan pak

sesuatu yang berbeda-sebuah celah kecil yang mungkin,

njukkan perubahan. Ia pulang lebih awal, tidak lagi pergi tanpa kabar. Ia mencoba me

ata bisa mudah diucapkan, tapi kepercayaan yan

ah Rhea, Alethea mendapat kejutan. Rhea, s

... tentang Adrian dan

at. "Kamu deng

hari itu. Aku nggak bermaksud menam

Ia hanya mengangguk pelan. "Aku masi

a harus memikirkan dirimu sendiri. Jangan

sadar, suatu saat ia harus membuat pilihan-bertahan de

hatikan hal-hal kecil tentang Alethea yang dulu ia abaikan. Cara istrinya menata meja makan, cara ia menena

tap menggantung: apakah i

rus masuk atau tidak. Dari dalam terdengar suara Alethea berdoa

kesempatan, tolong beri aku kekuatan untuk

i belum kembali seperti dulu, ada usaha kecil yang mulai tampak. Adrian t

. Ia masih berusaha menghubungi Adrian, mengirim p

il langkah yang lebih berani-sebuah langkah

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka