Ketika Suami Membagi Cinta
n menembus celah awan. Alethea berdiri di balkon kamar, memandang ke arah taman yang ditata rapi oleh tukang kebun. Dari kejauhan, suara Liliana terdengar riang, b
sering bersitegang di depan Lily, jarak di antara mereka semakin terasa. Mereka bicara seper
empatkan diri sarapan bersama Lily sebelum berangkat. Alethea menunggu di meja makan, menyiapkan na
" tanya Lily polos s
"Papa sudah berangkat lebih
mberut. "Biasanya Papa selalu
rinya lembut. "Mungkin Papa terburu-buru
rjaan bukan alasan. Entah apa yang sedang dilakukan Adrian di luar sana, ia tid
Tangannya menggenggam cangkir kopi yang sudah dingin, matanya menerawang jauh. Ia sudah berada di sana
n, aroma parfum khasnya langsung memenuhi udar
esanku kemarin?" suara Cla
ku butuh waktu berpikir, Clara.
dak pernah mencintai Alethea sejak awal. Kamu sendiri yang mengaku hanya bertahan karena Lily.
seseorang yang memberi kehangatan yang tidak ia temukan di rumah. Tapi akhir-akhir ini, wajah Alethea selalu muncul di benaknya. Diamnya, luka
ngambil keputusan sekaran
g. "Kalau begitu, mungkin aku harus membuat
buat Adrian se
dengan Clara terus menyiksanya. Ia ingin marah, ingin bertanya langsung, tapi setiap kali berhadapan
enunggu Lily pulang sekolah. Ponselnya ber
rasa kamu berhak tahu. Adrian bersama Cla
. Ia menggenggam ponsel erat-erat, tubuhnya bergetar. Siapa pengiri
bil. Untuk pertama kalinya, ia merasa h
n Adrian. "Kamu tahu aku bisa membuatmu bahagia. Kamu hanya
bicara begitu. Bagaimanapun juga
terus terjebak hanya karena al
lebih dari sekadar "alasan anak" yang menahannya. Tapi i
n matanya melebar. Di sana berdiri Alethea, deng
ghilang. Semua orang masih bercakap-cakap, tapi bagi
ranya parau, nya
an penuh tantangan. "Sepertinya ada yang me
terasa berat, seakan seluruh dunia menertawakan kele
gemetar, tapi tegas. "Ini yang se
endekat. "Dengar dulu, Al
Aku sudah lihat semuanya, Adrian.
depannya. "Mungkin memang waktunya kamu jujur,
ajam ke arah Cla
ya jatuh. "Selama ini aku berusaha bertahan demi Lily. Aku mencoba percaya, meskipun hat
ik mereka, namun Alethea tak peduli. Ia berbalik, melan
terjadi. Alethea duduk sendirian di kamar, memeluk dirinya sendiri. Di meja, cincin
kamar tidak dikunci. Ia masu
thea
aku," bisik Aleth
sa pungkiri itu. Tapi percayalah, aku nggak pernah ben
u ada di sana? Kenapa bersama dia? Kenapa kamu biarkan aku terus
wab. Ia hanya berdiri k
embali jatuh. "Aku lelah, Adrian. Aku nggak t
oba menyentuh bahunya
aku," katanya p
inding tak kasatmata yang semakin tebal, memisahkan du
hanya fokus pada Lily. Adrian berusaha memperbaiki, tapi setiap u
esadaran bahwa ia tidak siap kehilangan Alethea. Bahwa di balik semua
ea masih mau memb
ara Alethea mulai mempertimbangkan jalan yang
hea. Ia terbangun lebih awal, duduk di tepi ranjang sambil memandang cincin pernikahan yang masih tergeletak di m
sudah berapa lama mereka menjalani hari-hari tanpa benar-benar bersama. Dulu, ia masih bisa berusaha menutup mata dan
ri untuk menyiapkan sarapan. Lily harus tetap mendapat
ang. "Mama, nanti pulang sekolah aku boleh main ke ruma
Boleh, sayang. Tapi jangan
Lily mengang
sedikit berantakan, wajahnya terlihat letih. Ia ber
ucapnya
as Lily. Hening seketika memenuhi ruangan. Lily menoleh
kan, nih?" tan
drian cepat, lalu menatap Alethea se
Adrian mendesah, lalu berdiri. Ia menunduk dan
" Lily ters
n ingin berkata banyak, tapi Alethea memilih menghindar. Ia tidak sanggup menat
an merapikan kamar dan mencuci pakaian. Namun setiap gerakan kecil hanya menambah sesak. Ia me
nyi. Sebuah pesan dari nomo
h, Alethea. Jangan biarkan A
ang itu, tapi pesan singkat itu menusuk dalam. Selama ini ia mema
etakkannya di meja. Ai
n pagi hanya formalitas, pikirannya terus melayang pada Alethea. Wajah
isnya. "Apa yang sudah kul
ekan masuk. "Tuan Adrian, Nyonya Clara
nya mengeras. "Bilang
pi
saja b
, semua kekacauan ini bermula dari pilihannya sendiri. Namun kini, setiap ka
Lily yang merengek ingin ditemani sebelum tidur. Suasana terasa hangat, setidaknya
buyar ketika Adrian
ikut?" suar
entu saja, Papa! Sini,
Malam itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, mereka membaca bersama. Li
n menatap putrinya lama, lalu berali
berdiri. "Aku le
g." Suaranya te
dingin. "Apa lagi yang mau kamu katakan?
hu aku salah. Tapi aku juga sadar
amu baru sadar setelah ak
aku tahu satu hal sekarang-aku
rinya yang ingin percaya, tapi luka masih terlal
tapi Alethea mundur. "Jangan pak
sesuatu yang berbeda-sebuah celah kecil yang mungkin,
njukkan perubahan. Ia pulang lebih awal, tidak lagi pergi tanpa kabar. Ia mencoba me
ata bisa mudah diucapkan, tapi kepercayaan yan
ah Rhea, Alethea mendapat kejutan. Rhea, s
... tentang Adrian dan
at. "Kamu deng
hari itu. Aku nggak bermaksud menam
Ia hanya mengangguk pelan. "Aku masi
a harus memikirkan dirimu sendiri. Jangan
sadar, suatu saat ia harus membuat pilihan-bertahan de
hatikan hal-hal kecil tentang Alethea yang dulu ia abaikan. Cara istrinya menata meja makan, cara ia menena
tap menggantung: apakah i
rus masuk atau tidak. Dari dalam terdengar suara Alethea berdoa
kesempatan, tolong beri aku kekuatan untuk
i belum kembali seperti dulu, ada usaha kecil yang mulai tampak. Adrian t
. Ia masih berusaha menghubungi Adrian, mengirim p
il langkah yang lebih berani-sebuah langkah