Maaf, Kami Pernah Berzina
rsi di belakangku dengan kedua tangan berperan sebagai bantal untuk kepalaku, aku malah merenungkan ucapan adikku kemarin malam: mengenai perm
hi kekasih adikku, aku masih bisa menerima, tetapi kalau untuk berzina, bagaimana aku bisa melakukannya-meskipun aku bukan lak
Nara, adikku-harus bernasib malang karena diusir dari rumah setelah terciduk kalau dirinya tengah hamil di luar nikah, adikku benar-benar bingung dan hanya bisa menyuruh kekasihnya untuk mengi
ka semua kalau diriku sudah menghamili seorang perempuan dengan tidak lupa untuk membawa serta kekasih adikk
erla
tampan wajahku dengan tinjuannya, secara bertubi-tubi. "Bagaimana kau bisa berbuat begini?!" tanya ayahku denga
an pelan, beberapa kali sampai ditenangkan adik iparku. Lepas detik demi detik berlalu, ibuku hanya melayang
i berlutut di lantai dengan kedua tangan nyaris tergerak untuk meremas kedua p
selang satu minggu pasca guncanganku di ruang keluarga, aku dan kekasih adikku segera dinikahkan s
nit sudah teramat sepi, keputusanku adalah segera meninggalkan pekerjaa
mewah dengan harga sampai miliaran rupiah-sudah dilakoninya setelah membeli
ehingga terhindar dari adikku, aku malah masih sempat dipertemukan dengan ad
dari lima tahun. Dia lagi-lagi mengadu kepadaku karena orangtua dan mertua sudah bertambah menggebu-gebu seiring dengen berjalannya waktu, menuntut adikku dan adik iparku berdua untuk
Aku tidak bisa meminta t
ar sebelum menunduk dan memainkan tangan kananku di atas paha kananku dengan jari telunjuk diketuk-ketukkan ke daerah l
lagi, tetapi adikku hanya membuang napas dengan kasar, terlihat kecewa dengan r
u setelah melihat sikap adikku barusan. Aku tidak mau merusak hubungan persaudaraan kami berdua hanya g
*
i hanya dihuni enam orang, mereka benar-benar seperti orang besar tetapi terl
lu ikut turun tangan mulai dari memasak hingga mencuci pakaian. Anehnya, sekalipun adik ipark
uli dengan merek pakaiannya, tidak seperti istriku, sekaligus kekasih adikku, hanya tamatan SMA, berasal dari kalangan biasa, tetapi me
elah mengagumi kepribadian dari adik iparku: dapat menjaga martabat dan mampu menu
ad
kamar, ayahku sedang memberi makan ikan di kolam samping rumah, sementara aku masih berada di meja makan, belum siap
angga tanpa perlu menunggu perintah dan uang dari ibuku. Jika sudah waktunya, maka diriny
Bu," jawab
merasa kalau hanya bisa diberikan kepada istriku, setahuku adik iparku tidak pernah mengeluh,
ada maksudku untuk menguping pembicaraan antara adikku dan adik iparku. Segalanya terjadi di luar rencanaku. Sebab, kamarku
tidak boleh sampai lepas tangan. Dia sangat membutuhkanmu sebagai ayahnya,
elat di belakangku. Untunglah, kekasih adikku masih berada di luar sehingga tidak perlu mendengar perbebatan mereka dan
an tidak tahu sampai kapan, aku ha
tak dan tersadar dari lamunanku, kilas balik
Sungguh, mendadak perasaanku tidak enak, rasa-ra
irikan sebuah benteng pemisah antara kita. Apakah kau tidak bisa menyur
la kita di sini terkes
maksakan senyum di wajahku,
, 'Maaf, Bu. Dia memang istriku. Tapi, istri
*