Maaf, Kami Pernah Berzina
pikiran adik iparku. Dulu, kami bertemu untuk kali pertamanya, ketika mobilku sedang berhenti di lam
tarnya. Sejak sekian detik lalu, badanku merendah secara berangsur-angsur untuk membuatku bisa berjongkok di sebelahnya, hendak
selang sebentar sampai membuat dirinya tiba-tiba mengambil posisi sete
segera terbuka untuk menuturkan, "Masuklah. Jika tetangga sampai meliha
ama malam demi malam. Aku menghela napas seketika sebelum menatap wajah adik iparku d
n sehingga adik iparku hanya sudi untuk menatapku sekilas saja sebelum akhirnya membuang muka dan menyind
n berbuntut panjang sehingga bibirku cepat-cepat
H
hlan, "Aku akan merelakan tanganku untuk diborgol sehingga kau bisa tenang. Misalkan kalau t
ikl
ukanlah suatu candaan. Entah bagaimana, perasaan lega sudah menyer
*
n menyiapkan tiket bulan madu untuk adikku beserta istrinya. Di luar dugaanku, s
ntukku segera enyah dari ruang makan dan menghancurkan momen kebersamaan
ata adikku tidak lama setelahnya, seolah-olah disuguhkan
is dan tidak mau apabila sampai terjadi
an malah bagus
ngan dua opsi tanggapan-ya dan tidak-ternyata bukanlah rintangan untuknya meraih kemenangan. "Ya, sudah. Ib
ntas di dalam benakku, apalagi kalau bukan momen ketika diriku beradu mulut
rkan lagi? Bagaimana deng
dak ada piliha
sabar sampai aku berhasil membuatnya
eperti dirinya tidak akan mempertaru
pku di dalam hati sebelum memutuskan untuk menanggapi k
*
bur, terutama untuk pasangan-pasangan baru. Saat matahari masih berkuasa, kami berempat sudah cukup puas berjalan-jalan ke daerah pantai dan t
lihat luas denga fasilitas lengkap dan memadai. Lepas makan malam, kedua kakiku bertingkah iseng dengan melangkah secar
tipis, kedua mataku dibuat terperanjat karena menjumpai sesosok wanita di dal
kedua mata dari objek pikirku. Wanita itu tiba-tiba menunduk secara perlaha
-gara ke
u terlalu p
bih tepatnya harapa
untuk mendekatinya dan sengaja berdiri di sebelah kanannya sebelum ber
mnya, kalau dilihat dari kacamataku, orangtuamu tidak termasuk dalam
n, sebagai seorang wanita muslimah, ibu dari adik iparku masih be
ah sedikit memutar kepala untuk menyaksikan kecantikan alami dari
ya wanita di sebelah kiriku sudah memaafkanku, mulai nyaman lagi setiap bertukar frasa denganku. "Kak, sejak kapan ke
memiliki sifat sama baiknya? Jika orangtuanya memiliki sifat
at aku kuliah, aku selalu dikelilingi orang-orang berilmu dan
ku tidak mungkin salah. Dari sorot mata sedih dengan arah dir
terutama berkaitan dengan masalah ibadah lima waktu, dengar-dengar mereka masih suka lalai, sama seperti kedua orangtuaku, adik
habis berlarian memutari lapangan sepak bola sebanyak enam kali, dadaku terlalu b
ad
au
il alih perhatianku, tetapi harus segera kuenyahkan karena rupanya hanya fantasiku belaka. Misalkan, kalau diriku mendadak di
tanganku terangkat untuk membuka pintu, sesuatu berbahan kuat swcara tiba-tiba sudah bertindak cepat dengan mengh
semula untuk selanjutnya berpindah kesibukan dengan menghampiriku. Tiba di hadapanku, raut wajah penuh
lantas berkaca-kaca dan tampak memantulkan cahaya lampu. Tentunya, ditatap dengan mata tidak penuh deri
ungkin aku menerangkan masalah runyam dari tubuhku, bisa-bisa sikap adik iparku bertambah parah. "Tenanglah, aku ti
h tanganku segera terangkat untuk menekan saklar lampu, ruangan harus dalam keadaan gelap gu
edikit pun. Suara berisik dari luar terus menarik perhatianku, terdengar sudah sangat menantika
mamku di dal
e minumanku-tanpa sepengetahuanku-dengan harapan bahwa diriku bisa lepas kendali hingga memaksa istrinya. Dalam keadaan nap
cahaya dari layar tidak menguar ke mana-mana. Betapa memalukan, bisa-bisanya aku malah menuruti instruksi otakku dengan memutar sua
h. Kuatk
*