icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Maaf, Kami Pernah Berzina

Bab 4 4. Aku Hanya Tidak Tega Melihatmu

Jumlah Kata:1090    |    Dirilis Pada: 16/10/2021

inya. Decak kagum di dalam hati senantiasa tersampaikan kepada seluruh penduduk langit selama pikiranku sibuk menilai pertahanan adik iparku, terlalu

angkat untuk meraih salah satu lengan adikku, tetapi berakhir gagal karena adik iparku tiba

a terhadapku. Melihat raut cemas di wajah wanita di hadapanku, aku menarik napas dalam-dalam sebelum menatap manik mata hitam kelam adik iparku

ebak sudah bersemayam di dada, "dengan

ampak tidak sanggup untuk menapak di atas lantai sehingga aku bisa mema

aku

a be

mata mula turun dari kedua sudut mata wanita di hadapanku, lebih tepatnya sebelum tangan kananku terangkat untuk melepaskan kerudungnya, entah mengapa lembar

ena tubuhnya mengharapkan sentuhan seorang laki-laki, meskipun akal sehat bersikeras untuk menolak

ngkat, bukan untuk melepaskan kain sebagai penutup kepala wanita di depanku, melaink

*

adikku bekerja dan menghabiskan banyak waktu selain di rumah. Aku tahu. Laki-laki itu masih sangat kesal kepadaku setelah mendengar kabar buruk me

gan matang karena keraguan seperti tersimpan dalam irama alunan suaraku. "Aku akan memberikan obat

k menghantam gagang stir, "sepertinya tidak mempan untuknya,

ntuk meremas-remas pelipisnya, kemungkinan karena diserang pening. Ah, sekarang aku sud

*

dang denganku pun sudah enggan. Apakah diriku sekarang hanya semacam kotoran ayam hingga adik iparku tiba-tiba bisa

untuk mengunci pintu, lensa mataku menangkap bayangan seorang wanita terlihat sedang beres-b

soknya tampak bergeser sedikit dengan memeluk sebuah selimut dan banta

mengikis gemetar di sekujur bahu adik iparku, semoga saja. Sayangnya, balasan a

diri. "Bahkan, meskipun telah diucapkan dengan sungguh-sungguh, setiap janji masih bisa

aratkan tidak akan lebih dari seujung kuku, sebagai laki-laki normal, jelas bukan hal mudah untukn

ikku sudah mengakui perbuatannya, tetapi betapa kerdil hati adik tersayangku hingga malah menyuruh istrinya un

dak mau

a be

an murka

kut? Bukankah Al

ah memang m

memaafkanku, sementara sejak awal sudah ta

roleh rahmat dari-Nya dengan

ntah singkat sudah menangkap gelombang suara. "Aku bisa menuruti apa pun perintah suamiku, Kak. Tap

Kepalaku berdenyut keras. Dibuat pusing hingga menyiksa batin. Detik terus bergulir dan tidak sampai be

ik iparku, bukan tangg

beda sekali ketika adik iparku menuju balkon melalui jendela kamarku sebelum dilanjutkan menggelar selimut-sekaligus dijadikan kasur

adik iparku, bisa dilihat tetangga secara tidak terencana-kecuali apabila lampu di sana d

udah sangat gila sampai tidak bisa berhenti berpikir walaupun hanya sejenak. Omong-omong, sekarang adalah waktunya tidur, semoga angin malam tidak sedang kurang ke

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka