Perceraian & Kesuksesan Amara
na di antara mereka terasa begitu tegang, seolah setiap detik yang berlalu menambah beban di pundak Siska. Seperti angin malam yang tiba-tiba berubah menjadi badai, pikiran
dengar. "Aku tahu... aku tahu aku salah. Tapi aku harus tahu, apakah kau benar-benar b
ia berusaha melupakan rasa itu? Sudah berapa lama dia mendewasakan dirinya dan berdiri tegak di atas kakinya sendiri, tanpa bantuan siapa pun, bahkan tanpa Rafael? Apakah keba
tas di bawah sana seolah ikut mengisi kekosongan di dalamnya. "Rafael, dulu aku percaya kita bisa melewati semuanya. Aku perca
ngat kini dipenuhi penyesalan dan keputusasaan. Siska bisa melihatnya, betapa dalamnya penderitaan ya
ak akan memintamu untuk kembali, hanya... aku ingin kau tahu bahwa aku menyesal. Aku menyesal telah
. Ada masa-masa saat dia terjaga di malam-malam sepi, menunggu Rafael pulang, hanya untuk mendapati dia terlarut dalam dunia yang jauh dari dirinya. Ada suara pertengkara
hampir seperti bisikan angin. "Kenapa baru sekarang
bisa diucapkan. Wajahnya yang dulu tampak penuh kepercayaan diri kini terukir dengan keri
ih ingat aku," Rafael akhirnya berkat
lebih dalam? Hatinya berdebar, seperti dibawa arus yang tak bisa dihindari. Dia ingat betul bahwa ada masa-masa di mana dia merindukan Rafael, di mana dia berpikir tentang pria it
sebuah ketidakpastian yang hampir membuatnya kehilangan keseimbangan. "Kau sudah memilih jalanmu, dan aku suda
ara sepi yang hilang di malam. "Aku tahu aku telah menghancurkan segalanya, tapi ak
at, tapi ada bagian kecil yang tetap berdebar, seolah ingin mempertahankan apa yang sudah lama hilang. "Tempat di hatiku sudah diisi oleh diriku sendiri, R
ata, matanya bersinar dengan kesedihan yang tak terkatakan. "Aku hanya ingin tahu bahwa aku tidak m
kekosongan di dalam dirinya. Tapi, dalam hati yang terdalam, ada keraguan yang mulai muncul, seolah menuntut jawaban. Apakah di
Hati Siska berdebar kencang, tetapi dia tahu bahwa ini adalah waktunya untuk membuat p
sudah meninggalkan masa lalu itu, dan aku tidak bisa kembali. Mungkin, suatu hari nanti, kita akan bertemu lagi
mengangguk, seolah menerima kenyataan yang pahit. Ada keheningan yang menyelimuti merek
gi ke arah Siska, senyuman kecil terukir di wajahnya, meskipun penuh dengan kesedi
rinya. Dia tahu, setelah malam ini, tidak ada lagi yang sama. Tapi entah mengapa, di tengah segala k
belajar melepaskan, bahkan jika itu berarti menin