RAHASIA DI BALIK KEBAHAGIAAN
n roti panggang. Arya duduk di meja makan, tersenyum sambil membaca koran atau mengecek berita dari ponselnya. Pagi merek
ngat perhatian, kini sering tampak larut dalam pikirannya sendiri. Dia sering pulang terlam
uhkan kopi seperti biasa, Ar
Pak Arya yang sibuk," Hana mencoba men
biasanya. Senyumnya terlihat samar, dan ia
," jawabnya singkat s
Tapi ia menahan diri, berusaha meyakinkan hatinya bahwa
rnya memberanikan diri bertanya. "Akhi
kembali fokus ke ponselnya. "Hanya kerjaan, Han.
Arya biasanya suka bercerita tentang pekerjaannya, detail kecil yang ia tak sabar untuk bagi pa
ikan pakaian Arya di lemari, ia melihat dasi yang belum pernah dilihatnya
diah dari seseorang?" pikirnya dalam hati.
a, Rina, di sebuah kafe dekat kantor Rina. Rina sudah meng
atnya. "Tapi aku merasa Arya berubah. Dia makin sering pulang telat, sering lihat
gkin kamu hanya terlalu khawatir, Han. Arya memang lagi sib
ini beda, Rin. Bukan cuma soal pulang telat. Dia jadi tertutup. Aku co
amu tahu, komunikasi itu kuncinya. Kalau kamu merasa ada yang nggak
an. "Mungkin aku te
um ada kabar dari Arya. Perasaannya mulai tidak menentu. Setelah dua jam berlalu, Arya ak
tanya Arya, menaruh
terasa getir. "Aku nunggu ka
undaknya. "Iya, tentu saja. Jangan
-kata Arya, bayang-bayang ketidakpastian terus menghantuinya. Di balik senyum mani
kiran negatif yang berseliweran di kepalanya. Namun, malam itu, ia tak bisa memejamkan mata. A
ya sesekali melempar senyum seadanya. Hana mencoba bersikap biasa, tapi kegelisahannya terus meningka
nikahan Rina. Kamu masih ingat, kan?" Hana
rsenyum tipis. "Oh, iya... iya, aku ing
bagus," jawab Hana sambil tersenyum. "Kita jarang pergi
kan antusiasme. Hana mengamati ekspresi suaminya yang tampak can
antik, Han," jawab Arya singkat seb
ati sarapan mereka. Setelah beberapa saat, Arya pamit untuk be
ujar Hana sambil tersen
tersenyum singkat. "Kamu j
a dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, ia ingin sekali percaya bahwa semua baik
: pekerjaan yang menumpuk, klien yang butuh perhatian ekstra, atau rapat yang harus dihadiri. Hana berusah
n ke segala arah. Ia akhirnya memutuskan untuk memeriksa ponsel Arya. Ini bukan kebiasaannya, tapi kali innama yang terus muncul-Mira. Hana tidak begitu mengenal Mira, t
sesuatu yang aneh dengan frekuensi pesan-pesan itu. Setiap kali ada pe
a mengunci ponsel Arya dan meletakkannya kembali di meja samping sofa.
ur?" tanyanya, suar
"Nggak apa-apa, tadi aku sulit tidur. Lagi kepiki
a curiga. "Jangan kebanyakan kopi, nanti susah ti
saan gelisah yang terus menghantui. Malam itu, ia te
Dia sudah tak sanggup menahan semua ini s
suara serak. "Aku nggak pernah curiga sama Arya sebelumnya, ta
ang salah dengan merasa seperti itu. Kadang, intuisi kita memang lebih peka. Tapi,
tahu yang sebenarnya, Rin. Aku lelah dengan perasaan ini. R
ahu, mungkin kamu bisa bicara langsung sama Arya. Tapi pilih wakt
uat di dalam hati. Di balik kebahagiaan yang selama ini ia pertahankan, kini muncul kabut ketidakpastian yang menyesakkan
ambu