RAHASIA DI BALIK KEBAHAGIAAN
Arya, satu hal yang membuatnya terjaga sepanjang malam: siapa sebenarnya Mira? Wanita yang menjadi
belumnya-mengunjungi kantor Arya. Alasan yang ia pilih sangat sederhana: memberi kejutan makan
a, tetapi tetap saja bayangan Mira terus mengisi pikirannya. Seperti apa wanita itu? Apa yang membuat Arya l
n siang tiba, dan dengan satu napas panjang, melangkah masuk menuju lobi. Setelah memberi tahu resepsioni
pegawai yang bergerak cepat seperti arus sungai. Tetapi matanya tidak bisa lepas dari setiap sosok yang ia tem
an pakaian profesional yang tampaknya dipilih dengan sempurna. Ia sedang berbi
annya, namun Hana bisa merasakan sesuatu yang lain-sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Apakah it
enyapanya dengan suara yang sed
nyuman yang tidak sepenuhnya tulus. "Iya, aku bawa
a tampak agak kikuk. "Kamu tidak perlu re
, tidak masalah," jawabnya sambil menyerahkan kantong makan
ang ada di dekat meja kerjanya. "Sebenarnya, banyak pekerjaan
ng. "Tentu saja, aku ingin tahu tentang bagai
lan mendekat. "Hai, Hana! Senang akhirnya bisa bertemu denganmu,"
, tetapi mencoba untuk tetap tersenyum. "O
un sedikit terkesan meremehkan. Hana bisa merasakan aura ketidaknyamanan yang ti
," kata Mira sambil menyodorkan tang
dak nyaman terus berkembang. "Tentu, aku tahu dia banyak sibuk di sini." Ia me
a mengangguk. "Ya, Arya sangat hebat dalam pekerjaannya. Dia banyak
saja, namun entah kenapa ada rasa cemas yang terus menggelayuti hatinya. Mira dan Arya seolah tid
takan itu dengan suara yang hampir tidak terdengar,
ri. Tidak lebih dari itu, kok," jawab Mira, m
gkar semuanya di depan Mira. "Terima kasih sudah menyambutku," kata Hana dengan suara pelan, menahan diri untuk tidak
memberikan senyum yang terlihat sangat ramah,
nyelubungi dirinya. Ia semakin yakin bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang tersembu
an berhenti sampai ia menemukan kebenar
erasaan yang tak kunjung reda. Setelah berbicara sebentar dengan Arya dan Mira, ada satu hal yang sangat jelas-kedekatan antara mereka leb
menyadari bahwa ia sudah mulai terlalu jauh terlibat dalam permainan yang tidak ia menge
membayang di matanya. Rasa curiga yang semula hanya muncul dalam bentuk bayangan samar kini berubah menjadi key
di ruang tamu, menghadap TV, seperti biasanya. Namun, kali ini ada yang berbeda. Ada sesuatu yang tidak biasa da
menoleh, seolah-olah sudah tahu ada
sebelum bisa berkata apapun, perasaan takut dan cemas menahan suaranya. Ia sudah menduga akan ti
ada yang menarik di kantor?" Hana bertanya dengan suara
ahnya. "Biasa saja. Banyak pekerjaan, tapi tidak ada
ang dibangun di antara mereka, tembok yang tidak bisa ia lihat, tetapi sangat terasa. "Kamu tidak ingin berbicara lebih
k. "Kenapa kamu bertanya tentang dia?" Sua
untuk mengungkapkan keraguannya. "Aku hanya merasa ada yang aneh, Arya. Kamu...
ng dengan mudah. "Hana..." Arya mulai berbicara, tetapi suaranya serak, seolah berat untuk mela
emang ada sesuatu, kan?" Hana menatap Arya dengan tatapan tajam, mencoba menahan air mata yang mulai
an kebingungannya sendiri. "Hana, aku..." Arya menarik napas panjang, menunduk sebentar, dan akhirn
aru bicara setelah semuanya terasa semakin sulit? Setelah kebohongann
u bisa percaya lagi padamu, Arya," katanya dengan suara bergetar. "Ka
ereka. Ia merasa hampa. Seluruh dunia seperti runtuh di hadapannya,
tar, menilai setiap langkah yang telah ia ambil dan memikirkan apa yang harus dilakukan sela
yang mengintai di balik kebohongan itu. Ada lebih dari sekadar
ambu