Melahirkan Keturunan Untuk CEO
ih awal. Kasihan pula pada adiknya yang menunggu di sana. Ah, jika bukan
ttt
buat Kinara dengan segera mengeluarkan ponsel ters
ri
ik ked
Kinara menek
lagi di rumah?" tan
alam Karin. Sudah berapa k
ak. Assalam
nak. Namun dengan begitu i
na?" tanya Karin setela
i rumah?" tanya Kinara mulai
lmarhumah ibu aja kak. Gak ma
rasat Kinara, past
an apapun. Almarhum Ayah maupun Ibu, mereka tidak meninggalkan wasiat. Dan untuk rumah itu, Kak
k bakal tinggal di sana. Jadi, daripada kosong lebih baik Karin tempatin aja, kan?" Ter
kak di mana? Biar nanti
akukan dengan usahamu sendiri. Selama ini kakak banyak mengalah sa
rumah, kakak
--ka
Tutt
annya. Dengan perasaan bungkah dia
ua orang tuanya. Yang mana itu hanyalah kontrakan saja. Namun bukan kontrakan biasa, karena sebelumnya
dirinya selama ini? Yang dia tah
h pasti Kinara akan memberinya ba
ran yang kini semakin menumpuk. Di satu sisi
bar,selain itu ia akan mencari solusi satu persa
u angkutan umum untuk ia tumpangi. Dud
ni dirinya sangat
t Ti
terperanjat, kaget. Menoleh pada mo
ilkan sosok pangeran muda yang sayan
biasa. D
ai
lebih dulu, takut-takut apabila ada karyawan lain yang melihat dirinya
akai sabuk pengaman kemudian beralih menoleh
antara keheningan yang ada. Sungguh, suasana ini membuatnya merasa canggung
tar nan dingin seakan pelengkap hidupnya
cara dengan angin. Ada namun tidak bisa ia sentu
av tiba-tiba. Padahal Kinara tidak bertanya me
elum sempat,"
setelah itu. Sampai akhirnya mobil
angkat telfon dulu." Aarav keluar setelah mengatakan hal
mau bantuin, tau-tau ... hah sudah
berlari kecil menuju rumahnya untuk mem
bersama Ibunya, dengan adik-adiknya semasa mereka kecil. Sekarang ... kebahagiaan itu sudah ti
ara yang tiba-tiba terdengar di gendang telinga membu
na bisa kami menjualnya?" balas Kinara yang
kursi yang ada. Menaikan salah satu kakinya ke atas kaki lain, sedang tangannya tersimpan di depan dad
adiknya seperti apa. Jadi mungkin, ia akan membiarkan rumah ini kosong dulu. Jika nanti hatinya s
a membuat Aarav dengan sigap berdiri. Mengambil
namun detik berikutnya di
rlu capek-capek mengangkat barang
lah Kinara mengunci pintu rumah. Sampai akhirny
am. Tapi, jangan kacaukan apapun seperti
ra teringat akan kejadian tadi di kantor. Di mana ia jatuh bertepata
enunduk, mengerti akan situasi ini. Apalagi setelah tah
saja," ucap Kinara pada akhirnya. Tidak apa, lagipula ia buka
iam, tidak ada respon apapun dari sang emp
nya seseorang bera
urus ke depan sana. Pikiran yang penuh pertanyaan membuat Kinara
gkat tidak memungkinkan un
nya Kinara lagi. Kini pandang
senyum di wajah itu? Kenapa harus sedingin kulkas l
nggapi apa tidak pokoknya ia h
menikahi saya karena sebuah alasan, kan?" Pertanyaa
ustru dia menatap
Tepat mengatakan itu Aarav menghentikan laju mobilnya.
adikan muka bak tembok itu malah semakin seperti
henti kala Aarav mendekatkan dirinya. Mencondongka
Sedang Kinara sudah dibuat ketar-ketir
ankan, namun Aarav malah semakin mendekatkan wajahnya,
nafas yang halus. Dia menatap Kinara yang
u .
tu di k
av mengambil sesuatu di keningnya dengan cara dise
Kinara menjerit malu atas apa yan
utu? Ha
a Kinara ingin menghilang
Allah...
empel di keningnya? Hah, bik
benar-benar