Melahirkan Keturunan Untuk CEO
buat mata Kinara mengerjap. Terbangun
dian tatapan matanya jatuh pada sese
a kala menyadari kalau
i, baju nan kerudung yang ia kenakan masih baik-bai
afas pelan. Pandangan matanya menata
erkesan manis nan kalem. Tidak seperti monster kala dia terbangun. Jika ditanya l
ikirkan kehidupannya di masa depan yang akan datang. Kira-k
setelah melahirkan apa dirinya tidak akan bertemu dengan Aarav? Duh, m
nang, matanya merotasi ke sekeliling yang tidak t
rumahnya. Karena memang Aarav sendiri yan
n besar. Berpikir kalau di lemari ini
nya sendiri kala tangan i
tersebut, berharap lemari itu terb
kembali mencoba membuka lemari tersebut. Bukan hanya di tarik
ng tak kunjung terbuka membuat
edikit kericuhan, yang mana perempuan
al. Bingung juga bagaimana caranya untuk memb
atkala Aarav membuka lemari tersebut dalam sekali
ngedip untuk b
mping Kinara. Membuka lebar-lebar lemari t
Kinara merasakan kecanggungan. Bodoh! Itu
ja!" Aarav sudah kembali menuju tidurnya yang sempat terg
nyaan itu sontak membuat Aa
ra dengan cepat mengambil sebuah baju at
Aarav membuyarkan gerakan Kinara yang tengah
. Namun kemudian terbang
nsel di sana," ti
uan itu mengambil ponsel yang ters
i,
ponsel tersebut, menekan iko
arang untuk sal
..
dak paka
u
erlfonnya. Matanya melirik
aya bacaan salat setelah ini," ucap Aarav k
uk terakhir kalinya bola m
kulkas itu i
ara bersujud pertanda syukur atas suami barunya y
emutar-mutarkan sarungnya. Sedari tadi dia hanya berkutit denga
ah longgar, berakhir
arav yang nampak kesusahan. Sebuah senyum melen
gan sigap mengambil alih sarung ter
ucap Kinar sembari menarik saru
g kala Kinara terus sibuk menempatkan sar
pegang bagi
nya Aarav menun
ang te
gah
arung tersebut. Karena yang jadi masalahnya Kinara susah sendiri kalau bagian te
ra mendongak. Seketika pandangan keduanya bertem
ebih tampan nan adem. Terlihat pula muka so polos di jarak dekat sep
a, menolah pada kasur yang t
cara ini saja!' ucap Ki
ujar Kinara membuat Aarav memegang kedua ujung sarung
" Dengan muka serius Kinara memakai sarung tersebut, kemudi
tu melekat di bagian bawahnya.
us dibuat sabar oleh sa
kak
to
ak
enoleh ke asal pintu. Dia menatap Aarav
ana bersih dahulu saja. Dikarnakan belum benar-be
la bahwa Aarav jauh dari
agama. Ia juga bukan lulusan pondok pesantren ternama, ia hanya sekolah madrasah biasa
arena melihat ada keinginan di mata Aarav akan perkara agama. Terbukti bahw
u Aarav terlihat begitu menggemask
yang sudah melekat di diri Aara
ak
n segera membuka pintu, men
" Ucapan Lusi tercekat. Dia menatap Kin
bakal ambilin dulu seragam sekolah Lusi," ujar Kinara merasa bersalah. Ah, semua ini karena suamin
Lusi dengan tatapan sendu. "Lusi juga l
ng adik, segera menari
bawa kamu buat makan, sekarang Lusi sabar aja, karena sebe
aya dari tempat
midasi membuat Kinara terpera
k. Bu--bukan
pergi, bagaimana?" tanya
eakan memenuhi ruangan ini. Entah kenapa tapi ... perkataan itu membuat
arena ia menghormati dia sebagai seorang suami, takutnya malah ter
a mode dinginnya kembali membeku. Tidak seperti tadi
bibir Kinara. Tidak berani menatap Aarav ya
di telinga Kinara. Pria itu pergi dengan sifat dinginnya. Tida
ingatkan bersama sang Ibu dan Ayah mel
rindu kalian ...,' uc
semakin marah, dengan cepat Kinar