Teratai Abadi
dan menyentuh perut besar wa
mayat Zuraya. "Bayi di dalam kandunganmu ternyata masih h
jawaban dari Zuraya yang te
kan halus yang mengganggu semadi serta tidurnya. Juga, tentang uc
ya. Meski masih di dalam kandungannya, namun Inyiak Mudo sudah
mu..." ujarnya dengan disertai de
a kemilau kekuningan. Seolah kembali hidup, kedua kaki Zuraya yang patah itu membuka le
Zuraya keluar dengan sendirinya. Inyiak
muti darah, namun tidak terdengar suara tan
terhadapmu?" ujarnya pada bayi tak bersuara di pangkuannya. "Kau
tertuju kembali p
ini... Akan tetapi, jika ini sudah takdirnya, maka, tidak ada yang bisa k
dih kepada Inyiak Mudo telah terbukti. Rasian
mana bukt
erajaan Minanga, lalu di mana lempengan
yang gelap. Bola matanya berkilat, seakan-akan ia benar-ben
raya. Inyiak Mudo mendesah halus, bukan lantaran ia yang telah menemukan bukti ketig
nnya ke arah benda tersebut dan seketika
ung Kacinduaan, merupakan abang dari bayi yang digendong oleh Inyiak Mudo, yang p
itu mendesah panjang ketika ia menyadari bentuk ukiran yang ada pada pecahan tembikar tersebut. Meskipun
dalah punca dari semua ma
Ia mendesah berat lagi, lalu menghentakkan satu tangannya ke arah jasad Zuraya. Dari
makan oleh hewan buas," ujarnya den
ak suara yang keluar dari mulut bayi perempuan itu, padahal mulut
, bisa pula akibat dari apa yang dialami ibunya. Ia memandang ke arah tubir jurang di sis
bayi itu sebelumnya terjatu
uh pipi sang bayi. "Mulai sekarang, ka
n untuk meneruskan langkahnya, dan dalam sekejap saja ia menghilang di antara kegelapan malam denga
*
Sabai Nan Manih alias Inyiak Gadih. Hanya saja, kali ini ia datang ke
ak Gadih," ujar Inyiak Mudo pada gadis kec
terlahir dengan kekurangan. Gadis kecil yang bahkan dalam usia semuda itu telah terlihat akan menjadi seorang gadis ya
apan Inyiak Mudo hanya denga
kah, I